Tampilkan postingan dengan label golden shower. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label golden shower. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 April 2013

Ketika Jenny Diculik Erick

Namaku Ni Made Jenny, panggil aku Jenny saja. Ayahku orang Bali, ibuku orang Solo. Aku kuliah jurusan Teknologi Informasi Komunikasi di Solo, kebetulan sekarang lagi praktek kuliah di kota Surabaya. Aku berkenalan dengan Erick, cowo ganteng supervisorku ditempatku praktek kerja. Suatu ketika ditengah pergaulanku di Surabaya :

Mataku tertutup, mulutku terisolasi lakban, tanganku terikat erat kebelakang. Rambutku dijambak, dipaksa keluar dari mobil. Aku masih bisa mendengar suara berderak. Pasti suara bagasi mobil ditutup. Pandanganku semakin gelap. Tanganku ditarik, klotek klotek, pintu dibuka. Aku didorong memasuki sebuah ruangan. Agak besar. Deb...!! Suara pintu kulkas. Belebek2.... Suara air dituang kedalam gelas. Gleg gleg … aku membayangkan betapa nikmatnya air itu mengalir di kerongkonganku yang sudah 2 jam di sumpal scarf plus dilakban. Lagi-lagi aku menelan ludah.


Aku diduduki disofa. Bret!!! Lakban dimulutku dilepas. Begitu juga scarf penyumpal. Ilerku belepotan. Tanganku masih terikat erat. Erick, cowok yang dari tadi menawan ku melap iler aku.

“Kamu ga takut aku giniin?’tanya Erick. Aku menggelengkan kepala.

“Katanya kamu mau memperkosa aku? Kamu gak napsu ya sama aku?" Aku balik bertanya sembari mengingatkan pembicaraan di kantor 3 jam yang lalu.

“Napsu. Tapi ada yg mau aku tanya dulu.” Erick mulai memberondong aku dengan pertanyaan.

“Kenapa kamu mau diperkosa?”

“Karena aku mau dijadiin pelampiasan nafsumu.” jawabku.

“Kamu mau aku perkosa karena kamu butuh uang?”

“Aku memang butuh uang.”

“Berapa?”

“Sebanyak-banyaknya.”

“Kalo aku ga ngasih kamu sepeser pun?”

“Ga apa apa.”

“Kenapa?”

“Karena kamu keren.”

“Kalau aku bukan cuma sekedar memperkosa tapi aku juga menyiksa kamu?”

“Ga apa apa”, jawabku lagi.

“Kalo kamu babak belur? kamu lapor polisi?” tanyanya lagi. Aku menggeleng.

Plak! Satu tamparan mendarat di pipiku. Lumayan keras. Aku sedikt meringis.

“Sakit?” tanya Erick lagi. Aku diam tidak menjawab juga tidak memberikan isyarat.

Drrrrrt … drrrrrttt … hpnya bergetar tanpa dering. Erick beberapa langkah menjauh.

Beberapa menit kemudian dia kembali lagi sambil mengumpat. Anjing .. babi ….

“Kalau kamu lagi kesal kamu lampiasin aja ke aku.” Kataku lagi.

Secepat kilat kedua tangannya menyambar, meremas payudaraku yang masih lengkap dibalut kemeja … dengan sangat kuat…. Aku diam tanpa ekspresi.

Lalu dengan beringas, Erick merobek kancing kemejaku. Mengeluarkan boobs aku dari wadahnya alias BH, lalu menarik nipple aku, kencang lalu mencubit nipple aku.

Aku mendesis. Ahhh … Erick meraih kepalaku hingga aku tersungkur miring di atas sofa.

Erick mulai mengkulum tits aku sambil menggigit nippleku. Aku teriak, jerit jerit, sakit2 keenakan. Kemejaku kusut masai. Erick membuka ikatan di tanganku. Kemejaku dibuka seluruhnya. Ia melemparnya begitu saja. Erick berdiri , mengambil sesuatu dari mungkin dari laci. Pashmina panjang. Erick mengikatkannya lagi di tanganku, lebih keras.

Aku dalam posisi duduk di atas sofa. Erick berdiri di depanku sambil memilin milin nippleku, sebentar sebentar menarik dan mencubitnya dengan keras. Sesekali aku meringis.

“Kamu suka diginiin?” tanya Erick. Aku diam.

4 kali tamparan keras beruntun mendarat di pipiku. Ahhhh .. desahku.

“Kamu suka diginiin?” tanya Erick lagi.

“Jangan tanya aku. Aku terikat erat, kamu lakuin aja apa yang kamu mau.” Kataku.

Erick menampar aku dengan semakin membabi buta sampai aku tidak lagi bisa menghitung berapa tamparan yang mendarat di pipiku. Yang keluar dari mulutku hanya aw aw aw.

Erick menjambak rambutku, sambil menyeretku menaiki anak tangga. Keletek keletek. Suara pintu dikunci. Bbeerreet, pintu terkuak. Brragghhh !! Erick menghempaskankanku di tempat tidur dengan posisi tertelungkup. Empuk. Aduh enak banget kena bantal n guling. Kalo udah kena bantal n guling bawaannya jadi ngantuk. Hampir saja aku mau tidur. Rupanya Erick tidak membiarkan itu terjadi.

Erick menarik kakiku. Kepala dan setengah badanku berada di tempat tidur, sedangkan kakiku menginjak lantai. Dengan lihai Erick membuka kancing dan resleting jeansku, kemudian didodorin beserta celana dalamku. Selepet2 … owww… ikat pingganggnya kini mendarat di pantatku … aku berusaha mengusap2 pantatku dengan tangan terikat, tapi malah tanganku yang diselepet. Entah berapa cambukan yang kuterima, belum puas erick mencambukku badanku… lagi2 aku berusaha mengusap punggungku sambil meringis. Erick membalikkan badanku. Kakiku dinaikkan ke atas tempat tidur. Ia mulai mencambuki payudaraku. Ohh … sakit …. Sakit … aku mengerang. Erick rupanya tidak menyukai suara eranganku. Erick beranjak sebentar, lalu kembali lagi, membuka ikatan dimataku. Lalu Erick mempeloroti jeans n celana dalamku. Sekarang aku tanpa sehelai pakaian alias telanjang. Erick meremas2 celana dalamku kemudian disumpalkannya ke dalam mulutku lalu dibalut lakban. Erick mulai lagi mencambuk dadaku. Aku bisa melihat dadaku kemerah2-an. Tapi aku ga tega melihatnya jadi aku merem saja.

Erick memasukkan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam hidungku. Aaahhhh .. aku teriak lagi. Dalam hati was2, aduh malu kalo upilnya sampe kecongkel.

“Mmmmmppphhhhh.” Aku berusaha teriak. Maksudku untuk mengalihkan kegiatannya dari mencongkel hidungku. Aku benar2 takut upilku kecongkel.

Erick membukanya dengan kasar. “Kenapa?” tanyanya. Aku masih belum bisa menjawab. Mulutku masih penuh dengan celana dalamku. Erick mengeluarkannya dari mulutku.

“Hah?” kata lain dari “Apa?”

“Aku haus mau minum”, Kataku.

Lagi2 Erick menjambak rambutku. Erick menyeretku ke kamar mandi. Aku di suruh berlutut di pojokan di samping closed toilet. Erick memerintahkan aku untuk menengadahkan muka, lalu menyuruhku membuka mulut lebar. Erick memasukkan penisnya yang besar, panjang dan berurat. Serrrr…. Cairan hangat dari tititnya masuk ke dalam mulutku … mengalir melewati tenggorokanku. Rasanya lebih brrrrrrrrr dari coca cola.

“Telan. Jangan sampai ada yg bersisa sedikit pun.” Perintah Erick.

Aku menelannya tapi tetap saja air pipisnya belecetan di sekitar mulutku. Erick berang, menganggapku tidak menuruti perintahnya. Erick mendekatkakan kepalaku ke mulut closed. Aku diperintahkan untuk menjilati air dalam closed itu…

Aku bukan saja menjilati closed itu tapi juga beberapa kali menghirup airnya. Airnya bersih, tidak kotor. Erick jongkok di sampingku, ternganga melihat aku asyik menikmati air closed. Aku nyengir melihat ekspresi Erick yang mangap.

“Senyum2 apa kamu?” tanya Erick.

“Abis kamu mangap gitu, untung aja ga ada nyamuk yang masuk. Hik hik hik.”

Erick tidak mengomentari gurauanku, malah membalas gurauanku dengan membenamkan wajahku ke dalam closed beberapa kali, sambil menekan gagang penyiram air di closed (apa sih namanya), sampai aku kesulitan bernafas. Wajah dan sebagian rambutku basah kuyup. Setelah beberapa kali dicelupin kaya cucian kotor, lagi2 Erick menyeretku sambil menjambak rambutku. Erick menempatkanku di dekat pintu kamar mandi. Posisiku sekarang duduk deprok. Rupaku mungkin sudah seperti pengemis jalanan.

“Kamu sekarang sudah gak terikat tapi aku borgol lagi. Tapi, kamu harus tetap duduk di sini. Karena kamu itu kotor dan bau, nanti kamu aku mandiin baru kamu boleh keluar dari kamar mandi. Sekarang, aku mau keluar dulu cari makan. Pintu kamar aku kunci dari luar. Jangan bersuara sekalipun. Kamu ngerti?” kurasa tanganku diborgol ke depan.

Aku mengangguk. Erick mengambil kunci yang tergeletak di atas meja komputer dalam kamarnya. Ketika Erick hendak menghampiri pintu, aku merintih. “Erick,” panggilku dengan suara lemah. Sekonyong2, air mata mengambang di pelupuk mataku.

“Kamu kenapa? Kamu sakit? Erick meraba keningku.”

Aku memegang tangannya erat. “A aa ku aaa aku takut …” kataku sedikit gagap.

“Takut apa?” tanya Erick memastikan.

“Sssssussster Ngessssottt.” Kataku sambil terengah2.

“Apa?” Erick mendelik. Wajahnya keliatan panik. Dikiranya aku bisa melihat makhluk gaib dan saat itu dikiranya lagi aku melihat penampakan Suster Ngesot.

“Aku duduknya, kok, kaya Suster Ngesot? Aku jadi takut.” Kataku memperjelas keadaan.
Erick membuang nafas lega. “Kan ikatan kamu udah aku lepas. Yah kamu ga usah duduk kaya Suster Ngesot gitu… posisinya kayak Suster Ngen*** aja.” Kata Erick sambil nyengir kuda. (Ini orang lagi nyengir aja keliatan sadisnya).

Aku mengambil posisi wenak. Aku duduk bersandar di pintu. Kaki kulipat hingga lutut menyentuh dagu. Lalu tanganku yang di borgol di depanmemeluk erat kedua kakiku. Dingin. Hawa dari AC kamar.

“Jangan lama2 yah.” Kataku mengingatkan.

“Aku ga lama tapi begitu aku kembali, kamu harus sudah siap dengan semua gojlokan aku.”

Erick lantas keluar. “Aku mau pecel lele!” teriakku.

Entahlah Erick dengar atau tidak. Tidak berapa lama, sekitar 30 menit Erick datang dengan membawa 2 plastik kresek dan 2 botol sirop berisi air putih di tangan. Satu plastik kresek biasa, satu lagi plastik kresek Alfamart. Oh, senangnya hatiku karna aku mencium harumnya lele goreng. Erick membuka plastick kresek alfamart. Isinya dihamparkan di atas tempat tidur. Ada lilin merah (yang aku ketahui belakangan namanya lilin anti polusi), pinset, alat n pisau cukur, ketimun Prancis, jepit baju, jepit kertas, sari roti tawar, pisang sun pride, tali laso, n kue tart kecil.

Kemudian Erick membuka plastik kresek hitam. Tidak salah, 2 bungkus lele goreng. Erick membukanya satu, kemudia memakannya dengan lahap. Tidak sampai 5 menit, lele dan nasi uduk itu berpindah ke perutnya.

Aku menelan ludah. “Kok pelit banget sih, aku ga dibagi?”

Kemudian, Erick membuka plastik kresek satunya. Isinya sama, pecel lele. Aku berharap dengan amat sangat segera diberikannya pecel lele itu untukku.

Erick menghampiriku. Diletakkannya pecel lele itu di perbatasan kamar tidur dan kamar mandinya. Aku segera meraihnya. Menjumput nasi dengan tanganku. Belum juga aku mengangkat hasil jumputanku itu untuk kumasukkan dalam mulutku agar segera bersarang di perutku yang merintih2 lapar, Erick menginjak tanganku. Tentu saja bungkusan itu, nasi, dan pecelnya juga ikut terinjak. Aku mengangkat tanganku, setelah Erick melepaskan injakannya. “Bukan begitu caranya makan….” Belum selesai Erick bicara aku meraih makanan tersebut lalu berdiri, kemudian membanting pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

“AKU PALING GA SUKA KALO AKU LAGI MAKAN TERUS DIGANGGU !!!!!” teriakku kesal.

“Buka pintunya atau kamu akan menyesal seumur hidup.” Ancam Erick.

Waduh, Erick mau ngapain nih sampe ngomong kaya gitu. Karena takut dengan ucapannya aku segera membuka pintu kamar mandi. Erick merebut makanan itu dari tanganku, kemudian dilemparnya ke lantai kamar mandi, hingga sebagian nasinya berserakan. Erick masuk ke kamar mandi, berdiri di belakangku, menendang kakiku.

“Makan itu sambil nungging, langsung pake mulut kamu!” katanya sambil menunjuk nasi lele yang masih tersisa.

“Bersihkan juga nasi-nasi yang berceceran di lantai. Jangan sampai ada sisa.”

Aku nungging sesuai dengan perintahnya. Kini Erick pindah posisi dengan melangkahiku. Erick berada di depan ku, kakinya mengulek kepalaku. Aku berusaha makan dengan cara yang seperti dia inginkan. Hatiku melonjak kegirangan, sampai2 sesekali aku menggoyangkan pantatku, seolah2 aku menggoyangkan buntutku. Oh, I feel like Shiro, (anjingnya Shincan). Sejak dulu… dulu …. Sekali entah sejak kapan, aku sudah terobsesi menjadi anjing. Oh, siapakah Erick ini yang telah merealisasikan hayalku.

Sayang sekali, aku tidak bisa menikmati lelenya. Karna susah sekali menghisap-hisap lele dengan cara seperti itu. Lalu, aku menjilati nasi2 yang berserakan. Tidak bersih semua, memang. Aku menoleh ke belakang, ke arah closed. Ingin sekali lagi aku minum dari situ. Aku tau Erick senang melihat aku minum dari closed itu. Atau biarkan aku minum kocoran pipisnya. Tapi, aku malu untuk melakukannya. Aku malu untuk menu menunggu perintahnya.

Erick beranjak ke lemari dekat tempat tidurnya. Lalu membuka lemari gatakan pada Erick, aku suka diperlakukan seperti ini, suka sekali. Ia mengambil sesuatu dari sana. Mangkuk kecil. Kemudian, diisinya mangkuk itu dengan air dari botol sirop, lalu disodorkan padaku. Aku tau maksudnya. Ia menyuruhku untuk minum. Aku menghirupnya. Segar, tapi perutku masih lapar. Erick mengambil sisa2 makanan yang tidak termakan olehku, lalu memasukkannya ke dalam tong sampah plastik bergambar hello kitty dengan warna pink. Ih anak laki2 kok suka hello kitty pink lagi ???!!

Lalu Erick menyiram kamar mandinya dengan shower closed dari sisa2 nasi yang belum selesai kubersihkan dengan mulutku. Erick tidak marah, aku tidak membersihkan kamar mandinya dengan sangat bersih. Tapi aku mau Erick marah, aku mau Erick marah. Aku suka melihat ekspresi wajahnya saat marah.

Aku masih nungging. Erick menyirami badanku dengan shower closed. Dari pantatku, punggung, dan juga kepala. Lalu menggosok2 an seluruh badanku dengan sabun cair dan shampo. Erick memandikanku seperti memandikan anjing Aku suka sekali saat Erick menggosok payudaraku sambil meremas2. Lalu Erick menyuruhku duduk sambil berkangkang. Miss V ku disemprotnya,,, uuhhh… rasanya nyer2 geli. Selesai memandikanku, Erick melapku dengan handuk, kok lagi2 handuknya motif hello kitty. “Bencong !!!” kataku spontan. Ups, aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku.

“Apa?” kata Erick.

Aku menggelengkan kepala. Untung aja Erick ga sadar aku mencelanya.

“Udah, kamu ke sana.” Katanya.

Aku melangkahkan kakiku menuju depan tv, yang ditunjuk Erick.

“heh heh heh, siapa suruh kamu jalan pake kaki. Jalan sambil nungging!!” perintahnya lagi. Horeeee aku disuruh jadi Shiro lagi. Aku suka sekali. Aku suka sekali.

Aku langsung mengikuti perintahnya dengan senang hati.

Aku berhenti di depan tv. “Kamu suka diginiin?” tanya Erick mengulang pertanyaannya tadi.

Suka sekali!!! Suka sekali!!! Aku diam tidak menajawab. Aku malu mengakuinya.

“AKU BOSAN!!! DARI TADI AKU DISURUH BEGINI, DISURUH BEGITU! KAMU TUH KAYA ORANG YANG GA ADA KERJAAN!!! Protesku.

“Ikutin aja semua perintahku. Kamu di sini karena aku bayar kan? Kalo kamu ga mau pulang dengan tangan hampa ikuti semua perintahku. Aku akan bayar berapa aja yang kamu minta.”

Aku bangkit dari nunggingku. Lalu melotot ke arahnya sambil berkacak pinggang, aku berteriak padanya.

“HEH ORANG KAYA!!! AKU DI SINI BUKAN KARNA UANG KAMU!!! AKU DI SINI KARNA TADI KAMU BILANG MAU MEMPERKOSA AKU!!! KALO KAMU GA NAPSU YA UDAH AKU PULANG AJA!!!”

Plak!!! Lagi2 Erick menamparku dengan keras.

Erick meraih tanganku, lalu mengikatkan di sisi tempat tidurnya. Mengikuti gerakannya, aku terjongkok lalu berlutut. Aku ingin pura2 meronta, tapi aku urungkan niatku. Karena aku sangat suka dengan perlakuannya.

“Aku ingin kamu jadi slaveku. Dan kamu, harus panggil aku Master.”

Slave? Budak? Mendengar kata budak yang pertama muncul diotakku adalah William Wilberforce. Sosok ganteng yang berjuang untuk melawan perbudakan. Dan pada saat aku menonton film itu dari cd pinjaman, yang aku bayangkan bukanlah aku menjadi Barbara Spooner yang selalu mendukung William sampai akhirnya menjadi isteri William. Tapi aku ingin merasakan menjadi budak. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya terikat rantai sambil disuruh kerja rodi. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya dicambuk sampai darah segar meangalir dari tubuhku yang imut ini.

Master? Wong Fei Hung kah? Yang anaknya Wong Ka Ying itu? Jagoan Kung Fu Shaolin Utara itu? Penguasa Kung Fu Hung Gar? Wow. Keren. Jadi, orang yang mau memperkosa aku ini adalah seorang Master?

“Wow. Keren! Keren! Ajarin aku jurus tendangan tanpa bayangan dong.!” Teriakku kegirangan sambil melompat2 sambil jongkok dan tangan terikat.

“Apa?” Erick mendelik.

“Itu kan jurus andalan Master Wong Fei Hung.”

Deg!!! Aku merasakan mual luar biasa, mendapat sebuah tendangan tanpa bayangan dari Erick tepat di perutku. Rasanya ingin muntah.

Erick membuka jeansnya. Lalu celana dalamnya. Ga jadi muntah, Erick menyumpal mulutku dengan celana dalamnya yang bau juice wortel. Lalu mengikat mulutku dengan syal ditambah ditambal lakban.

“Kamu dari tadi udah banyak ngomong. Aku ga suka sama ocehan kamu. Daripada kamu nyama2 in aku sama Wong Fei Hung, panggil aku Tuan, Goblok!!”

Kok malah marah sih, yah .. Wong Fei Hung si emang kalah ganteng sama Erick, tapi kan ga kalah keren. Penguasa Hung Gar geto loh.

Erick membuka kaosnya. Erick bugil. Wow sexy sekali. Dadanya bidang, perutnya hampir six pack, “Panggil aku Tuan.” Perintahnya.

Aku diam. “Per_x, panggil aku Tuan!” Aku tetap diam, tapi dalam hati aku bilang Tuan.

“Mmmepph h.” Gimana mau ngomong, kalo mulutku ditekep gini.

“Kalo ngerti, ngangguk tolol!!!” Aku mengangguk.

“Madep sana!” perintah Erick. Aku menghadap merapat ke arah tempat tidur. Beberapa detik tidak ada reaksi dari Erick. Lalu Erick membuka ikatan tanganku. Aku disuruh nungging lagi. Erick mengambil sesuatu dari tempat tidur, dan mengambil sesuatu dari meja tv. Aku tidak melihat dia ambil apa, kan aku lagi nungging.

Rupanya, barusan dia mengambil lilin dan gretan. Oughhh… satu lelehan panas mengenai kulit punggungku. Ini pasti lilin. Beberapa tetesan. Lalu, lilin itu dibawanya ke bawah tubuhku, didekatinya ke putingku. Aku melonjak bangkit merespon rasa panas itu, sampai kepalaku kejedut dagu Erick. Untung aja ga kena bibirnya, kalo kena bibirnya pasti berdarah. Erick meniup lilin itu lalu melemparnya ke atas meja.

“Oke…Tuan buka sumpelan mulut kamu. Tapi kamu ga boleh ngomong sepatah katapun, kecuali Tuan perintahkan. Kalo kamu melanggar, Tuan kasih hukuman.”

Jenny mengangguk tanda mengerti. Erick membuka lakban. Sret, lalu ikatan, kemudian mengeluarkan celana dalamnya yang basah dari mulutku.

“Bilang, terimakasih, Tuan.” Perintah Erick sambil menyuruhku berdiri.

“Terimakasih, Tuan BARON ARARUNA.” Plak. Sudah pasti ini bunyi tamparan. Erick mengambil karet gelang bekas pembungkus pecel lele. Lalu dikaitkannya ke putingku dua-duanya sampai ketat. Putingku jadi mengeras. Lagi, Erick menggamparku. Plak.

“Tadi, Tuan itu cuma nyuruh kamu bilang, Terimakasih Tuan.. kok pake ada kata2 BARON ARARUNA, siapa dia?”

“Orang kaya. Tanahnya luas. Budaknya banyak.” Jawabku.

“Heh, ngomong berarti hukuman.” Erick mengambil jepit jemuran, lalu menjempitnya di putingku, satu. Aku meringis. “Aw… sakit..” Erick mengambil lagi satu jepit jemuran, kali ini dijepitnya di daun telingaku. Aku meringis lagi…. Sakit ….

Yah ampun aku sadar, ngomong berarti hukuman. Berarti aku ga boleh bilang sakit.

Erick tersenyum tipis.

“Sekarang, kamu slave aku. Kamu berada di bawah kekuasaanku….. Slave ….. Aku sangat menyukai kalimat itu. kalimat Kamu berada dibawah kekuasaanku slave … kamu berada di bawah kekuasaan ku slave …. Kamu berada di bawah kekuasaanku slave …

Erick tampak berpikir, “Aku mau kasih kamu nama.”

“ESCRAVA!!! Aku mau Tuan memanggil aku dengan nama itu.”

“Apa? Es Kelapa?” Erick nyengir.

Aku ga bisa nyengir menahan rasa sakit di putingku yang mengeras karena karet gelang lalu gepeng karena jepit baju.

Aku tau bicara berarti hukuman. Tapi aku ingin dipanggil Escrava.

“ESCRAVA, Tuan.” Aku meralat. Erick menggoyang-goyangkan jepit jemuran di putingku. Raut wajahku mungkin sudah berubah. Warna kulitku juga mungkin berubah menjadi kuning karna menahan rasa sakit.
Oow… Erick menyentuh miss V ku, merabanya pada bagian luar. Miss V ku sebenarnya sudah basah dari tadi. Lalu, jari telunjuknya masuk ke dalam lubang kenikmatanku. Aaaaahhhh … aku mendesah… dikeluarkannya lagi jarinya … lalu dimasuki lagi… begitu terus berulang2 … secara perlahan …tapi ga lama cuma sebentar. Nafasku terengah2 Aku berharap, inilah saatnya Erick memperkosaku. Tapi, setelah Erick mengeluarkan jarinya dari Miss V ku, ia diam hanya memandangku tanpa kedip. Ayolah Tuan perkosa aku … aku mohon …

Erick mengambil lilin dari meja tv, kemudian meletakkannya di atas kasur juga gretan. Erick mengambil tali pramuka. Diikatkannya dengan keras di pergelangan tanganku di belakang. Juga mataku diikat dengan syal yang lainnya Erick duduk di sisi tempat tidur, lalu menarik tubuhku dan mengangkatku ke pangkuannya..
Erick menjenggut rambutku, lalu membenamkan mukaku di ketiaknya. Nggak asem kok meski banyak rumputnya. Aku disuruh menjilatinya. Lalu pindah ke putingnya. Aku juga menjilati dadanya… dadanya yang bidang, dan keringatnya .. aku suka sekali keringatnya. Sekitar 15 menit aku melakukan kegiatan ini. Erick menurunkanku dari pangkuannya. Lalu menyuruhku duduk di bawah sambil berlutut. Erik melonjorkan kakinya ke arah mukaku, lalu memasukkan jarinya kedalam mulutku. Lagi, aku menjilatinya, dan menghisapnya seperti sedang menikmati permen kaki, permen kesukaanku yang bisa bikin sariawan. Aku menjilati bahu kakinya, naik ke mata kakinya, lalu ke betisnya… ohhh … aku ingin menjilati buah zakarnya, tapi sampai di pahanya aku merasakan lagi… tetesan lilin… Ahhh .. aku mendesah pelan… lalu aku naik lagi … naik lagi …meski lilin terus menetes di punggungku … ahhh.. sampai … aku mendapatkan buah zakarnya … lalu kuemut penisnya dengan begitu bergairah seperti bayi mendapatkan botol susunya.

==oo0oo==

Senin, 18 Februari 2013

Sebuah Pertunjukan

Seminggu ini adalah tujuh hari yang special, sebab Yessy akan pura-pura menjadi anak angkat Pak Eko. Pak Eko memerlukan Yessy menjadi anak angkatnya karena dia terlibat sebuah kerjasama dengan seorang businessman Amerika kaya raya yang akan datang seminggu ini. Pak Eko ingin memanfaatkan kecantikan Yessy untuk menarik hati businessman ini dan jika berhasil maka uang jutaan dolar akan masuk ke kantong Pak Eko, sang dosen yang kaya raya.

Yessy adalah mahasiswa bimbingan Pak Eko yang sedang menerima bimbingan untuk thesisnya di Fakultas Psikologi di Bandung. Dengan terpaksa dia bersedia menjadi anak angkat Pak Eko, berkaitan dengan kesediaan Pak Eko memeriksa thesisnya.

Pagi ini Yessy terbangun dengan tubuh yang lemas, kejadian semalam sulit dibayangkan dengan akal sehat. Bekas sperma yang mengering di sekujur parasnya yang elok, terlihat memanjang turun karena meleleh ke leher dan payudaranya, belum terhitung yang ada di rambutnya. Tidak ada sehelai benangpun yang melekat ditubuhnya.

Kemarin malam adalah pesta terliar yang pernah dia alami dalam hidupnya. Pesta itu bersetting di sebuah rumah mewah yang memiliki ruangan yang ditata seperti diskotik. Lampu-lampu warna-warni tampak silih berganti menyorot ruangan berganti-gantian mengikuti irama musik, di tengah-tengah ruang ada sebuah panggung bulat. Namun keadaan yang hingar bingar di dalam rumah tidak terdengar dari luar rumah. Dari luar pagar rumah yang berdinding beton hampir 3 meter sekelompok orang bertubuh kekar dengan berseragam hitam-hitam yang menjaga pintu masuk.

Tampang mereka sangar dan sangat ketat menyeleksi tamu yang datang. Hal itu terlihat ketika ada sebuah mobil jaguar yang mendekat, para petugas ini langsung keluar mengetok jendela dan terlibat pembicaraan yang singkat, kemudian kedua orang dari mobil tersebut turun dan berjalan masuk. Para petugas kekar itu dengan sigap membuka pagar dan kemudian memarkirkan mobil tersebut ke parkiran bawah tanah yang terletak didalam rumah tersebut.

Di dalam ruangan suasana sudah ramai. Tampak dari hampir 30 tamu lelaki yang datang semuanya dari kalangan “the haves”. Para lelaki itu sebagian besar adalah top manajemen dari perusahaan-perusaahaan besar dan tidak sedikit ada expatriat-expatriat juga. Diatas panggung ada pertunjukan tari striptease yang dibawakan oleh 5 penari yang berparas cantik, muda dan sexy. Rata-rata masih 20-25 tahun.

Sebagian orang duduk di kursi sambil bercerita dan sesekali melihat pertunjukan. Sebagian lagi mengambil makanan yang disajikan di atas sebuah meja panjang yang terletak sepanjang dinding belakang. Para pelayannya semuanya cewek-cewek seksi yang berbaju bikini. Tampak Pak Eko dan beberapa temannya sedang berdiri bercakap-cakap di salah satu sudut ruang. Tiba-tiba pembawa acara muncul di tengah ruangan. Ruangan yang semula ramai pelan-pelan menjadi sunyi, lalu sang pembawa acara mulai berbicara.

“Selamat malam Bapak-bapak sekalian, malam ini dengan bangga kami membuka pesta Ulang Tahun Bapak Tony. Semuanya sudah tersedia bagi kepuasan bapak-bapak sekalian. Silakan menikmati hidangan dan minuman dari berbagai model anggur, bir, champaigne dan sebagainya. Semuanya ini akan di layani oleh pelayan-pelayan seksi. Pelayan-pelayan ini semuanya available untuk di ajak kencan, dengan kalau ada bapak-bapak yang pingin berintim ria secara prifat gandeng saja cewek mana yang bapak-bapak suka dan silakan mempergunakan kamar di lantai 2. Semua cewek-cewek disini siap melayani bapak-bapak sekalian dengan segala macam service.” Lanjutnya bersemangat.

“Dan jangan lupa puncak acara kita akan di mulai jam 9 malam.”

Sambutan itu di sambut dengan tawa hangat dan tepuk tangan. Musik pun berdetum kembali. Kali ini di atas pentas muncul tarian lain yaitu tarian dangdut bugil. Para tamu kembali bersorak-sorak. Sebagian ikut naik ke panggung dan bergoyang bersama para penari yang tidak mengenakan sehelai baju pun. Tangan mereka memeluk meremas dan mengelus para penari tersebut. Botol demi botol minuman berakhohol dibuka dan mengalir begitu saja. Begitu memasuki puncak acara tiba-tiba musik berhenti dan tampak beberapa orang mengangkat sebuah kado raksasa ke atas pentas. Setelah itu pembawa acara berkata.

“Ok Sekarang adalah puncak acara yang saya janjikan. Didalam kotak ini adalah permainan kita malam ini. Kado ini merupakan sebuah pertunjukan untuk melengkapi kenikmatan bapak-bapak yang sudi datang malam ini” Kotak Kado raksasa itu pun di buka.

Para undangan langsung terhenyak ketika melihat ternyata dalam kotak berdiri seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Yessy. Yessy mengenakan blouse pink dan rok mini hitam, sepasang kakinya yang mulus dibalut oleh stocking hitam dan sepatu berwarna putih model pantofel dengan ban yang menghubungi kedua mata kakinya, berhak tinggi setinggi 7 cm. Yang tampak lain adalah kedua tangannya terikat di belakang dan dalam mulutnya terdapat sebuah jeruk sehingga suara yang keluar dari mulutnya cuma haa.. Aaa.. Haah.

“Malam ini nona manis ini akan mempertunjukan sesuatu yang tidak akan terlupakan. Ini adalah sebuah acara lelang, masing-masing orang boleh buka harga dan siapa yang menang maka perintahnyalah atau keinginannyalah yang dilaksanakan.”

“Sebelum acara di mulai akan kita undi siapa yang mendapatkan kesempatan untuk menelanjangi cewek manis ini.” Pembawa acara kemudian menutup matanya dan mengambil sebuah kertas yang sudah di persiapkan sedemikian rupa.

“No.10″ Teriak sang pembawa acara lantang.

Seorang pria muda langsung berteriak dan maju. Dengan senyum mesumnya ia mendekati Yessy, Yessy langsung menggeleng-gelengkan kepalanya seolah-olah tidak percaya dengan acara yang dirancang untuknya. Setahunya, ia hanya disuruh menemani acara lelang tapi ia sendiri tidak tahu akan di begitukan.

Dengan sigap lagi-laki itu menggunting blouse Yessy, gunting stenlis itu bersentuhan dengan kulit mulus Yessy, ia menggeliat kecil merasakan benda dingin di pinggangnya. Pelan tapi pasti akhirnya bajunya lepas kemudian roknya dan kemudian stocking dan sepatunya. Tapi atas permintaan para undangan akhirnya sepatu kembali di kenakan.

Yessy berdiri kikuk di depan dengan hanya push-up bra dan celana dalam saja. Ia tertunduk malu tidak berani menatap para hadirin yang semakin ramai meneriaki dan bersuit-suit. Pipi dan telinganya tampak merah karena malu. Tiba-tiba “ploop” dadanya yang indah menyembul seiring dengan bra-nya yang putus digunting. Hawa dingin di ruangan tersebut langsung membuat puting susu indahnya yang merah jambu menonjol bagaikan ujung penghapus pensil. Pembawa acara langsung menyodorkan tangannya untuk mengelus dan menjepit puting susu tersebut dengan jari jempol-telunjuk.

Yessy langsung menjerit-jerit tapi suaranya hilang tertelan oleh suara penonton yang meneriakinya. Pembawa Acara kemudian menemukan ide lain. Ia memaksa Yessy berjalan memutar-mutari panggung dengan cara menarik puting susunya. Dengan tangan yang terikat di belakang dan puting susu yang kesakitan, Yessy tidak bisa menolak. Acara itu ditutup dengan melorotkan celana dalam Yessy sehingga Yessy berdiri bugil tanpa sehelai benangpun di hadapan hadirin. Ia tidak bisa menutup auratnya dengan tangan karena terikat di belakang. Yessy di paksa menundukan kepala mengucapkan terima kasih dan kemudian ada tirai yang menutup dari atas.

Acara lelang dibuka, semua orang memasukan harga dalam amplop tertutup dan yang 3 pemenang terbesar akan mendapatkan kesempatan untuk mengerjai Yessy dalam waktu 30 menit di depan umum. Jadi nasib Yessy akan sepenuhnya menjadi hak ke 3 orang yang beruntung ini. Dewan penilai dengan cepat menyeleksi amplop tersebut kemudian mengumumkan ke 3 pria beruntung malam itu.

“Pak Budi, dengan tawaran sebesar 175 juta rupiah, selamat untuk Pak Budi”

“Pak Oke, dengan tawaran sebesar 160 juta rupiah, dan yang terakhir Pak Endo dengan tawaran 150 juta rupiah.”

“Silakan menuju ke belakang panggung untuk mendiskusikan rencana dana dengan ’sutradaranya’ di ruangan samping.”

“Yang tidak mendapat kesempatan tidak usah kecewa karena setelah ini ada kesempatan buat saudara-saudara semua selain itu juga saudara-saudara dapat menonton acara yang sedang di susun ini.”

Sesaat kemudian acara siap dimulai lagi, kali ini Pak Anton yang mendapat tempat dan waktu untuk memulai pertama kali. Judul Sesinya “Putri Mulus”. Layar kembali diangkat dengan setting kursi kayu besar dan Yessy yang duduk diatasnya dengan model santai tapi kedua tanganya terikat di atas kepalanya dan kedua pahanya di rentangkan ke tangan kursi dan diikat. Mulutnya di sumpal dengan menggigit sebatang kayu yang ujung-ujungnya diikat di belakang kepala.

Sepasang bel kecil di jepitkan pada kedua puting susunya sehingga setiap kali dia mengubah posisi atau menggeliat pasti terdengar bunyi “ting-ting-klinting”. Sebuah pisau cukur tajam dan sebotol foam bercukur yang terletak di atas meja samping kursi. Yessy betul-betul telanjang bulat dan duduk dengan posisi tersebut memperlihatkan bulu-bulu kemaluannya yang lebat dan indah. Bibir kemaluannya tampak menyembul dan merekah indah mempertunjukkan liang vaginanya yang merah basah. Mata Yessy terpejam namun oleh sang Pembawa Acara memaksanya membuka mata dan menatap ke penonton.

Tangan sang tukang cukur kemudian mengelus-elus hamparan bulu indah di depannya, bahkan acara tersebut di filmkan oleh seorang kameramen yang memang sejak tadi meliput acara ini. Jarinya di putar-putarkan di sekitar bibir kemaluan Yessy, Semua orang yang melihat menahan napas dan tidak berani mengkedipkan mata. Jari yang semula hanya bermain di permukaan mulai menusuk ke dalam.

Yessy mulai menggeliat selah-olah kegelian dan tidak nyaman. Gerakan jari tersebut semakin cepat dan Yessy mulai merintih dan napasnya menjadi pendek dan berat. Semakin lama temponya semakin cepat, jari-jarinya dengan lincahnya maju mundur, sampai akhirnya si Yessy memekik tertahan dan dia orgasme, lendir keluar membasahi bibir kemaluannya dan meleleh ke kursi kayu sehingga membentuk genangan lendir. Semua orang bertepuk tangan dan suasana menjadi ramai. Yessy hanya menarik napas panjang dan tampak kehabisan tenaga. Tukang cukur tersebut mengeluarkan jarinya dari lubang vagina Yessy dan mempertunjukan jarinya yang basah ke para hadirin yang disambut dengan tepuk tangan yang lebih meriah.

Selanjutnya ia menjilat jari tersebut sampai bersih. Genangan lendir di kursi itu disapunya dan di oleskan ke kening dan pipi Yessy yang tidak berdaya. Selanjutnya ia menyemprotkan foam cukur menutupi seluruh bagian rambut-tambut kemaluan Yessy. Kemudian setitik dari foam itu di taruh di atas hidung Yessy dan kemudian ia berpose dengan memegang pisau cukur dan “klik.. Klik” beberapa dari para undangan mengambil foto ekslusif untuk keperluan pribadi.

Tukang cukur itu kemudian beraksi dan dengan terampil ia memainkan pisau cukur itu diatas kemaluan Yessy. Dia bekerja dengan teliti memeriksa dengan seksama kesemua sela-sela bibir kemaluan untuk meyakinkan tidak ada lagi bulu yang tertinggal alias mulus. Yessy tidak berani menggeliatkan bagian bawah tubuhnya karena takut terluka. Dia hanya menahan napas sambil terus menatap penonton.

Kemaluan dibersihkan dari sisa-sisa foam dan Simsalabim, gadis cantik seksi usia 20 tahun itu siap untuk menggemaskan para penonton, Yessy tampil dengan kemaluan yang tak berbulu bagaikan anak bayi. Yessy sampai terguncang-guncang saking shocknya ketika ia menundukkan kepala melihat hasil tersebut. Bel di puting susu nya berdenting kencang seolah-olah meneriaki kegirangan seorang anak yang baru mendapatkan hadiah.

Seorang bapak di pilih secara acak untuk naik dan mengetes kemulusan kemaluan Yessy, tangan bapak itu di bimbing untuk menyentuh kemaluan Yessy dan di kemudian mengelus-ngelusnya. Entah karena masih terangsang atau karena malu Yessy kembali mengerang-erang dan merintih.

“Mau dijilat” tawar sang pembawa acara, yang dijawab dengan anggukan malu bapak tersebut. Entah kenapa bunyi bel yang berdenting kembali terdengar seiring dengan jawaban bapak tersebut. Bapak itu kemudian berjongkok, kedua tangannya memegang masing-masing sisi bibir kemaluan dalam dan menariknya ke samping untuk membukannya tampak lendir baru mulai membasahi dinding vaginanya.

Warna merah jambu yang basah betul-betul menggugah nafsu. Lidahnya kemudian mulai disapukan dari bawah ke atas dengan irama tetap. Rintihan Yessy kembali terdengar ditambah dengan bunyi bel yang berdenting mengikuti irama satu-satu pada jilatan tersebut. Jilatan itu makin lama makin cepat dan dalam keadaan tangan terikat ke belakang, Yessy kembali masuk dalam kenikmatan tingkat tinggi yang sulit dilukiskan. Pada akhirnya Yessy kembali memekik dan dia orgasme untuk kedua kalinya malam itu. Bapak itu bangkit berdiri dan kemudian menghadap penonton tampak bibirnya dan sekujur mulut dan hidungnya basah berkilat-kilatan.

“Bagaimana rasanya?” Tanya Sang Pembawa Acara.

“Baunya aneh tapi membuat semangat dan rasanya sedikit asin tapi yummy” jawab bapak itu lugu dan ia di beri kesempatan untuk mencium Yessy sekali. Layar kembali tertutup.

Sesi kedua di buka 10 menit kemudian. Panggung diangkat dan tampak sebuah meja kecil dan kursi bulat yang aneh. Kursi itu adalah kursi bulat dari kayu yang pada dudukannya terdapat sebuah dildo kayu yang panjangnya 15 cm keduanya melekat tanpa sambungan karena memang dirancang khusus untuk keperluan khusus. Judul sesi ini adalah “Makan Malam Sang Putri”. Dengan tubuh telanjang Yessy berdiri di samping meja tersebut hanya sepatu yang masih menempel di tubuhnya, kali ini tangannya bebas dan mulutnya juga tidak di sumpal apa-apa. Matanya memandang kursi aneh tersebut dengan padangan yang mendegupkan jantung, kursi itu bagaikan mimpi buruknya.

“Tentunya kamu sudah lapar bukan? Selamat menikmati hidangan” Kata sang pembawa acara itu sambil merapikan rambut Yessy.

“Sebelumnya karena peraturan sewaktu makan adalah harus sopan, duduk dengan baik di meja makan maka sekarang silakan duduk”

“Tapi....” Yessy kembali menatap sang pembawa acara dengan mata memohon.

“Oh ya ada yang kelupaan..” Sang pembawa acara itu mengambil sebotol jelly pelumas dan menumpahkannya ke tangan lalu di oleskan ke dildo kayu yang berdiri tegak di bangku tersebut.

“Nah Silakan duduk”

Yessy maju ke bangku itu dibimbing oleh sang pembawa acara dan ia membantu Yessy memposisikan kemaluannya tepat diatas dildo tersebut. Pelan tapi pasti ia menekan pundak Yessy turun ke bawah. Bibir pada kemaluannya yang mulus itu membuka dengan tidak berdaya di terobos batang kayu nan perkasa itu. Sedikit demi sedikit masuk dan menekan ke segala arah. Rasanya seperti melahirkan bayi, hanya saja tidak sesakit itu. Ada perasaan aneh yang timbul seperti ada benda aneh di dalam perutnya.

Kini ia sudah duduk dengan mantap. Tapi kakinya ditekuk dan betisnya kemudian diikat ke pahanya, sehingga Yessy duduk dalam posisi menggantung. Posisi kursi tersebut agak melengkung sehingga menyebabkan keseimbangan mudah berubah sehingga akan Yessy harus terus mengontrol keseimbangan dengan bergeser kekiri atau kekanan. Pergeseran itu menyebabkan posisi dildo dalam vaginanya berpindah-pindah sehingga menimbulkan perasaan terangsang yang aneh.

“Oke Hidangan pembuka malam ini adalah Sashimi cacing. Cacing ini bukan cacing sembarangan lho, ini cacing hiegenis yang kita impor khusus dari Jepang, memang masih hidup dan menggeliat tapi bukan berarti tidak bisa di makan lho.”

Promosi sang pembawa acara. Mata Yessy langsung terbelalak ketika melihat semangkuk penuh cacing gemuk segede jari-jari lentiknya yang masih hidup dan menggeliat. Dengan perasaan mau muntah ia mencoba menghabiskan menu pembukanya. Satu persatu cacing itu menghilang ke dalam mulutnyaa Ia harus mengambil cacing tersebut dengan jarinya dan memasukkannya ke dalam mulut. Dikunyah-kunyah dengan cepat dan langsung ditelan tanpa air karena memang tidak di sediakan air untuk minum. 5 menit dia habiskan untuk melahap habis semangkuk penuh cacing tersebut.

Menu utamanya berupa sepiring sup kental aneh berwarna putih yang diberi daging hitam kecil seperti kerang. Yessy memakannya dengan sendok sampai habis. Hanya butuh waktu 2 menit untuk menghabiskannya. Rasanya lumayan aneh terutama dagingnya yang agak tawar dan kriuk-kriuk. Tiba saatnya sang pembawa acara kemudian menjelaskan bahwa sup itu dibuat dari nasi yang di juice dengan segelas sperma segar sumbangan dari para koki yang entah siapa, sedangkan daging hitam tersebut adalah bakwan kalajengking (di sebuah tempat makan terkenal di Beijing Cina, orang sudah biasa makan kalajengking yang di panggang diatas tusuk sate, per tusuknya sekitar 5000 rupiah).

Yessy langsung merasa makanannya tersebut mau keluar semua mendengar penjelasan tersebut. Makanan penutup hanya sebuah mangkok kosong besar. Tiba-tiba seorang koki datang dengan hanya mengenakan celana dalam. Ia melorotkan celana dalamnnya dan memasukan jarinya ke lubang pantatnya sendiri kemudian jari yang kotor itu disodorkan ke mulut Yessy.

“Buka mulutnya say” katanya dan begitu Yessy membuka mulut ia memasukan seuruh jari itu ke dalamnya. Yessy kontan memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam mangkuk besar di depannya.

“Nah sekarang kita sudah punya makanan penutupnya.”

Pembawa acara itu mengaduk-aduk muntahan itu dengan sebuah sendok sup. Yessy menghabiskan seluruh hampir setengah jam untuk memaksakan sendok demi sendok muntahan itu ke perutnya.

Sesi ke tiga lebih ekstrim lagi. Kali ini kedua tangannya Yessy di ikat di belakang. Dia jongkok di atas panggung. Dalam keadaan berjongkok pahanya dibuka kesamping sehingga mempertunjukan kemaluannya yang mulus tak berbulu dengan bibir kemaluan yang merekah bagai bunga mekar. Permainan yang ketiga adalah “Putri Sang Peminum”. Pahanya yang terentang di ikat ke sedemikian rupa sehingga pahanya tidak bisa ditutup dan Yessy akan terus jongkok selama 1 jam kedepan.

Semua orang berlomba-lomba untuk mengencingi Yessy ada yang tidak tahan malah bermasturbasi dan menumpahkan sperma ke seluruh muka dan badan si Yessy. Kencing di arahkan ke bagian seperti wajah rambut dada dan banyak sekali yang langsung di arahkan ke dalam mulut. Dengan jumlah hadirin sekitar 30 orang dan masing-masing kencing sekali aja. Entah berapa liter kencing yang sudah masuk ke dalam perutnya. 1 Jam kemudian Yessy sudah basah kuyup oleh kencing dan sekujur rambut dan wajah dan dadanya penuh dengan sperma.

Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan acara buang air kecil oleh Yessy sendiri. Untuk itu ditaruh sebuah mangkuk kaleng di celah antara kakinya. Yessy sendiri sudah sangat kebelet dan pingin sekali buang air kecil. Tapi ia tidak ingin buang air kecil dengan terikat dan di depan umum seperti ini. Sangat memalukan. Semua orang akan tahu bagaimana ia buang air kecil. Bagaimana cairan kencing itu keluar dari kemaluannya tentu akan membelalakkan mata semua orang. Kameramen sudah bersiap-siap merekam kejadian langka dan mendebarkan ini.

Sang Pembawa Acara mengetahui bahwa sebenarnya Yessy seharusnya pingin sekali buang air kecil oleh karena itu ia mengusap-ngusap kemaluan Yessy tepat di depan lubang kencingnya tangannya di tekan-tekan di sekitar lubang tersebut.

“Ayo lubang kecil, longgarkan ototmu dan kencinglah dengan bebas” kata sang pembawa acara itu pada Yessy, lubang itu semakin di pijat dengan semangat dan sangat menggelitik sampai akhirnya pertahanan Yessy jebol dan air mancur indah pun mengalir keluar. Air mancur itu keluar diiringi dengan rintihan Yessy tanda kepuasan karena sudah dari tadi menahan kencing. Rasa malu sudah hilang bercampur dengan rasa nikmat, pipi dan telinga tetap saja memerah tidak bisa menipu dan menyembunyikan apa-apa dari banyak orang. Air mancur itu semakin hari semakin banyak dan berubah menjadi air terjun.

“Astaga kamu pipis banyak sekali” Ucapan itu tidak di tanggapi lagi oleh Yessy, yang ia pikirkan hanyalah secepatnya mengakhiri kencing ini. Ia kencing tiada henti-hentinya sampai akhirnya ia menggigil beberapa kali yang mengisyaratkan pipisnya sudah hampir selesai. Air terjun berubah menjadi aliran kecil dan kemudian hanya tetes-tetes yang keluar. Semua hadirin bertepuk tangan dan berteriak dengan ramai.

==oo0oo==