Tampilkan postingan dengan label pemerkosaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pemerkosaan. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Mei 2013

Kisah Nyata Penyiksaan Gadis Di Jepang


Junko Furuta, adalah seorang siswi SMA biasa berumur 16 tahun. Suatu hari, 25 November 1988, ketika Junko pulang dari tempat ia biasa bekerja part time, empat orang pemuda, pemuda A (18 tahun), pemuda B (bernama Jo kamisaku umur 17, kamisaku adalah nama keluarga yang dia ambil setelah keluar dari penjara), pemuda C (umur 16),dan cowok D (umur 17) dari Tokyo menculik dan menyekap furuta selama 44 hari. Mereka menjadikan Furuta sebagai tahanan di rumah yang dimiliki orang tua si pemuda C.

Untuk menghindari pengejaran polisi, si cowok A memaksa furuta untuk menelepon orangtuanya dan menyuruhnya mengatakan kalau dia kabur dari rumah, dengan temanya, dan tidak berada dalam bahaya. Bahkan cowok A membuat furuta berpose sebagai pacar dari salah satu cowok – cowok itu ketika orangtua C, pemilik rumah sedang ada dirumah tersebut. Kalau mereka sudah yakin orang tua C tidak akan telepon polisi, mereka pun menyudahi sandiwara tersebut. Furuta mencoba kabur berkali – kali, memohon pada orang tua C untuk menyelamatkan dia, tapi mereka ga ngelakuin apa2 meskipun mereka tau kalau selama ini furuta disiksa, karena Orangtua C takut kalau cowok A akan menyiksa mereka. Cowok A saat itu adalah pemimpin yakuza kelas rendah dan telah mengancam siapapun yang ikut campur akan dibunuh.



Menurut kesaksian para cowok itu di persidangan, mereka berempat memperkosa furuta, memukulinya, memasukan macam2 ke dalam kemaluannya termasuk tongkat besi, membuatnya minum urinenya sendiri dan memakan kecoak, memasukan petasan ke dalam anusnya dan meledakannya, memotong pentilnya dengan tang, menjatuhkan barbel ke perutnya, dan membakarnya dengan rokok dan korek api (salah satu dari pembakaran itu adalah berupa hukuman karena Furuta berusaha menelepon polisi atau berusaha kabur. Pertama, dia tertangkap saat berusaha menelepon. Yang kedua kali, dia berusaha melarikan diri. Ketiga, Furuta meminta tolong sama orang tua cowok C, si pemilik rumah. Tetapi, pemilik rumah yang ternyata telah mengetahui selama ini apa yang terjadi pada Furuta. Dia memohon minta tolong, tapi mereka menolak. Mereka beralasan bahwa anaknya punya banyak koneksi penjahat sehingga mereka tidak mau dan takut ikut campur ke dalam masalah itu dan dengan teganya meninggalkan gadis itu mati perlahan dengan cara menyakitkan)

Akibat serangkaian penyiksaan demi penyiksaan yang dialami Furuta, pada akhirnya Furuta mengalami luka yang sangat parah hingga menurut salah satu cowok itu, furuta membutuhkan waktu satu jam lebih untuk merangkak turun tangga untuk menggunakan kamar mandi. Mereka bahkan mengatakan ada kemungkinan kalau 100 orang tau kalau mereka menahan furuta di rumah tersebut, tapi hal ini ga jelas artinya apa 100 orang itu hanya sekedar tau saja atau mereka juga ikut memperkosa dan menyiksa Furuta saat berkunjung ke rumah tersebut. Cowok2 itu menolak membiarkan furuta pergi dan terus menyiksanya. Bahkan Furuta seringkali memohon pada mereka untuh membunuhnya saja dan menyudahi penderitaan tersebut.

Pada January 4, 1989, dengan menggunakan alasan kekalahan saat bermain mah-yong, keempat cowok itu memukuli furuta (dimana sebagian anggota badannya sudah dimutilasi) dengan barbel besi. Setelah itu mereka menuangkan cairan dari pemantik api ke kaki dan tangan Furuta yang belum termutilasi, perutnya, dan mukanya, dan lalu membakarnya. Furuta meninggal tidak beberapa saat kemudian karena diduga shock atas luka bakar yang dideritanya. Jadi dapat dibayangkan bagaimana Furuta merasakan perihnya luka bakar di tubuhnya sebelum ia meregang nyawa. Kempat cowok itu menyatakan kalau mereka ga menyadari betapa parahnya luka yang dialami oleh furuta, dan mereka percaya kalau furuta hanya berpura2 mati.

Sesudah mereka menyadari Furuta benar-benar telah meninggal. Para pembunuh menyembunyikan mayatnya di dalam drum galon dan lalu mengisinya dengan semen. Mereka kemudian membuang drum tersebut di koto, Tokyo dan drum ini baru ditemukan setahun kemudian.


PENAHANAN DAN HUKUMAN


Para cowok itu ditangkap dan disidangkan sebagai orang dewasa, tapi karena Jepang menangani kejahatan yag dilakukan oleh pelaku yang masih dibawah umur, maka identitas mereka disembunyikan oleh persidangan. Akan tetapi, seminggu kemudian, majalah mingguan bernama Shukan Bunshun menerbitkan nama mereka, dengan menyatakan "Hak asasi tidak dibutuhkan oleh penjahat biadab". Mereka juga menerbitkan nama asli Furuta lengkap dengan detail tentang kehidupan pribadinya dan menerbitkannya besar-besaran di media.

Kamisaku dituntut sebagai pemimpin para cowok itu menurut persidangan. Keempat cowok itu diberi dinyatakan bersalah tetapi hanya diberi hukuman 8 tahun (seharusnya hukuman mati tuh dengan cara paling menyakitkan) dengan tuntutan "membuat luka fisik yang menyebabkan kematian", yang seharusnya mereka dituntut dalam tuntutan pembunuhan. Orang tua cowok A menjual rumah mereka dengan harga maksimum 50 juta yen atau 5 miliar rupiah dan membayarnya sebagai kompensasi untuk keluarga Furuta. (Penderitaan Furuta tidak sebanding dengan harga berapapun).

Orangtua Junko Furuta terkejut dengan kalimat yang diterima dari pembunuh anak perempuannya, dan bergabung dengan grup masyarakat melawan orangtua cowok C yang rumahnya dijadikan tempat menyekap. Ketika beberapa masalah ditimbulkan dari bukti (semen dan rambut yang didapat dari tubuh itu tidak cocok dengan para cowok2 yang ditangkap), pengacara yang menangani lembaga masyarakat memutuskan untuk tidak membantu mereka lagi karena merasa ga ada bukti berati ga ada kasus atau dakwaan.(pengacara, apa disogok ya!). Ada spekulasi bahwa bukti yang mereka dapat itu didapat dari orang tidak teridentifikasi yang memperkosa atau ikut mukulin furuta.

Satu dari yang paling mengganggu dari kisah nyata ini adalah bahwa para pembunuh Furuta sekarang bebas (di bulan Agustus 1999). Setelah membuat Junko Furuta melalui berbagai penderitaan, mereka adalah cowok bebas sekarang. Tetapi, di bulan juli 2004, Jo Kamisaku kembali ditangkap karena mencelakai seorang kenalannya (cowok), karena dia pikir kenalannya itu membuat pacarnya menjauhi dia. Ia memukuli kenalannya itu selama 4 jam, dan bahkan sebelum ia menganiayanya, dengan bangga ia menceritakan tentang perbuatannya sebelumnya (pembunuhan Furuta ) kepada kenalan yang akan disiksanya itu. Kamisaku dituntut dihukum 7 tahun dengan tuduhan pemukulan (berarti dia sekarang masih di penjara). Pada kasus penculikan, perkosaan, penyiksaan dan pembunuhan atas diri Junko Furuta dia hanya dipenjara 8 tahun... Tapi untuk kasus pemukulan, dia di penjara selama 7 tahun. KEADILAN MACAM APA INI!!!!

Seorang cewek smu diculik oleh 4 remaja pengacau ketika dia sedang perjalanan ke tempat kerja sambilannya. Mereka membawa dia ke rumah seorang teman, mengurungnya di kamar, dan selama 44 hari kedepan dan menerapkan setiap bentuk tak terbayangkan oleh manusia berhati untuk menyiksanya (dan beberapa dari kita ga akan mau bayangkan). Mereka memperkosanya rame rame, dengan badan mereka atau dengan benda benda asing. Memberinya makanan berupa kecoak dan minuman dari urinenya sendiri, memukulinya, menendanginya, memutilasi beberapa bagian anggota badannya dan sangat banyak lagi yang tidak terdokumentasikan oleh para penjahat itu atau oleh polisi. Mereka membuatnya babak belur dengan rasa kelewat nyeri di seluruh tubuhnya, mereka mengikatnya, menindihnya, dan menjatuhkan barbell ke atas perutnya dan terakhir menyiram dengan cairan yang ada dalam korek api lalu membakarnya. Penyiksaan terakhir lebih dari yang Furuta sanggup menahannya dan pada akhirnya dia meninggal dunia. Ketika para cowok itu ditanyai kenapa mereka tidak melakukan apa2 pada detik2 menjelang kematian Furuta, mereka menjawab, "kami kira dia pura-pura". Setelah kematian Furuta, mereka mengisolasi tanganya dan kakinya jadi satu, memasukan dalam drum lalu mengisinya dengan semen dan buang di tanah kosong. Tubuhnya tidak ditemukan sampai setaun kemudian. Para pemuda penjahat itu hanya dipenjara 8 tahun dari kejahatan mereka yang tidak termaafkan dan sekarang berkeliaran bebas.

Kronologi Kejadian Menurut Catatan Sidang Dari Pengakuan Para Tersangka:

Hari 1: 25 november 1988: - penculikan atas Furuta - Dikurung sebagai tahanan dirumah, dan dipaksa berpose sebagai pacar salah satu cowok - Diperkosa - Dipaksa tlp orangtuanya dan mengatakan kalau dia kabur dan dia dalam situasi aman - Kelaparan dan kekurangan gizi - Diberi makan kecoak dan minum kencing - Dibakar dengan korek api

Hari 16: 1 desember 1988: - Menderita luka pukulan keras yang tak terhitung berapa ratus kali - Muka terluka karena jatuh dari tempat tinggi ke permukaan keras - Tangan diikat ke langit langit dan badannya digunakan sebagai sasak untuk ditinju - Hidungnya dipenuhi sangat banyak darah sehingga dia cuma bisa bernafas lewat mulut - Barbel sering dipukulkan ke perutnya - Muntah darah ketika minum air (lambungnya ga bisa menerima air itu) - Mencoba kabur dan dihukum dengan sundutan rokok di tangan - Cairan seperti bensin dituang ke telapak kaki, dan betis hingga paha lalu dibakar - Botol dipaksa masuk ke anusnya, sampe masuk, menyebabkan luka.

Hari 26: 10 desember 1989: - Tidak bisa jalan dengan baik karena luka bakar dikaki - Dipukuli dengan tongkat bamboo - Petasan dimasukin ke anus, lalu disulut - Tangan dipenyet (dipukul supaya gepeng) dengan sesuatu yang berat dan kukunya pecah - Dipukulin dengan tongkat dan bola golf - Memasukan rokok ke dalam kemaluan (atau mungkin maksudnya dijadiin asbak, dimatiin di kemaluan dan abunya dibuang ke dalam) - Dipukulin dengan tongkat besi - Saat itu musim dingin bersalju (dinginnya pasti dibawah 0 dejat alias minus) disuruh tidur di balkon - Tusuk sate dimasukin ke dalam kemaluan dan anus menyebabkan pendarahan

Hari 30: - cairan lilin panas diteteskan ke mukanya - Lapisan mata dibakar korek api - Dadanya ditusuk jarum - Pentil kiri dihancurkan dan dipotong tang - Bola lampu panas dimasukin kekemaluan - Luka berat di kemaluan karena dimasukin gunting - Ga bisa pipis dengan normal - Luka sangat parah hingga membutuhkan sejam untuk merangkak turun tangga saja untuk menggunakan kamar mandi - Gendang telinga rusak parah - Ukuran otak yang menciut sangat sangat banyak

Hari 40: - memohon sama para penyiksa untuk membunuhnya saja.

1 january 1989: tahun baru - Sendirian di dalam gudang. Kedinginan dengan menahan nyeri di beberapa bagian tubuh karena dimutilasi. - ga bisa bangun dari lantai

hari ke 44: - para cowok itu menyiksa badannya yang termutilasi dengan barbel besi, dengan menggunakan alasan kalah main mahyong. - Furuta mengalami pendarahan di hidung dan mulut. - Mereka menyiram mukanya dan matanya dengan cairan lilin yang dibakar. - Cairan korek api dituang ke kaki tangan muka, perut dan dibakar. Penyiksaan akhir ini berlangsung sekitar 2 jam nonstop. - Junko furuta meninggal hari itu dalam rasa nyeri sakit dan sendirian. Ga ada yang bisa ngalahin 44 hari penderitaan yang udah dia alamin.

Hari ke 45 - Mengisolasi mayat Furuta tanganya dan kakinya jadi satu, memasukan dalam drum lalu mengisinya dengan semen dan buang di tanah kosong.

Mungkin, kita sudah banyak mendengar kisah Furuta-furuta lainnya yang mengalami penyiksaan yang tidak kalah menyakitkannya (seperi penyiksaan terhadap TKW kita). Akan sampai kapankah, para wanita seperti Furuta dan Furuta-furuta lainnya akan mengalami penyiksaan seperti ini? Kepedulian dan keberanian kita semua dalam membela dan menyelamatkan Furuta-furuta lainnya, akan sangat berarti besar.

Kisah Furuta ini telah diangkat dua kali dalam sebuah film ditahun 1995 dan ditahun 2004.

Selain itu, seorang anggota band Gazette, Ruki, (ketika tahun 1989 masih berumur 7 tahun) tergerak untuk membuat sebuah lagu pada tahun 2006 (di album NIL) dimana lagu tersebut dipersembahkannya sebagai penghormatan dan tanda belasungkawanya yang terdalam terhadap hal yang dialami oleh Furuta. Dan berharap, tidak ada lagi siapapun, mengalami nasib serupa seperti Furuta.

==oo0oo==

Komentar host : Pembaca sekalian, ini bukan BDSM namanya, hal demikian bisa dikategorikan snuff atau para pelakunya bisa dikategorikan sebagai psichopat hal murni kriminal..

Selasa, 14 Mei 2013

Suatu Hari di Bulan Mei

Hari itu hari ulang tahun Mei. Sebuah pesta kecil di kebun belakang telah kusiapkan hari ini. Aku sendiri yang menyiapkan jamuan ini. Rumah selalu sepi di siang hari, dan hanya Narti yang membantuku.

Meilana, tidak selalu beruntung merayakan ulang tahunnya setiap tahun. Papinya pemilik toko kelontong yang tidak terlalu ramai. Rumahnya yang tidak terlalu besar terletak di sebelah toko itu berdesak-desakan di sebuah gang kecil, di samping selokan yang selalu bau. Mei bersama empat orang adiknya bergantian menjaga toko itu. Aku sangat mengenal keluarga itu. Mereka tekun dan pekerja keras. Aku sedang menghangatkan sup ketika telepon berdering. Suara Papa terdengar panik di ujung sana.


"Kamu jadi mengundang teman-temanmu siang ini, Mila?"

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Situasi di jalan sedang kacau sekarang ini. Di rumah ada siapa?"

"Ina dan Narti." "Ke mana Ujang?"

"Ke kantor Mama. Mama minta dijemput siang ini."

"Banyak orang menghalangi jalan, ban-ban dibakar. Kerusuhan di mana-mana. Tutup pagar rapat-rapat, dan jangan ke mana-mana. Papa yakin, rumah kita aman." Dadaku berdegup kencang. Via dan Mei! Mereka dalam bahaya!

"Teman-temanmu itu.…"

"Via dan Mei?"

 "Ya. Lindungi mereka. Papa yakin mereka aman di dalam rumah kita. Kita bukan sasaran mereka."

Aku meletakkan gagang telepon dengan cemas. Kupencet sebuah nomor. Ponsel Via. Terdengar suara gemerisik di ujung sana, bunyi keributan yang tak jelas. Lalu mati. Kucoba menghubungi lagi. Mailbox. Suara Narti memanggil-manggilku dari lantai atas. Setengah berlari, aku menaiki tangga. Di balkon, Narti berdiri takjub dengan latar lukisan kepulan asap hitam di langit. Aku bagai terhempas. Didi! Mungkin dia terseret di tengah arus kerumunan. Apakah yang dilakukannya kini? Ingatkah dia untuk datang hari ini?

Beberapa hari kami tidak bertegur sapa. Dia begitu sibuk sejak beberapa hari yang lalu. Mengatur strategi di jalanan, demonstrasi, dan bernegosiasi dengan polisi. Kepulan asap hitam membubung di kejauhan. Aroma busuk menyeruak dari mana-mana, seperti amarah yang membekap udara saat ini. Aku sadar, sebuah gelombang dendam tengah membanjir saat ini, mungkin siap membinasakan, menghempaskan apa saja. Derap kerumunan datang mendekat. Sorak-sorai, tawa, dan teriakan yang aneh, bagai melampiaskan amarah. Kucengkeram lengan Narti.

"Pagar sudah digembok,Nar?" Narti mengangguk. Wajahnya pucat didera ketakutan.

"Jangan bukakan pintu pada siapa-siapa!" bisikku, lalu kuseret dia masuk ke dalam. Namun, suara bel yang dipencet tak sabar itu… suara gedoran pada pagar… lalu sebuah suara yang mirip tangis memanggilku,

"Mila…Milaa… buka pintunya!" Itu Via.

"Via dan Mei! Bukakan pintu, Nar! Lalu cepat tutup lagi!" Narti berlalu sambil berlari. Aku begitu tegang sehingga langkahku bagai tak lagi menginjak tanah. Via dan Mei.

Mereka menghambur masuk dari celah pintu yang terbuka. Wajah mereka memerah karena tangis, dan tubuh mereka gemetar. Cepat kutarik tangan mereka.

"Mereka mengejarku, Mil," isak Via.

"Sudah, tenanglah. Di sini kalian aman." Kamar Narti di sebelah gudang. Ke sanalah mereka akan kubawa.

"Mereka sangat beringas, Mila. Mereka menggedor-gedor kaca mobil, menyuruh kami turun. Untung kami sempat berlari. Tapi,mobilku…."

"Sudah, lupakan saja mobilmu. Yang paling penting kalian berdua selamat.…"

"Tapi, mereka mengejar kami. Mungkin mereka tahu kami masuk ke sini…."

"Karena itu kalian harus bersembunyi. Sudahlah,kalian aman di sini."

"Kalau mereka memaksa masuk ke sini?"

"Mereka tidak akan berani berbuat macam-macam di sini. Percayalah padaku."
Via diam. Mukanya yang putih tampak semakin pucat. Rambut kemerahan nya berantakan dan basah oleh keringat. Celananya jins ketat, dengan blus katun putih berenda. Seperti biasa, Via tahu bagaimana mempercantik diri. Maskaranya rapi, perona mata dan bibirnya selalu serasi. Namun kali ini, polesan itu lebur dengan airmata.

Dan Meilana yang malang. Tubuh kurusnya meringkuk di ujung tempat tidur Narti. Mata sipitnya berkaca-kaca dan tatapannya nyaris memohon, serupa sorot mata seorang bocah yang ingin berlindung dari gangguan seorang teman yang jail. Betapa ingin kupeluk tubuh itu. Aku tahu tubuh itu telah terlalu lelah. Tubuh itu lelah kepada prasangka. Setiap orang menyangka dia anak pengusaha kaya raya. Padahal, papinya hanyalah pemilik toko kelontong kecil, motor butut pengantar gallon air minum, dan rumah bertingkat dua yang bocor ketika hujan.
 
"Neng…!" Narti menghampiriku, berlari. Rambut ekor kudanya dihempas kan angin.

"Orang-orang itu memaksa masuk! Mereka menggedor-gedor pintu gerbang"

"Aku bilang, jangan bukakan pintu!" Narti tersentak, lalu katanya,

"Saya nggak bukain, kok. Mereka masih di luar, tapi terus menggedor-gedor…." Kututup pintu kamar Narti,

"Kunci pintunya," bisikku pada Via dan Meilana yang meringkuk ketakutan di sudut. Siapa yang berani memaksa memasuki rumah ini? Bapak adalah seorang tokoh masyarakat yang disegani. Orang-orang itu, mungkin tak bernama. Mungkin mereka berasal dari sebuah dunia yang asing. Karenanya, mereka tak lagi punya identitas. Mereka tak punya batas-batas, apalagi rasa hormat. Di luar, pintu gerbang setinggi hampir tiga meter berderak-derak. Bunyi dentamnya nyaring membelah siang. Narti berdiri tegang di sebelahku, bersembunyi dalam gelap kaca jendela. Jendela kaca ini memisahkanku dengan beranda, memberiku rasa aman sementara. Tetapi, tampaknya tidak lama. Lihatlah! Satu, dua, tiga, laki-laki bertubuh tegap memanjat tembok pembatas rumah, menginjak-injak sirih belanda milik Mama yang menjuntai anggun. Tidak! Orang-orang itu berlompatan seperti percikan api, merah oleh luapan amarah.

"Neng…," desis Narti ketakutan. Kurang ajar! Siapa mereka? Wajah-wajah mereka gelap, berminyak, dan tak kukenal. Benar saja. Mereka pasti terlontar dari suatu ceruk di perut bumi. Kaki-kaki mereka telanjang dan berdebu. Telapak-telapak yang tebal oleh panas dan rasa sakit. Mereka mungkin tak mengenal bahasa.

"Sialan! Apa yang mereka cari?"

"Mereka nggak tahu ini rumah siapa…," bisik Narti.

Orang-orang itu mengayun-ayunkan kelewang, memukul-mukulkan kayu dan besi ke dinding. Lantai serasa bergoyang. Aku mundur, mencari sandaran. Dan pintu terbuka dengan sekali dobrak. Tiga laki-laki menerobos masuk, mata mereka nyalang, seperti serigala lapar.

"Mana perempuan-perempuan itu?" seorang laki-laki bersuara, nyaris menggeram. Aroma alkohol meruap dari celah giginya yang menguning. Aku mundur, dan terus mundur, hingga tanganku menyentuh dinding. Kerumunan laki-laki bertambah banyak di ambang pintu. Mereka lalu bergerak bagai kesetanan. Menendang guci keramik Mama, melempar vas kristal, menginjak-injak karpet dengan sepatu mereka yang kelabu oleh debu.

"Mencari siapa kalian?" aku memberanikan diri bertanya,meskipun suaraku bergetar.

"Kamu sembunyikan di mana perempuan-perempuan tadi? Mereka masuk ke sini, `kan?" salah seorang laki-laki itu mencoba meraih daguku. Sekilas telapak tangannya tampak kasar dan tebal kehitaman. Raut mukanya menyeringai. Dan aku dapat melihat, airliur menetes dari sudut bibirnya yang tebal. Cepat kupalingkan muka dengan jijik.

"Sudah, garap aja, Man…. Meskipun nggak putih, dia montok juga. cantik lagi,.. Lumayan khan…."

seorang laki-laki gemuk berseru sambil mondar-mandir di depan teve. Ada yang bergolak di dalam perutku. Rasanya aku ingin muntah. Dua orang laki-laki lainnya berjalan ke arah beranda belakang, mendobrak setiap pintu, memecahkan setiap jendela. Dadaku berdebar. Via dan Mei!

"Jadi kamu mau membela teman-temanmu itu, ya?" laki-laki yang berdiri di dekatku itu mendesis, dengan bau busuk mulutnya yang membuatku mual. Tiba-tiba dia meraih selendang tenun yang melilit sofa, dikibaskannya, dan didorongnya aku ke belakang. Aku terjengkang sejenak, dan meronta.

Memang sulit untuk mencoba bangkit dalam kengerian, tapi aku takkan menyerah. Dia mendorongku lebih keras, dan aku terbanting. Betapa ingin kutampar mukanya yang mengilat dan berjerawat, namun aku hanya bisa meludahinya. Dia tersentak. Mukanya memerah karena amarah yang bangkit. Dia meraih tanganku, dan menyeretku ke sebuah kursi. Diikatnya tanganku kebelakang dengan tali rafia biru di kursi itu, lalu kakiku diikatnya erat jadi satu…

"Duduk manis di situ, lalu lihat apa yang bisa kami lakukan kepada teman-temanmu. Kamu pikir kamu bisa menolong mereka? Rasakan akibatnya kalau berteman dengan mereka. Kamu akan menyesal seumur hidup!" 

 Aku meludah lagi. "Cuh…! Kamu yang menyes…."

Laki-laki itu, amarahnya seketika memuncak. Tangannya bergetar ketika membekap mulutku. Kakiku yang terikat erat menendang-nendang ruang kosong. Tanganku yang meronta menggoyang goyangkan kursi, hingga riuh entakannya seirama gemelutuk tulang dilutut dan sikuku. Kulihat Narti. terduduk. Kaki dan tangannya terikat di sebuah kursi yang lain. Mulutnya pun dibekap dengan lakban perak, hingga aku hanya dapat melihat matanya yang sembap. Gemerincing kaca dipecah. Badanku lemas oleh beban yang seketika tertumpah. Aku tahu,mereka telah menemukan Via dan Mei. Suara pukulan dan tendangan terdengar dari sebuah sudut. Rupanya Via melawan. Dan Mei, aku hanya mendengar isak tangisnya. Namun, siapakah yang mampu melawan kekuatan laki-laki yang begitu perkasa? Dua, tiga laki-laki menyeret Via dan Mei dalam keadaan tak berdaya, tangannya terikat.

Mereka membawa Via dan Mei ke kamar. Ketika melewatiku, Mei memandang ke arahku.
"Mila…Milaa," rintihnya. Mataku terpejam. Seandainya aku tak punya penglihatan dan pendengaran hari ini…. Karena berikutnya, yang kudengar hanyalah rintih dan isak tangis. Via, saat tubuhnya terseret dengan tangan yang sudah terikat kebelakang,… suaranya tak kudengar sedari tadi. Mungkin dia pingsan.

Dan Mei, keadaannya tak jauh beda denganku, terikat di kursi kerja Papa yang beroda,… erangan kesakitannya masih menjadi bagian dari mimpi-mimpi burukku hingga kini. Kerumunan laki-laki masuk ke kamar bergantian. Mungkin enam, atau tujuh, aku tak peduli. Yang kulakukan hanyalah berpura-pura bisu, tuli, dan tak punya nurani. Tetapi, sebuah derap langkah perlahan menghampiri pintu. Kutegakkan tubuh. Mungkinkah itu malaikat? Namun ternyata…Didi!

Dia bersembunyi, menempelkan badan di sisi lemari. Nekat sekali! Kugerakkan kepala, menyuruhnya pergi, namun dia meletakkan telunjuknya di bibir. Gila! Apa yang akan dilakukannya? Semua laki-laki itu tengah berpesta-pora dalam puncak limpahan adrenalin. Mereka bisa melakukan apa saja seandainya terganggu. Mereka begitu buas, begitu beringas. Tetapi tunggu, ini adalah kesempatan ku untuk melarikan diri. Namun… dengan Via dan Mei tergeletak di sini? Aku tak bisa meninggal kan mereka begitu saja. Kugerakkan kepalaku sekali lagi. Namun, Didi tetap di sana.

Dengan isyarat tangannya, dia berkeras mengajakku pergi. Kulirik Narti yang termangu memandangku, menunggu. Baiklah, ikatan tali rafia ini harus kulepaskan diam-diam. Sedikit demi sedikit, ikatan itu terurai. Sedikit lagi, dan tanganku akan bebas. Namun, aku terlalu bersemangat, dan… braak! Aku terjatuh bersama kursi yang masih mengikatku. Seorang laki-laki yang tengah mengancingkan celananya memandang marah kepadaku. Dihampirinya aku dengan wajah tertekuk, dan setelah dilihatnya lilitan tali rafia di tanganku yang terburai, sumpah serapahnya meluap.

Ditendangnya kepalaku, dan aku tersungkur. Begitu ingin kuludahi mukanya, tetapi aku begitu tanpa daya. Darah mengucur dari hidungku ketika laki-laki itu bersiap akan mendaratkan tendangannya di tubuhku. Aku menatapnya dengan benci. Namun, pada detik berikutnya, sekelebat bayangan menerpanya. Didi! Dia menyerang laki-laki itu dari belakang. Laki-laki itu berteriak. Beberapa orang laki-laki berwajah buas berhamburan dari dalam kamar. Kupejamkan mata. Adrian, jangan konyol!
Suara dentam dan pukulan mengepungku. Mungkin sebuah pertempuran terjadi di luar sana, dan aku lebih suka melihat gelap. Tubuhku serasa dihantam sebongkah balok es. Aku menggigil. Ketika senyap,mereka melepas ikatan di kakiku. Dengan sudut mata kulihat Didi terikat, terkulai dengan darah mengalir dari celah bibir dan kepalanya. Matanya terpejam, namun aku yakin dia menyaksikanku.

Mereka melucuti bajuku satu per satu, menarikku, lalu membantingku di balai-balai jati itu. Balai-balai Mama, balai-balai yang dipersembahkan dengan segenap cinta. Aku berontak, mencoba bangkit. Namun, tiga pasang tangan kekar memegangiku sangat kuat. Mereka tak berbusana.

"Didi… Didi,…." rintihku penuh harap. Namun hanya

"Mmmpphhh,…. Mmmmpphhh,…..!!" yang terdengar dari mulutku. Dia tetap diam,terkulai. Setetes air mengalir di sudut matanya. "Creeettt…..!" lakban dimulutku dilepas dengan kasarnya.

"Kalian biadab!" semburku, tepat di wajah seorang laki-laki dengan bekas luka bakar di
pelipisnya. Detik berikutnya, sebuah kain satin tenun membekap mulutku. Mmmpphhh!!! Mmmpphh!!! "Creetttt….!" Kemudian mereka kembali memplester mulutku dangan lakban baru. Tanganku masih terikat erat dibelakang. Tubuh ku lunglai saat ku rasakan penis itu menghujam vaginaku dengan sangat kasar, dan aku pun tak sadarkan diri.

==o0oo==

Minggu, 07 April 2013

Jenny dan Kawan Kawan

Nama saya Ni Made Jenny, saya adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Surakarta, usia saya 20 tahun, teman teman saya bilang saya cantik, memang kulit saya putih dengan tubuh yang sintal dan buah dada yang lumayan besar, rambut lurus panjang sebahu dan saya mempunyai darah Bali dan Solo, tapi saya tidak peduli dengan kecantikan yang saya punyai, karena saya lahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai nilai agama, makanya sampai saat ini saya belum pernah sekalipun berhubungan badan dengan siapapun, termasuk dengan pacar saya sendiri, saya mempunyai 2 orang sahabat yang sangat setia.



Yang pertama, Karina, dia yang paling muda di antara kita, umurnya baru 18 tahun, asalnya dari Manado. Perangainya agak tomboy, dia cantik walaupun kulitnya agak sedikit gelap tapi dia mempunyai tubuh yang lumayan sexy. Sahabatku yang ke dua, Gadis, Manado tulen juga, umurnya sekitar 19 tahun, dia yang paling cantik di antara kita bertiga, kulitnya putih dan bersih wajahnya imut dan kekanak kanakan. Tapi dia sangat benci kalau dianggap masih anak anak, makanya dia memotong rambutnya sampai sebatas leher, supaya wajahnya terlihat lebih dewasa, tapi, dengan rambut pendeknya itu, leher jenjangnya malah terlihat dengan jelas, menurutku dia lebih terlihat menarik dengan rambut panjangnya. Tubuhnya sangat sexy dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, tangannya putih mulus dan di tumbuhi dengan bulu bulu halus, kakinya panjang dan jenjang, apalagi jika dia sedang mengenakan pakaian yang minim dan rok pendek, dia selalu membuat banyak cowok melirik dengan penuh nafsu ke arahnya, walaupun payudaranya agak sedikit kecil, tapi dia memang yang paling cantik di antara kita bertiga. Singkat cerita kami bertiga berencana berlibur ke luar kota untuk melepas stress di kota karena selalu berkutat dengan kesibukan kami masing-masing, kami berencana untuk menikmati suasana pantai di Anyer, dengan pertimbangan kami tidak perlu repot-repot menyewa villa di Anyer, karena Gadis mempunyai villa di sana dan kebetulan Tantenya juga akan berlibur ke sana bersama dengan saudara suaminya. Berangkatlah kami pada hari yang telah kami tetapkan bersama dengan menumpang opel blazer ku, tiga jam kami menempuh perjalanan Jakarta-Anyer, setelah lelah di perjalanan akhirnya sampailah kami di villa milik Gadis yang Gadis sendiri hampir lupa tempatnya, rupanya Tante Linda berpakaian santai, dengan atasan kaos oblong di padu dengan rok pantai yang belahannya sampai sebatas paha. Kulit Tante Linda sangat putih dan mulus sama seperti Aku dan Gadis, hanya saja postur tubuh Tante Linda lebih tinggi, wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang di miliki Gadis.

“Hai, maaf telat habis tadi sempat nyasar” jawabku sekenanya menyambung pembicaraan mereka, setelah ngobrol cukup lama, kami pun mulai membuat acara untuk liburan kami di anyer ini, saya kebagian jatah belanja bahan bahan makanan bersama dengan saudaranya Gadis. Namanya Prita Laura, usianya sama dengan Gadis, bertubuh sintal dan padat, tapi menurutku lebih cocok kalau di katakan montok. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya manis dengan rambut lurus sebatas bahu, sekilas aku melirik ka arah dadanya, payudaranya terhitung besar untuk gadis seusia dia mungkin sekitar 36B, sedikit lebih besar dari buah dadaku. Setelah berbagi tugas dan berganti pakaian aku dan Prita berangkat ke pasar terdekat untuk belanja barang-barang yang diperlukan dan semuanya harus lengkap karena saya tidak mau bolak balik ke pasar hanya karena ada barang yang kelupaan di beli. Saat itu saya hanya mengenakan pakaian santai berupa rok biru sebatas paha dan kaos blong tipis, Prita malah tampil lebih berani dengan hanya memakai rok tipis pendek dengan t’shirt u can see merah. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.

Awal terjadinya penculikan

Waktu sudah menunjukan pukul lima saat tiba-tiba opel blazer yang ku kemudikan oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, untungnya aku sigap menginjak pedal rem dan dengan perlahan kupinggirkan mobilku ke tepi jalan.

“Kenapa Kak” seru Prita agak panik.

Aku bergegas turun dari mobil, ternyata ban depan sebelah kiri kempes, aku sempat panik karena aku bingung bagaimana caranya mengganti ban itu dengan hanya mengandalkan tenaga dua orang perempuan.

Pada saat itu tiba-tiba muncul dua orang laki-laki, menawarkan bantuan untuk mengganti ban mobilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dua orang itu karena hari sudah menjelang sore. Selesai ban mobilku di ganti oleh mereka aku mengucapkan terima kasih seraya berjalan ke arah pintu depan mobilku untuk mengambil uang sebagai tanda terima kasih, saat tiba-tiba aku merasakan ada tangan kasar yang memeluk tubuhku dan saputangan yang membekap mulutku, aku kaget dan berusaha berontak tapi kurasakan tubuhku tiba-tiba lemas dan mataku berkunang kunang. Akhirnya aku tak sadarkan diri.

****

Aku kaget bukan kepalang saat aku siuman, aku berada di suatu tempat yang asing, seperti sebuah gubuk.. dengan mata yang masih berkunang kunang kulihat puting buah dadaku sebelah kiri sedang di kulum dengan buas oleh salah satu orang yang menolongku tadi sementara buah dadaku yang sebelah kanan pun tak luput dari remasan tangannya. Posisiku terlentang dengan kedua tangan diikat erat kebelakang, kaos oblong tipisku entah di mana, hanya sepatu sandal masih menempel di kakiku, bra ku sudah melorot sebatas perut saat orang itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.

“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan.....!!!” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.

“Diam kamu, gua cuma mau mencicipi kamu aja koq jangan cerewet.. kalau tidak gua bunuh loe…” bentak orang itu sambil tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggut nya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pemuda itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.
Kemudian orang itu membuka kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang yang aku katupkan sebagai pertahanan terakhir dan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.

“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.

Aahh?Ohhh?Agk? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang Miss V ku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.

Dreet.. Dreet kurasakan selaput daraku robek saat orang itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.

“Sakitt.......!! Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.

“Sakitt.... Tolong..... Hentikaaann.......!!” jeritku meratap, tapi orang itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.

Dia tetap memperkosaku, memompa vaginaku dengan ganas sambil mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang miss V.

“Jangan..... Jangan di dalam!!” teriakku panik, dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.

“Ah..” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan pergi meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit dan berdiri walaupun rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, dengan susah payah dalam keadaan tanganku terikat erat kebelakang, aku lihat bercak putih bercampur merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.

Aku mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih mendera seluruh badanku setelah barusan diperkosa dan dengan terhuyung huyung berjalan menuju pintu yang rupanya tidak terkunci, aku mencoba mengintip ke arah luar dan rupanya kedua orang itu sedang sibuk menggarap Prita.

“Gila Jack cewek yang tadi masih perawan lho, sempit banget vaginanya, yang ini gimana?” tanya orang yang tadi memperkosaku.

“Masih perawan juga Man, nih Deh liat darah perawannya” jawab orang yang di panggil Man itu sambil mencabut batang penisnya dari kemaluan Prita lalu mencelupkan jarinya dan menunjukkan jarinya yang berbercak darah.

“Tapi cewek ini belum sadar dari pingsannya nih Man” sungut orang yang di panggil Jack.

“Sudah pompa aja terus, ntar juga sadar” kata si Man.

Sambil tangannya menggerayangi payudara Prita yang besar dan padat. Kulihat tangan Prita terikat kebelakang, diperkosa dengan posisi terlentang, pakaiannya masih lengkap dan masih bersepatu hanya celana dalamnya saja yang menjuntai di kaki kirinya, kaosnya tersingkap ke atas dan branya di tarik ke atas hingga payudaranya mencuat dari bawah branya. Tubuhnya terguncang guncang, karena si Jack memompanya dengan sangat kasar. Tiba-tiba Prita melenguh pelan dan membuka matanya, mungkin dia sudah mulai sadar dari pingsannya dan pasti dia akan sangat kaget karena saat ini dia sedang diperkosa, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, aku hanya menontonnya saja dari balik pintu tanpa bisa berbuat apa apa.

“Ohh.. Ssakitt.. Jangann.. Lepaskan saya.” rintih Prita sambil berusaha berontak dari dekapan si Jack, tapi terlambat kegadisannya sudah melayang.

Tiba-tiba kulihat si Jack mendengus keras dan mempercepat pompaanya di vagina Prita. Si Jack menceng keram tubuh Prita dengan keras dan menusukan batang penisnya dalam dalam ke lubang vagina Prita.
“Saakkitt..” Prita menjerit keras saat si Jack memuntahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Prita, kulihat cairan putih kental bercampur darah berlelehan di selangkangan Prita saat si Jack mencabut batang penisnya.

Mengantarkan kepada korban perkosaan lain
Sore itu si Jack dan si Man memperkosa kami secara bergantian, sampai aku dan Prita kembali pingsan karena tidak tahan di gagahi oleh kedua orang itu secara terus menerus.

Saat aku siuman rupanya aku sudah berada di jok belakang mobilku sendiri dengan kedua tanganku tetap terikat ke belakang, tapi untungnya aku sudah memakai pakaianku kembali, entah siapa yang mengenakannya di tubuhku, kulihat ke samping Prita berpakaian, masih pingsan dengan tangan juga terikat kebelakang.

“Mau dibawa ke mana kami” tanyaku memberanikan diri.

“Mau ke villa elu, mau perkosa teman lu, tadi gua denger suaranya di HP lu, dari suaranya kayaknya teman lu lumayan juga” jawab si Jack sambil tertawa diikuti oleh tawa si Man.

Aku langsung bergidik mendengar jawabannya, rupanya mereka tahu alamat villa kami yang memang kuletakkan di atas dasbor mobilku. Waktu sudah menjelang tengah malam saat kami tiba di depan pintu villa saat Tante Linda menghampiri mobil kami.

“Lu sergap dia Man” kata si Jack sambil mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arahku.

Aku tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa duduk dan diam. Benar juga saat Tante Linda sampai ke pintu samping mobilku, si Man langsung keluar dan dengan sigap mendekap tubuh Tante Linda dari belakang, sementara satu tangannya langsung membekap mulut Tante Linda, mungkin karena kaget Tante Linda tidak sempat berteriak. ”Mmmppphhh....!!” hanya itu yang keluar dari mulut Tante Linda saat si Man mendekap dan menelikungnya lalu mendorong Tante Linda ke arah pintu pagar vila kami.

“Jangan macem macem lu, diem di sini kalau nggak gua bunuh lu” ancam si Jack sambil menodongkan pistolnya ke arahku.

Aku hanya bisa mengangguk sambil ketakutan mendengar ancamannya itu, lagipula seluruh tubuhku terasa sangat lemas dan selangkanganku pun masih sangat nyeri dan ngilu akibat perkosaan yang aku alami tadi, sehingga aku tidak mungkin melarikan diri dengan keadaan tubuhku yang demikian, apalagi kedua tangankupun masih terikat erat.

Lalu si Jack ke luar dan membantu si Man menangani Tante Linda, kulihat si Jack mengikat ke dua tangan Tante Linda ke terali pintu pagar villa, sementara si Man menempelkan lakban di mulut Tante Linda sambil kedua kakinya berusaha merenggangkan kaki Tante Linda dari belakang.

Saat itu kulihat dari kaca belakang mobilku, Tante Linda masih berusaha keras meronta dan melawan sekuat tenaganya, sampai akhirnya Tante Linda lemas kehabisan tenaga. Bret.. Bret.. si Man merobek bagian belakang rok pantai Tante Linda sehingga paha dan pantat Tante Linda yang putih mulus terlihat jelas. Lalu si Man memelorotkan celana dalam Tante Linda sampai sebatas lutut dan mulai memainkan jarinya di kemaluan Tante Linda yang berbulu cukup lebat, sementara si Jack sibuk menciumi leher jenjang Tante Linda sambil tangannya meremas remas buah dada Tante Linda yang menyembul di antara kaos bagian atasnya yang sudah robek besar.

Tiba-tiba tubuh Tante Linda tersentak, kepanya terdongak ke atas dan mimik mukanya menunjukan kesakitan yang luar biasa, rupanya si Man sudah mulai mencobloskan batang penisnya ke dalam miss V nya Tante Linda. Tubuh Tante Linda terguncang hebat saat si Man mulai memompa penisnya ke luar masuk, bibir kemaluan Tante Linda sampai melesak masuk saat si Man menghujamkan kemaluannya, amblas ke dalam liang miss V Tante Linda, pasti sangat sakit rasanya, sama seperti rasa sakit yang kurasakan saat aku diperkosa tadi pikirku. Kulihat lelehan air mata di pipi Tante Linda, wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa, sepertinya Tante Linda sangat tidak rela menerima kenyataan kalau tubuhnya saat itu sedang di garap oleh orang yang bukan suaminya.

“Hh.. Oughh..” tiba-tiba si Man mendengus dengan keras, sepertinya dia sudah akan berejakulasi di dalam liang vagina Tante Linda.

“Jangann..” jerit Tante Linda lirih, sambil berusaha menarik tubuhnya ke arah depan. Tapi si Man malah menarik sisa sisa rok pantai Tante Linda yang masih melingkari pinggulnya ke arah belakang, sehingga membuat pinggul Tante Linda yang putih mulus itu juga ikut tertarik ke belakang, otomatis batang penis si Man malah makin terbenam di liang vaginanya

“Tidakk..!!” jerit Tante Linda saat si Man menyemburkan cairan spermanya ke dalam liang vagina Tante Linda, Tante Linda pasti sangat terhina karena diperlakukan seperti itu oleh si Man.

Tapi itu belum berakhir karena sedetik kemudian si Jack langsung menghujamkan batang kemaluannya di dalam vagina Tante Linda, yang membuat tubuh Tante Linda kembali terguncang guncang karena diperko sa oleh si Jack, aku kembali panik saat si Man menghampiriku, membuka pintu mobil dan menarikku keluar, sekilas kulihat Prita masih tergolek pingsan saat si Man berusaha mendekapku dengan kasar.

“Jangann.. Jangan perkosa saya lagi, saya sudah tidak kuatt. Lepaskan saya” seruku, saat si Man menjabak rambutku dan menyeretku memasuki villa.

“Siapa yang mau perkosa lu, sekarang lu tunjukin dimana teman-teman lu yang lain” teriak si Man,

Aku agak lega mendengarnya sebab paling tidak aku tidak akan diperkosa lagi. Dengan rambut dijambak dan punggungku ditodong pistol, terpaksa aku menuruti kemauannya, dengan selangkangan yang masih ngilu dan sakit, aku berjalan menuju kamar yang ku tahu itu kamar pribadi Gadis, dengan perlahan pintu kamar itu yang rupanya tidak di kunci oleh Gadis terbuka, kamarnya masih terang benderang dan kulihat Gadis sedang tidur di ranjangnya dengan posisi terlentang, kakinya yang jenjang terjuntai ke bawah, rok pendek coklat yang dikenakannya tadi siang masih menempel di tubuhnya dan agak sedikit tersingkap sampai sebatas pangkal paha kirinya, memperlihatkan sebagian kaki dan pahanya yang putih mulus.

Sementara kemeja putih yang di kenakan Gadis juga tersingkap di sedikit di bagian atasnya, karena 2 kancing atasnya terbuka, sehingga buah dada Gadis yang tertutup bra hitam itu tampak sedikit terlihat, mengintip dari balik kemeja putihnya, apalagi dengan posisi tidur Gadis yang terlentang seperti itu, dengan ke dua tangannya yang membuka ke arah samping, semakin membuat payudaranya terlihat membusung ke atas.
Kasihan Gadis, mungkin dia kelelahan karena menunggu aku dan Prita sehingga dia ketiduran dan lupa berganti pakaian serta mematikan lampu pikirku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat si Man tak berke dip melihat kemolekan tubuh Gadis yang sangat menantang itu, beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri.
Gawatt..!! sepertinya pemerkosa ini kembali terangsang, pikirku. Kasihan Gadis kalau dia harus mengalami perkosaan seperti yang aku alami, gumanku dalam hati. Dan parahnya lagi Gadis tidak tahu kalau sebentar lagi kejadian yang mengerikan akan menimpa dirinya.. Aku harus berbuat sesuatu..!! pikirku sambil berusaha memberanikan diri.

“Lu harus bantuin gua menyetubuhi teman lu itu kalau nggak awas..” Bisik si Man pelan tapi dengan nada mengancam.

“Jangann..!!.. Jangan perkosa dia.. Dia masih terlalu kecil.. Lebih baik lu garap aja lagi gua.. Sepuas lu..!!” seruku berusaha menghalangi niatnya, walaupun sebenarnya aku juga tidak rela di setubuhi dan di garap lagi oleh si Man.

“Elu mau mampus..!!” bentak si Man sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepalaku..

“Kalau lu nggak bantuin gua.. Gua ledakin kepala lu..!!” sambung si Man dengan nada geram, tubuhku lemas saat kurasakan ujung laras pistol si Man menempel di keningku, akhirnya aku hanya bisa mengangguk lemah dan menuruti semua kemauannya, tanpa bisa melakukan perlawanan lalu Si Man melepaskan tali-tali yang mengikat kedua tanganku kebelakang kemudian kembali mengikatkan tanganku didepan.

Lalu si Man beranjak pelan mendekati Gadis yang masih tertidur dengan lelap, sejenak si Man memandangi kemolekan dan kemulusan tubuh Gadis yang menantang, menyapukan pandangannya yang penuh nafsu mulai dari wajah Gadis yang cantik, lehernya yang jenjang, buah dadanya, pahanya, sampai ke kaki Gadis yang kecil dan indah. Aku merasa jijik melihat cara si Man memandangi tubuh Gadis dengan pandangan yang begitu mesum.

Gadis masih belum bangun dari tidurnya saat si Man berlutut di antara ke dua kaki Gadis, lalu dengan pelan dan lembut si Man mulai merenggangkan ke dua belah kaki Gadis setelah sebelumnya menyingkapkan bagian depan rok coklat yang di kenakan Gadis ke arah atas, sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan jelas, si Man makin melotot saat melihat vagina Gadis yang di tumbuhi bulu bulu halus tampak membayang dari balik celana dalam hitam dan tipis yang menempel di selangkangan Gadis, lalu si Man mengangkat kaki kanan Gadis dan meletakkanya di atas pundaknya sendiri.

Sekarang posisi kepala si Man sudah berada di antara kedua paha Gadis, lalu dengan tak sabar si Man mulai menciumi dan menjilati paha Gadis yang putih mulus itu, sambil tangannya berusaha menyibakkan celana dalam hitam Gadis ke arah pinggir sehingga vagina Gadis yang di tumbuhi bulu bulu halus terlihat dengan jelas, sementara tangan si Man yang satunya sudah mulai membuka bibir kemaluan Gadis memperlihatkan liang vaginanya yang kemerahan dan perawan, sekarang mulutnya sudah berada di bagian luar bibir vagina Gadis, lidahnya menjilati liang vagina Gadis dengan bernafsunya.

“Aahh..” Gadis mendesah tapi belum sadar dari tidurnya, tapi tiba-tiba Gadis tersentak dan langsung tersadar saat si Man mulai memasukkan jarinya ke dalam vagina Gadis.

“Siiapaa kamu.. Lepaskan saya.. Toloonng..!!” jerit Gadis kaget dan ketakutan sambil mencoba beringsut berusaha menjauhkan tubuhnya dari si pemerkosa, saat itu juga si Man dengan sigap berdiri dan langsung memeluk tubuh Gadis dengan erat, sambil tangan yang satunya lagi tetap mengerjai vagina Gadis.

“Kamu sini pegangin tangannya..!!” Bentak si Man kepadaku.

Karena ketakutan kupatuhi saja perintah si Man, lagipula memang tidak ada kesempatan buat menolong Gadis. Aku duduk di atas ranjang, kuletakkan kepala Gadis di atas pangkuannya dan aku pegang ke dua tangan Gadis dengan tanganku yang terikat kedepan.

“Jangan kak Jenny..... Tolonng..!!” jerit Gadis putus asa, sementara si Man makin buas menggerayangi tubuh Gadis, sekarang dia menciumi leher jenjang Gadis yang putih mulus, membetot kemeja putih yang di kenakan Gadis dengan kasar sehingga kancingnya lepas semua, lalu si Man menjilati buah dada Gadis yang masih tertutup bra. Dan tiba-tiba si Man menarik lepas bra yang di kenakan Gadis sehingga buah dadanya menyembul keluar.

“Toketnya nggak sebesar punya lu, tapi kenceng banget” seru si Man kepadaku, aku hanya diam saja. Tidak tega melihat Gadis diperlakukan seperti itu, sementara si Man mulai mengulum payudara Gadis dengan buasnya, sementara tangan yang satunya memilin milin putingnya yang kemerahan, sambil lidahnya terus menjilatinya dengan penuh nafsu.

“Jangann.. Ouhh.. Lepasskann..” jerit Gadis dengan suara parau, sambil terus berusaha berontak.
Tiba-tiba si Man berdiri, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang hitam dan besar.

“Sekarang gua jejelin vagina lu dengan ini..!! Dan lu harus tetep pegangin dia..” Bentak si Man ke arahku.
Karena ketakutan aku malah makin mempererat peganganku ke kedua tangan Gadis yang masih berusaha berontak ingin melepaskan diri.

“Jangann.. Lepaskan saya..” teriak Gadis panik sambil mengatupkan kedua kakinya yang jenjang itu sekuat kuatnya, tanpa pikir panjang si Man langsung berdiri di antara kedua kaki Gadis yang menjuntai ke bawah, memegangnya dan berusaha merenggangkan kedua kaki mulus Gadis yang terus melejang lejang.
?Ahh?Ohh?Tidak?Jangan?.!?

Akhirnya si Man berhasil merenggangkan ke dua kaki Gadis dan memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal paha Gadis, sambil sebelah tangannya kembali menyibakkan celana dalam Gadis ke arah pinggir, sekarang selangkangangan Gadis terbuka lebar, siap untuk di tembus batang kemaluan si Man yang besar, dan memang sekarang si Man sudah menempelkan kemaluannya di bibir vagina Gadis.

“Jangann.. Tolonng.. Jangan di masukinn.. Kak Jenny.... Tolong Gadis kak..!!” jerit Gadis histeris sambil berusaha menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan, berusaha mengelakan vaginanya dari batang penis si Man, tapi usahanya sia sia, karena ujung kemaluan si Man sudah berada di bibir vaginanya dan siap menerobos masuk. Gadis menjerit, menangis dan meronta sejadi jadinya.

“Gila sempit banget nih cewek” guman si Man sambil terus mendorong batang penisnya dengan perlahan melewati sela-sela celana dalam Gadis.

Seperempat sudah penis si Man masuk ke dalam vagina Gadis, rontaan Gadis semakin kencang, matanya membelalak dan mulutnya megap megap seperti orang kehabisan nafas, saat si Man mulai mendorongkan lagi batang penisnya, tapi rontaan Gadis malah makin membenamkan batang penis si Man ke dalam liang vaginanya yang kering kerontang itu. Tiba-tiba Gadis berhenti meronta, badannya melenting, dadanya terangkat ke atas dan kepalanya mendongak, matanya semakin membelalak dan mulutnya membentuk huruf O, menahan sakit yang luar biasa, saat batang penis si Man sudah masuk setengahnya, rupanya batang penis si Man sudah mengenai selaput dara Gadis.

“Sakitt.. Jangann.. Tolong kak Jenny.... Sshh.. Jangan teruskan..” jerit Gadis.

Melihat itu si Man bukannya menghentikan sodokannya malah langsung menghujamkan batang penisnya sekuat kuatnya, dengan satu kali sodokan, amblaslah seluruh kemaluan si Man ke dalam liang vagina Gadis, sekaligus menjebol keperawanan Gadis. Dret.. Dret kurasakan getaran terenggutnya kegadisan Gadis saat itu.

“Sakitt.. Keluarkan itu dari sana.. Tolong kak Jenny....” jerit Gadis kesakitan.

Mendengar jerit tangis Gadis si Man malah semakin bernafsu dan mulai memompa liang vagina Gadis yang masih sempit itu dengan kasar, sehingga Gadis makin kesakitan, tubuhnya terguncang guncang maju mundur dan buah dadanya ikut bergetar akibat pompaan si Man yang ganas.

Terus terang aku mulai terangsang saat si Man mulai memompa batang penisnya maju mundur di dalam vagina Gadis yang masih sangat sempit itu.

“Sshh.. Buka paha mu ke.. Biar nggak terlalu sakit” bisikku setengah mendesah sambil kubelai rambutnya, Gadis tidak menjawab hanya terengah engah sambil melemparkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan sakit yang luar biasa, sementara si Man terus menyodokan batang penisnya dan memompa vagina Gadis sambil satu tangannya terus meremas remas buah dada Gadis.

Tiba-tiba si Man menghentikan pompaannya dan membenamkan batang penisnya dalam dalam ke liang vagina Gadis, lalu tangannya memegang dan mengangkat kedua kaki jenjang Gadis dan memposisikannya di atas pundak kiri kanannya, dengan posisi ini penis si Man bisa masuk seluruhnya ke dalam kemaluan Gadis, kemudian pantatnya mulai maju mundur lagi di antara selangkangan Gadis sambil sesekali mencabut dan memasukkan kembali batang penisnya sehingga bibir vagina Gadis tampak melesak dan tertarik mengikuti irama pompaan batang penis si Man yang membuat Gadis makin menjerit jerit kesakitan, tapi jeritan Gadis tampaknya malah membuat si Man makin bersemangat menggagahi tubuh mulus Gadis, akupun juga semakin cepat mempermainkan jariku di vaginaku sendiri sampai akhirnya aku merasakan seluruh tubuhku menegang.
“Oohh.. Sshh..” aku telah mencapai orgasme saat tiba-tiba si Man menyodokan penisnya dengan sangat keras tiga kali berturut turut dan seluruh tubuhnya menegang dengan hebat sambil tangannya mencengkeram buah dada Gadis dengan kuat, rupanya si Man sudah akan berejakulasi.

“Ahh.. Sakit..!!” Gadis kembali menjerit kesakitan.

“Jangan.. Jangan dikeluarin di dalam.. Nanti dia hamil..” teriakku sambil berusaha menarik tubuh Gadis ke atas, berharap supaya batang penis si Man terlepas dari lubang vagina Gadis dan spermanya tidak sampai masuk ke dalam liang rahimnya, gerakanku yang tiba-tiba itu membuat batang penis si Man tertarik setengah keluar dari vagina Gadis.

Merasa batang penisnya akan terlepas dari liang vagina Gadis, si Man buru-buru mencekal rok coklat yang masih melilit di pinggang Gadis dan menariknya ke arah tubuhnya, sehingga pinggul Gadis juga ikut tertarik ke belakang, lalu si Man kembali menyodokan batang kemaluannya beberapa kali dan menghujamkannya ke dalam liang kemaluan Gadis sehingga kini batang penisnya terbenam seluruhnya di dalam vagina Gadis, tiba-tiba si Man mengejang beberapa kali dan menyemburkan spermanya ke dalam liang vagina Gadis, lalu menghentakkan pantatnya sekali lagi sehingga seluruh spermanya keluar membanjiri liang rahim Gadis.

“Tidakk..!!” lolongan Gadis memenuhi seluruh ruang kamarnya.

Si Man masih sempat menyodokkan batang penisnya beberapa kali sebelum akhirnya mencabut kemaluannya dari vagina Gadis, tampak cairan sperma si Man berlelehan di antara liang vagina dan selangkangan Gadis, bercampur dengan darah perawan, lalu si Man beranjak keluar kamar, setelah sebelumnya mengikat tangan Gadis yang tengah lemas, kebelakang lalu meninggalkan kami begitu saja sambil tertawa puas.

Sementara Gadis masih terlentang di atas tempat tidurnya dengan pakaian yang terbuka dan acak acakan, matanya nanar menatap kosong ke arah langit langit kamarnya, sepertinya dia sangat syok, tak menyangka kalau kegadisannya telah dibobol oleh orang yang tak di kenal, kemejanya kusut dan berantakan, branya entah terlempar ke mana, rok coklatnya masih tersingkap sebatas perut. Hanya celana dalamnya yang masih menempel di selangkangannya, itupun posisinya agak tersingkap ke samping dengan noda sperma dan darah perawan yang menempel di sekitar celana dalam hitam dan bibir vaginanya.

Gadis sepertinya sudah tidak lagi mempedulikan keadaan dirinya, dia hanya bisa menangis sesenggukan menyesali nasibnya yang tragis hari itu.

Aku lalu beranjak turun dari ranjang tanganku yang sudah diikat lagi kebelakang dan berjalan ke pintu, mencoba melihat, apakah kami bisa melarikan diri dari villa ini, tapi pemandangan di ruang tamu makin membuatku putus asa. Aku lihat Tante Linda dan Prita diikat ke dua tangannya dan didudukan di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, sementara si Jack sedang sibuk menggagahi Prita dengan posisi si Jack duduk dan memangku tubuh Prita yang sintal sambil kedua tangannya memegang pinggul Prita dari belakang, tampak batang penis si Jack keluar masuk menerobos vagina Prita yang saat itu masih menggunakan rok dan kemejanya, hanya saja roknya sudah terangkat sebatas perut dan kemeja bagian atasnya sudah terbuka sehingga salah satu buah dadanya tampak menyembul ke luar dari sela sela branya, tapi tampaknya Prita sangat menikmati perkosaan tersebut.

Prita tidak berontak sedikitpun bahkan, malah Prita yang aktif menaik turunkan pantatnya, mulutnya mendesah desah tak karuan sambil tangannya menjambak dan meremas-remas rambutnya sendiri, tiba-tiba si Jack menggeram dan menurunkan pinggul Prita sehingga membenamkan seluruh batang kemaluannya di dalam vagina Prita, sementara Prita makin giat memutar-mutarkan pantatnya di atas pangkuan si Jack, tampaknya mereka telah mencapai orgasme. Tampak sperma si Jack berlelehan di antara bibir vagina Prita dan batang penis si Jack yang masih terbenam di kemaluannya.

Malam itu Aku, Prita, Tante Linda dan si cantik Gadis kembali diperkosa dan digagahi secara bergiliran oleh mereka, kami berempat dalam keadaan tangan terikat kebelakang. Aku merasakan vaginaku sempat diterobos oleh batang penis si Man, sementara kulihat Gadis juga sedang di kerjai oleh si Jack dengan posisi menungging tepat di samping si Man yang sedang menggagahi aku, sampai akhirnya aku pingsan dalam keadaan tangan terikat kebelakang, karena kelelahan, entah sudah berapa kali kami diperkosa oleh mereka malam itu.

Kamis, 14 Maret 2013

Detektif Lalita

Namaku Lalita Rachmania, 27 tahun usiaku, aku bekerja di sebuah biro penyelidikan Wahid Investigasi milik seorang pensiunan jenderal polisi mantan Kabareskrim Polda.

Aku sendiri adalah Polwan yang baru mengundurkan diri dari jajaran kepolisian direkrut oleh komandanku yang membuka biro investigasi.

Suatu ketika, seorang ibu dari Pandeglang Banten datang dan melaporkan kehilangan anak gadisnya Mery Indah (25). Mery berangkat untuk mencari pekerjaan ke Jakarta 2 minggu lalu dan sempat memberi kabar mendapat kenalan dengan seseorang yang akan mempekerjakannya sebagai pelayan restoran. Cluenya hanya itu, Marina sang ibu pun memberikan beberapa lembar photo Mery padaku dan memohon pencarian kepada kami.



Sebagai biro investigasi, kamipun langsung beraksi bersama mitraku Annissa kami berdua mengubek-ubek file mencari sesuatu yang bisa memberi arah. Kami menemukan setidaknya ada 3 kasus serupa dalam 6 bulan belakangan ini.

Kami mencurgai BSP grup (Bina Sukma Putri) disinyalir mempunyai jaringan traficking. Maka aku mengutus Annisa yang cantik berwajah lugu untuk menyamar sebagai gadis desa melamar kerja di BSP. Tercium bahwa Haris, pimpinan BSP yang bermaksud menambah stock perempuan, kebetulan sedang membutuhkan beberapa gadis. Dia menerima kedatangan Annisa yang datang melamar, selanjutnya

"Baiklah kamu saya terima, namun perlu mengikuti suatu proses" ujar Haris

"Saya bersedia Pak...." sahut Annisa polos.

"Pertama, kami harus menutup matamu" kata Haris,

Annisa mulai yakin karena merasa sasarannya tepat. Anak buah Haris bergerak dan menutup mata Annisa dengan scarf berwarna hitam. Kemudian Annisa merasakan kedua tangannya ditarik kebelakang lalu diikat dengan tali rafia. Annisa sempat terkejut dan mengkhawatirkan tas lusuh yang dibawanya. Rupanya sudah dalam kekuasaan Haris. Saat menanti dalam keadaan mata tertutup dengan tangan terikat kebelakang,

Annisa tidak tahu bahwa Haris mencurigainya dan membongkar tasnya sehingga identitasnya terkuak dari KTP dan kartu nama yang di bawanya; tidak sesuai dengan pengakuannya. Annisapun dibawa masuk ke dalam jip yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Dalam keadaan mata tertutup Annisa merasakan didalam mobil sudah ada beberapa perempuan calon korban lainnya. Memang selain Annisa sudah duduk di dalam jip 3 perempuan muda dengan mata tertutup kain dengan tangan yang terikat di belakang.

Di jarak yang cukup, aku dibalik kemudi siap membuntuti mobil jip yang memuat Annisa.

Jip meluncur membawa 4 perempuan yang matannya diikat tertutup, dengan tangan terikat kebelakang.
Satu jam perjalanan maka sampailah di sebuah villa yang cukup mewah di kawasan Bintaro. Akupun tiba dan memarkirkan kendaraannya dalam jarak yang cukup aman. Jip yang ditumpangi Annisa dan kawan-kawan mulai menurunkan perempuan perempuan yang tak berdaya itu. Di awasi dari kejauhan olehku.

Perempuan-perempuan masuk, ditempatkan di sebuah kamar. Mata mereka di buka, terkecuali Annisa, dia dipisahkan dari yang lain. Duduk di sebuah kamar dengan mata tertutup dan tangan tetap terikat. Annisa sama sekali tidak tahu bahwa penyamarannya telah terbongkar. Sementara 3 perempuan lainnya sudah dilepaskan dari tali yang mengikatnya dan sedang di paksa oleh Mama, untuk duduk di ruang etalase setelah didandan dengan cantik.

Sementara aku berusaha masuk tanpa terawasi pengawalan pengamanan. Namun gerak gerikku rupanya terpantau Haris yang kebetulan sedang mengawasi CCTV Annisa yang belum sadar akan penyamarannya yang sudah terbongkar, duduk menanti dalam sebuah kamar tidur dengan mata masih tertutup serta tangan terikat. Lamanya Annisa terikat dan tertutup matanya, membuat ia meronta-ronta kecil. Annisa tidak tahu akibat matanya yang tertutup, bahwa dia bukan lagi termasuk dalam obyek yang diperdagangkan sesuai dugaan, melainkan seorang tawanan yang di awasi oleh Haris dan seorang kepercayaannya dengan senjata. Aku berhasil masuk ke dalam sarang komplotan itu. Ruangan demi ruangan ku periksa sambil memegang pistol mencari Annisa, tak ku temukan.

Di suatu ruangan, ketika ku buka pintunya, kulihat Annisa duduk dengan mata masih tertutup dan tangan terikat kebelakang, kakinya sedang diikat oleh seseorang.

"Jangan bergerak,.... Tangan di kepala!!" bentakku sambil menodongkan pistol. Anehnya orang yang baru selesai mengikat kaki Annisa, berdiri dengan tenang dan tersenyum. Tak lama kurasakan leherku di rangkul dengan kasar "ugh....." kemudian ada saputangan yang membekap mulut dan hidungku
"mmppfff..." bau itu terhisap nafasku dan melemaskan tubuhku, aku tak sadarkan diri.

******

Ugh,.... Aku sadarkan diri, mendapati tubuhku terikat erat tidak berdaya, tanganku terikat ke belakang, pula ada tali yang melilit erat di atas dan bawah payudaraku. Kakiku pun terikat erat menyatu ada lilitan tali di lututku. Erat sekali! eemmmpphhhh......!! Mulutku terasa penuh dengan kain yang menyumpalku dan tertutup oleh lakban yang merekat erat. Mataku memandang mencari-cari, di pojok sana aku melihat Annisa kini terikat lengkap sepertiku. Matanya sudah tidak ditutup, pengikat matanya sudah dilepas.

"eemmmpphhhh......!!" aku memanggilnya

"eemmmpphhhh..." ku dengar sahutannya.

Kami berdua di sekap di sebuah gudang, aku terikat di sebuah kursi sedangkan Annisa terikat di sebuah tiang.

Pintu terbuka, masuklah pimpinan sindikat perdagangan wanita Haris, tersenyum dan menyapa kami.

"Bravo... Bravo...! Selamat datang tamu tamu cantikku.... Kalian mau menangkap kami yach...!! Ha ha ha haa....." sambutnya sambil melepaskan lakban yang menyumpal mulutku.

"Ouwweeek....." aku memuntahkan kain yang memenuhi mulutku.

"Haris,.... Lepaskan kami! Anda kami tahan....!!" seruku

"Silahkan Lalita,... " Haris mengulurkan tangannya
"borgol aku...." hinanya!

"dan kamu Annisa, akan ku jual sebagai bondage sex slave untuk tamu penting kami... " sambil melepaskan saputangan yang mengikat mulut Annisa

"Jahanam.....!! Perbuatanmu sungguh merendahkan kaum perempuan......" sahut Annisa.

“Haris,... sadarlah dan lepaskan kami, jika kamu melepaskan kami maka kami akan upayakan hukuman yang kamu hadapi tidak terlalu berat” rayuku menyadarkan Haris agar ia sudi melepaskan kami yang terikat ini.

“Janganlah memperparah keadaan dengan menyekap kami, hukumanmu akan semakin berat” lanjutku.

"Detektif-detektifku yang cantik,.... simpan dulu amarahmu, aku akan menjual kalian sebagai bondage sex slave! Tidak perlu berharap bebas, lupakan saja... Ha ha ha...tunggu ya manis, sampai pelanggan pentingku tiba ha ha ha haa...." ancam Haris mengelus pipiku seraya beranjak meninggalkan kami berdua terikat.

"Mbak Lalita, kita harus melepaskan diri.... apa langkah kita selanjutnya" tanya Annisa padaku

"Annisa, kita harus bisa melepaskan diri, kita cari dan bebaskan Mery, juga perempuan perempuan yang di jadikan PSK oleh mereka" sahutku.

Kami berdua meronta-ronta berusaha melepaskan tali tali yang mengikat kami. Akupun mencoba mendekati Annisa yang terikat di tiang.

HUPP!! Aku melompat lompat dengan kursiku semakin mendekatinya, namun jarak kami berdua terlalu jauh hingga pintu ruang kami di sekap terbuka. Anak. buah Haris datang melepaskan tali-tali yang mengikat Annisa ke tiang. Namun dengan tangan dan kaki yang masih terikat, Annisa di bopong dan di bawa keluar.
'Hey... mau di bawa kemana dia!! Jangan...!! seruku sementara Annisa meronta ronta dalam bopongan dan berteriak,

"Lepaskan,,,,!! Lepaskan...!!!!" protesnya. Meninggalkan aku sendiri duduk terikat di kursi, tak berdaya..

****

Sementara Annisa di baringkan di sebuah ranjang di sebuah kamar yang rupanya adalah kamar berjenis show room dindingnya menyerupai jendela tembus pandang. Tangannya dipegang kanan kiri oleh kedua orang anak buah Haris dan diikatkan ke ujung tempat tidur, demikian juga kakinya ke kaki ranjang lalu matanya kembali ditutup dan mulutnya diikat sumpal dengan kain. Annisa terbaring di ranjang terikat dan sibuk meronta-ronta.

Di tempatku disekap, Haris datang kembali bersama anak buahnya, kulihat mereka menghunuskan pisau belati. aku takut dan waspada apa yang akan dilakukannya padaku,....

Ternyata, mereka memotong tali tali yang mengikatku di kursi, namun tangan dan kakiku masih terikat erat ke belakang.

“eemmmpphhh.................!!” aku meronta-ronta sekuat tenaga, menghalangi mereka yang akan berbuat sesuatu padaku, lalu aku merasakan tubuhku yang terikat terangkat dan dibopong mereka

“eemmmpphhh.................!!” dengan mudahnya mereka meletakkan tubuhku yang terikat di pundak mereka dan melangkah keluar dari ruangan tempat kami di sekap. Beberapa langkah mereka melewati sebuah ruangan, ruangan VIP rupanya dan tanpa sengaja melalui jendela aku melihat Annisa terlentang di dalamnya dan nyaris tanpa busana terikat di ranjang

“eemmmpphhh........... eemmmpphhh.................!!” aku meronta-ronta ketika melihat partnerku Annisa dalam ruangan itu. Rupanya aku dibopong dan di masukkan kedalam ruangan disebelahnya yang di pintunya ada tulisan VIP juga. Mereka mendudukkanku di tepi ranjang, aku masih meronta-ronta.

“Tenanglah kamu disini detektif Lalita, temanmu detektif Annisa juga sedang beristirahat dengan tenang, Feel at homelah....” ejekkan Haris membuatku terhina, bagaimana bisa feel at home dengan keadaan terbelenggu seperti ini, pikirku.

Kemudian mereka meninggalkan aku dalam keadaan tidak berdaya dengan ruangan yang mereka kunci dari luar. Akupun berpikir keras, bagaimana caranya bisa keluar dari tempat jahanam ini sambil menyelamatkan Mery dan kawan-kawan lainnya yang sudah terlanjur terjebak seperti ini. Di ruangan sebelah, sayup sayup kudengar suara Annisa...

“Jangan pak,.... jangan!”

“Saya ini penegak hukum! Anda tidak bisa berbuat macam macam pada penegak hukum!!” tukas Annisa lalu selanjutnya sayup sayup kudengar

“Aaauuuwww...... !! Aarrgghhhh.........!!!” dari sebelah. Aku merinding dan amarahku membakar tubuhku dan emosiku. Kuduga Annisa telah diperkosa oleh pelanggan rumah maksiat ini.

Jahanam.....!! gerutuku dalam hati mendengarkan apa yang terjadi dengan Annisa di sebelah ruangan tempatku di sekap. Untuk beberapa waktu lamanya aku di tinggalkan terikat dan duduk di pinggir ranjang, menanti apa yang akan terjadi kepada diriku dengan memasang kewaspadaan penuh.

****

Sudah senyap tak ada suara di sebelah, aku tak tahu apa yang terjadi dengan Annisa, partnerku rasanya sudah 3 (tiga) jam aku berada di ruangan ini, dan sejak kutahu apa yang terjadi dengan Annisa, aku sibuk meronta-ronta melepaskan diri agar bisa menolong Annisa, Mery dan sesama kaumku yang menjadi obyek kebejadan Haris dan kawan-kawan. Tiba-tiba pintu terbuka 4 orang anak buah Haris masuk ke kamar tempatku di sekap. Aku yang agak lemas karena lelah meronta-ronta mengambil sikap siaga bersiap melawan kemungkinan yang akan dilakukan padaku.

“Mau apa lagi mereka.....” batinku penuh perasaan was-was.

Ough, tubuhku dibaringkan di ranjang dengan paksa, jika mereka membuka tali-tali yang mengikat di pergelangan tanganku maka aku sudah mengumpulkan tenaga untuk mengadakan perlawanan dan berusaha menaklukkan mereka. Namun apa yang terjadi diluar dugaanku, setelah penutup mataku, mereka membuka kancing blouse yang kupakai dan membiarkan tubuhku terbaring menghadap mereka lalu kurasakan lampu kilat sekejab, mereka mengambil photoku dalam keadaan yang sangat tidak kuingini untuk diphoto.

“eemmmpphhhhh...!!!!” aku meronta-ronta bermaksud mengadakan perlawanan tapi dengan tangan terikat ke belakang, apa yang bisa aku lakukan? Tersingkaplah bajuku dan tampaklah braku yang kupakai berwarna kecoklatan dan aku tersungkur di ranjang dalam keadaan pakaianku yang berantakan.

“Detektif Lalita, aku mempersiapkanmu untuk melayani pejabat negara yang akan segera datang, aku akan memberinya hadiah kejutan yang istimewa yaitu tubuh molekmu.....” ku dengan suara Haris.

“Ha....ha....ha....haaa......!!” tawanya membuat suasana batinku semakin mencekam.

“eemmmpphhhhh........ eemmmpphhhhh........!!” aku berontak.

“tenang saja sayang, mana tahu setelah melayaninya, kamu bisa mendapat promosi atau ekspose besar....ha... ha...haa....!” tambahnya lagi, membuat hatiku ini tidak nyaman dengan apa yang akan terjadi dengan diriku.

“Oh Tuhan, biarlah komandanku tahu keberadaanku dan datang membawa bantuan untuk menyelamatkanku.....” batinku berharap dalam do’a.

Hari itu aku dibiarkannya disekap terikat di kamar tempatku di sekap, dan jiwa ini diselubungi misteri karena aku tidak bisa tahu apa yang terjadi pada partnerku Annisa. Hari yang panjang kurasa segera berlalu, aku terbaring terikat di kamar ini, sempat melihat jam dinding yang sudah pukul 00.20 tengah malam, aku berusaha memejamkan mata, berusaha tidur dalam keadaan terikat erat.

****

Aku menyambut hari baru pagi ini masih dalam keadaan yang sama, terbaring dengan pakaian berantakan dengan tangan yang terikat ke belakang, serta mulut yang disumpal dan terikat.

“Siap-siap detektif, hari ini tamu VIP saya datang, kamu akan melayani dia dengan baik.”

Haris masuk ke kamarku dan menyatakan itu. Tubuhku menolak hebat ketika di pastikan bahwa pejabat itu akan aku layani.

“Siapakah orang itu, mau bermaksiat di sini, bahkan akan mengorbankan aparatnya sendiri yang dalam kekuasaan sindikat ini?” berjuta pertanyaan mengerubungi benakku yang tak ada jawabannya selain aku hadapi dia dulu.

Pagi itu Haris mendatangi kamar VIP di mana aku disekap, bersama dengan empat orang anak buahnya, melepaskan aku dari tempat tidur, dua anak buahnya yang perempuan memandikan aku tetap dalam keadaan tangan terikat dan mulut yang disumpal, sementara salah satu dari anak buah perempuannya menodongkan pistolku agar aku tidak melawan, setelah mandi aku di pakaikan pakaianku dengan rapih dan terkancing baik, kemudian mereka merubah ikatanku di kaki, dibuatnya aku mengangkang dengan tali yang diikatkan di kakiku diikatkan kembali ke ujung tempat tidur, sementara kedua tanganku tetap terikat kebelakang. Hari ini aku menyiapkan mental ingin melihat dan menghapalkan wajah pejabat publik itu dan akan aku tuntut kelakuannya padaku dan aku akan menjatuhkan dia dari jabatannya sekarang. Begitu kuat tekadku meski tangan kaki dan mulutku terikat erat, aku seolah tidak menghiraukannya.

“Kamu harus di tutup matanya....” ujar Haris, yang kutolak mentah-mentah

“Bagaimana aku menikmati hubungan ini kalau aku tidak melihat” alasanku ketika ikatan di mulutku dilepas. Aku bersiasat agar bisa melihat pejabat itu.

“ehm, kamu rupanya mau menikmatinya yach....” jawab Haris sambil terkekeh-kekeh sambil kembali mengikat mulutku dangan kain warna hitam.

“eemmmpphhh......!” rupanya Haris termakan siasatku pikirku

“Oke lah jika itu maumu Lalita cantik......!” jawab Haris.

“Tunggu saja sayang, satu jam lagi dia datang” lanjutnya

Kali ini aku bersiap menantang pejabat publik yang disebut sebut oleh Haris itu, aku tidak akan melayaninya tetapi aku akan melawannya setelah merekam habis wajahnya di benakku. Sesuai rencanaku akan menjatuhkannya bila aku bebas nanti.

Satu jam sudah berlalu, sang pejabat belum muncul juga di hadapanku. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan Annisa, kini aku fokus dengan rencana perlawananku namun kuharap Annisa baik-baik saja dalam tawanan komplotan Haris. Pintu terbuka perlahan, akupun melirik ke arah pintu, Haris masuk dengan seseorang yang memakai topeng kepala berwajah singa jantan yang gondrong itu....

“Diakah pejabat publik itu...... mengapa dia memakai topeng Singa?” sekujur rasa kecewaku membelenggu jiwaku.

“Enjoy Boss, dia adalah Sersan Lalita Rahmawati mantan serse Reskrim Polda Metro Jaya...!” kata Haris memperkenalkan aku, lalu meninggalkan aku berdua dengan pejabat publik berwajah singa itu. Selanjutnya Pejabat itu serta merta mengikat dan menutup mataku, semua yang telah kurencanakan buyar sudah, kini aku dalam kekuasaan pejabat itu sepenuhnya. Sekujur tubuhku lemas, mataku gelap tidak bisa melihat apa yang akan terjadi dengan diriku. Pejabat itu berbaik hati melepaskan kain yang mengikat di mulutku.

“Mohon ijin Pak, janganlah Bapak berada di tempat seperti ini, tinggalkan tempat ini sebelum terlambat Pak,” himbauan terakhir seorang mantan polwan yang sudah tidak berdaya dalam cengkeraman komplotan Haris. Tak ada kata-kata terucap dari pejabat itu, rupanya napsu birahinya memuncak, kurasakan ciuman dan kuluman di leherku dan bibirku semakin dahsyat.

Kini posisiku terlentang dengan kedua tangan diikat erat kebelakang, blus berendaku masih menempel di tubuhku saat pejabat itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.

“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan.....!!!” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.

Tanpa suara pejabat itu tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggut nya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pejabat itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.
Kemudian kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang di elus elusnya dan kurasakan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.

“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.

“Aahh...? Ohhh? Argh....? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang miss V ku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.

Dreet.. Dreet!! kurasakan selaput daraku robek saat pejabat itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.

“Aaauuuwww.....saakiitt Paakk.......!! Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.

“Sakitt.... Tolong..... Hentikaaann.......!!” jeritku meratap, tapi pejabat itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.

Pejabat itu tetap memperkosaku, memompa miss V ku dengan ganas sambil mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang miss Vku.

“Jangan..... Jangan di dalam Paakkk!!!” teriakku panik, dan

“eemmmpphhhh.........” mulutku dibekap tangannya yang konon memegang lakban dan tersumpallah mulutku dan kemudian dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.

“eemmmpphhhh.........” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit namun kakiku masih terikat ke ujung tempat tidur dan kurasakan rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, dengan susah payah dalam keadaan tanganku terikat erat kebelakang, aku rasakan merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.

Beberapa jam aku didiamkan si pejabat itu lalu kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan pejabat itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelinjang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Pejabat itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluan. Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku sulit menyangkal jika ada rasa kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya pejabat itu tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.

”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!” Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eeeemmmpppfffhhh...........eeemmmhh................mmmmppphhhhhh...!!!!”

Aku semakin tak kuasa menahan diriku, aku terangsang hebat klitorisku dikulum disedot sedot.
”wow enak sekali........!” batinku

Kurasakan ada jari tangan di masukan ke lubang miss V ku mencari G-Spot. Klitorisku terus dikulum dan disedot sedot sementara dua jari tangannya digerakkan keluar masuk liang miss V ku.

”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!” keluar suara dari mulutku yang tersumpal. Aku semakin menggelinjang hebat, kedua tanganku meronta-ronta keras dan merasakan betapa tidak berdayanya aku.

Tangannya juga sesekali meremas payudaraku dan memilin milin puting susuku bergantian kanan-kiri

”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!”

Kemudian pejabat itu menciumi mulutku yang tersumpal. Juga samar samar kuendus bau parfum yang sangat harum. Tiba tiba dia itu menghentikan aksinya. Dalam hati aku sedikit kecewa bercampur lega kecewa aku belum mencapai klimaks, lega karena aku tidak dipermainkan dan dilecehkan terus menerus. Posisiku di rubahnya sedemikian rupa sehingga sekarang posisiku telungkup di ranjang, tanganku yang terikat dihubungkan dengan kakiku yang terikat, jadi semacam hogtied keadaanku lalu mata dan mulutku tertutup kain hitam.

Selang beberapa saat, kurasakan ada yang mengelap wajah dan mulutku dengan lap dan air hangat. Daerah kemaluankupun di lap dan dibersihkan dengan air hangat. Celana dalamku juga dirapikan. Klitoris dan miss V ku terasa 'ngilu' ketika tersentuh lap. Lingerie pun kembali dipakaikan ke tubuhku juga dirapikannya tali lingerie yang melorot ke lenganku kembali di naikkan ke bahu. Bra juga dirapikan dan dikembalikan ke posisi semula. Tangan dan kakiku sedang dilepaskan namun aku merasa sangat lemas dan tak kuasa melawannya. Pejabat itu kembali mengikatku. Tanganku kembali diikat ke belakang hanya saja sekarang tanganku di luruskan, tidak ditelikung 90' menyiku seperti yang pertama tadi. Cukup nyaman mengurangi pegal di tanganku. Kembali ada tali yang disambung antara tali di pergelangan tangan dan kakiku. Mataku masih saja ditutup kain tapi sumpal di mulutku sudah dibuka aku dibaringkan di tempat tidur tubuhku terkapar lemas. Di saat bersamaan kamar Annisa yang sunyi tiba-tiba terdengar teriakan dan rintihan Annisa melawan pemerkosanya. Lemas tubuhku dengan kejadian yang menimpaku dan Annisa mitraku.

“Terima kasih Sersan, nanti aku datang lagi.....” bisikan lembut si Pejabat itu, setelah ia mandi terlebih dahulu. Rupanya usai sudah penderitaanku paling tidak hari ini, karena sang Pejabat mencium bibirku yang tertutup lakban dan pamit, kemudian kudengar pintu terbuka dan tertutup lagi dan terkunci.

Sore menjelang malam hari, anak buah Haris masuk ke kamarku. Melepaskan tali-tali yang mengikat kakiku dan mataku yang tertutup. Mereka menarikku untuk berdiri, tubuhku yang sudah ternodai merasakan nyeri dan ngilu di selangkangan. Tanpa banyak bicara, mereka menuntunku ke pintu keluar, aku pun keluar dengan keadaan sedikit lebih rapih dari pada saat ‘dipersiapkan’ oleh Haris untuk melayani pejabat misterius itu. Pakaian berenda-renda dengan kancing di depan dan rok mini, stocking warna kulit dan sepatu pantofel yang ada ban yang melintas di punggung kaki seolah menghubungkan kedua mata kakiku. Saat bersamaan di luar kamar tempatku di sekap, di kamar sebelah aku dapat melihat Annisa juga di bawa keluar.

Kami berdua digiring dengan tangan terikat dan mulut yang tersumpal ke suatu ruangan. Dan apa yang kulihat sungguh mengejutkan aku melihat Haris tengah berbicara dengan ibu Marina.

Marina ? Bukankah dia yang melaporkan kehilangan anaknya Mery ? Apakah dia juga di tawan Haris? Tidak mungkin karena dia tidak terlihat sebagai tawanan. Kelihatan sedang berbincang-bincang akrab dengan Haris. Apa maksud semua ini? Berjuta pertanyaan mengerubuti kami, aku dan Annisa.

“Eh, mbak Lalita, akhirnya ketemu juga... mencari Mery yach?” sapa ibu Marina

“Tuh, Mery... sedang menunggu gilirannya!” lanjut ibu Marina sambil menunjuk ke ruangan seperti etalase atau aquarium. Pemandangan yang terlihat adalah perempuan-perempuan lugu yang duduk di sebuah kursi berpakaian mini dengan sepatu higheels dengan tangan yang terikat ke belakang, di dekat kakinya yang semuanya bersepatu tertulis nama-nama masing masing, ada Mery, Istiany, Melanie, Lia, Nunik, Carolyn, Claudia dan masih banyak nama lagi, tapi setidaknya nama-nama yang kubaca sedang ada orangnya, karena masih ada beberapa kursi yang kosong kendati ada namanya seperti Rosnaini, Anita, Sari dll.

“eeemmmmpphhhh........!!!” protesku minta kejelasan.

Ini lho mbak, gak inget yach sama Mas Haris suamikua yang pernah kamu tangkap ketika kamu di Satserse Polda Metro Jaya, dia khan dihukum 5 tahun penjara, baru bebas setelah menjalani remisi, aku karena ingin melakukan pembalasan dendam. Jadi aku aku membuat laporan palsu kepadamu.

“eeemmmmpphhhh........!!!” aku meronta-ronta dalam cengkeraman anak buah Haris, aku marah sekali kepada ibu Marina

“Soal Mery? Memang dia anak saya di rumah ini, karena setiap pelayan pelanggan saya wajib memanggil saya Mama...” lanjut ibu Marina. Kulihat di kejauhan Mery yang terlihat lebih manis dengan dandanan tipisnya lebih dari wajah yang kulihat di photonya.

“eeemmmmpphhhh........!!!” aku bereaksi

“eeemmmmpphhhh........!!!” suara Annisa hampir bersamaan denganku

“Bawa mereka!!!” perintah Haris, lalu anak buahnya menggiring kami, kami berjalan seperti terseret-seret melewati kamar-kamar tempat kami di sekap dan berjalan terus, agaknya kami tidak kembali ke kamar kami terdahulu.

Mau dibawa kemana kami!!?? batinku bertanya-tanya sambil menuruni tangga hingga sampai ke sebuah ruangan di bawah tanah dan ada 2 ruangan sel kosong... Annisapun di dorong dengan kasar masuk ke dalam sel itu tetap dengan tangan terikat ke belakang dan mulut yang tersumpal.

“eeemmmmpphhhh........” aku memprotes perlakuan kasar mereka. Lalu tiba di sel sebelahnya yang hanya berbatasan dengan jeruji, mereka membuka pintu sel namun tidak mendorongku masuk, melainkan masuk bersama lalu mengambil tali dan mengikatkan aku ke salah satu terali di sudut yang jauh hingga tidak bisa berusaha melepaskan diri dengan Annisa.

“eeemmmmpphhhh........” tangan dan tubuhku sudah terikat di terali besi itu, mereka kemudian mengikat kedua kakiku menjadi satu. Lalu keluar meninggalkan sel tempatku disekap, menguncinya lalu melilitkan rantai dan menggembok dengan gembok kedua di selku, hal yang berbau dendam kurasakan karena sel Annisa hanya dikunci saja dan tidak dirantai dan di gembok seperti selku.

Kurasakan hari yang melelahkan ini berlalu. Hari demi hari berlanjut, jika ada pelanggan penting, maka yang kusaksikan Annisa dikeluarkan dari selnya, malam harinya baru dia kembali ke selnya tetap dalam keadaan yang sama, tangan terikat dan mulut di sumpal. Tidak ada kesempatan bagi kami berdua berkomunikasi dan mengatur strategi pembebasan diri. Rasanya pupus sudah harapanku dan Annisa untuk bebas, namun ditengah ke tidak berdayaan kami, kami masih menyimpan secercah harapan bahwa komandan kami turun tangan dan membebaskan kami, membebaskan Mery dan kawan-kawan perempuan lainnya sekaligus membongkar sindikat ini, Semoga.

==oo0oo==

Sabtu, 09 Maret 2013

Derita Dan Nikmat



Namaku Lingga, aku berusia 24 tahun, 5 tahun lalu aku dinikahi dengan James, 30 tahun. Temanku sering berseloroh memanggilku Fitri, kata mereka aku mirip dengan Shireen Sungkar pemain sinetron itu. Pernikahanku hingga kini belum dikaruniai anak, namun kehidupan ke bersama suamiku sangat bahagia. Hari ini James dinas keluar kota selama satu minggu. Aku baru kembali dari sebuah mall, berbelanja dan makan siang dengan teman-temanku, tiba dirumah pukul 15.00 menjelang sore, letih sekali rasanya, tanpa sempat mengganti pakaianku dan melepas sepatu aku menyalakan televisi, lalu bersantai di sofa ruang tamuku sambil menonton TV, kelihatannya aku terlelap.

Aku tersadar dari tidurku, aku membuka mataku, namun pandanganku gelap, aku mencoba menggerakkan tubuhku entah mengapa tidak dapat digerakkan, tanganku terasa kesemutan yang hebat, lemas dan tak dapat ku gerakkan, ketika aku berteriak “TOLOONNGG,....!!” maka


“eeemmmmppphhhhh.......!!” mulutku terasa penuh dan suara yang kuinginkan tidak keluar.

Aku mulai mencoba menggerakkan tanganku tidak bisa! Ternyata tanganku terikat erat di belakang di pinggangku, aku berusaha bangkit dan kusadari kakiku masih bersepatu dan ternyata terikat erat pula, dengan kondisi yang gelap tidak dapat melihat, aku mulai panik dan meronta-ronta. Rupanya, selain tangan dan kaki yang terikat erat, mulutku terasa disumpal karena mulutku serasa penuh entah dengan kain atau apa. Pemandangan gelapku karena mataku diikat dengan secarik kain. Oh keadaanku sungguh tidak berdaya, apa yang terjadi denganku saat ini? Satu-satunya inderaku yang masih berfungsi adalah telingaku, namun tidak lagi kudengar suara televisi, tetapi hening, sunyi. Entah di mana kini aku berada?

Satu jam, dua jam rasanya aku terdiam dalam keadaan tidak berdaya. Aku merasa kakiku masih bersepatu. Sepatu yang tadi aku pakai jalan-jalan dengan temanku, sepatu putihku yang baru kubeli tadi dan langsung kupakai, ada bannya melintas di punggung kakiku seolah menghubungkan kedua mata kakiku. Kemudian kurasakan tubuhku terangkat, rupanya tubuhku dibopong di pundak seseorang, lalu kurasakan dia membuka pintu mobil, aku didorongnya masuk. Aku dibaringkan telungkup di bawah, terjepit diantara jok.. Lalu kurasakan mobil melaju kencang sampai cukup lama aku tidak tahu akan dibawa kemana. Mataku tertutup, mulutku tersumpal, tangan kakiku terikat lengkap sudah penderitaan dan ketidak berdayaanku juga terbaring di lantai sebuah mobil besar. Perasaan takut, marah, sedih semua bercampur satu hal saat menyadari keadaan diriku. Yang aku tahu saat ini adalah aku diculik!

Mobil akhirnya berhenti entah dimana. Orang itu membuka pintu & turun sementara mesin tetap menyala ketakutanku semakin menjadi. Tak lama kemudian orang itu kembali masuk mobil & menjalankannya lagi, perjalanan itupun berlanjut dan terasa panjang lalu kurasakan mobil itu berhenti, aku dibopong keluar mobil cara menarikku keluarpun lebih lembut, berbeda dengan waktu aku dimasukan mobil tadi aku didorong kasar aku sehingga merasakan orang yang berbeda. Seketika udara dingin menyergap tubuhku di udara pegunungan, aku bisa pastikan aku di daerah pegunungan. Aku dibopongnya kesebuah ruangan/rumah aku tidak tahu, hanya saja udara lebih hangat sekarang. Dalam keadaan tubuhku terikat erat, aku direbahkan di kasur kurasakan orang itu pergi keluar.

Terlalu lama rasanya menunggu dalam ketidak berdayaan, keadaanku yang terlentang di sebuah tempat tidur yang berdesign klasik, dengan tangan yang ditelikung di belakang dan terikat erat, kaki yang terikat menyatu, mataku yang ditutup kain hitam rupanya, dan mulutku yang tersumpal, aku sibuk berusaha meronta-ronta, mencoba melepaskan tali-tali yang mengikat pergelangan tanganku, namun sepertinya kebanyakan usaha meronta-ronta seperti ini sangat jarang yang berhasil jadi kuputuskan beristirahat, menerima keadaanku saat ini dan tidur, karena hanya itu yang bisa aku lakukan.

Rasanya lama sekali aku tertidur, karena aku rasa hari sudah senja. Aku tidak tahu apa yang menjadi motif penculikanku, tidak ada suara-suara atau tanda-tanda kehidupan di tempatku terbaring. Dengan mata yang ditutup kain, aku bisa merasakan penerangan di ruangan ini adalah sebatas lampu tidur. Keadaanku masih belum berubah, terlentang dan terikat. Aku mencoba membalikkan tubuhku dan memilih telungkup, guna meringankan derita yang kurasakan di pergelangan tanganku yang terikat dan tertindih oleh tubuhku sendiri.

Keadaan ini melegakan tanganku yang terikat kebelakang, tetapi kendala lain membuat aku susah bernafas, karena hidungku seperti tertutup, dalam keadaan telungkup. Tidak sampai 10 menit, aku mengambil posisi menghadap samping, sambil sedikit menekukkan lutut yang juga terikat... oh inilah posisi ternyaman di tengah-tengah ketidak nyamanan akibat ketidak berdayaanku. Tidak ada yang bisa aku lakukan dalam keadaan terikat erat seperti ini, pilihan terbaik dalam posisi lumayan nyaman dengan menghadap samping, adalah tidur. Aku sempat terbangun sejenak, ketika terdengar sayup-sayup adzan subuh yang menggema,

“hmm..... sudah subuh rupanya!?” pikirku dalam kantuk yang masih menyelimutiku

Aku tak mengerti mengapa aku jadi lebih sering tertidur begini, kecurigaanku adalah ketika aku tertidur dirumahku kelihatannya penculik berhasil membiusku, karena biasanya aku tidak pernah bisa tidur senyenyak ini, dan ketika aku bangun tadi aku merasakan tubuhku sudah terikat, rasanya mustahil mereka bisa mengikatku dalam keadaan tidur, jika tidak terlebih dahulu membiusku. Dan kini efeknya aku selalu merasa kantuk yang setia menemaniku dalam kesendirian dan ketidak berdayaan, lagi lagi karena masih subuh, aku tertidur. Didalam tidurku kurasakan diriku dalam keadaan terbaring, dan aku masih menggunakan sepatuku yang memakai hak tingginya 5 cm. Mataku masih ditutup oleh sebuah kain, aku meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri. Kira-kira sejam aku terkapar tak berdaya dalam keadaan gelap dan mata yang tertutup, tanganku tidak lagi terikat dibelakang pinggang tetapi dalam keadaan terikat diatas kepalaku. Ku rasakan tali-tali yang mengikat di lututku mulai terlepas, baik yang di atas maupun yang di bawah lutut. Tubuhku sudah tidak meronta-ronta karena lemasnya lalu ku rasakan pergelangan kakiku tidak lagi menyatu. Terbuka lebar, namun aku tidak merasakan kebebasan gerak di kakiku karena ternyata masih terikat walau kakiku sudah terbuka.

“mmmmppphhhhh......!!” kurasakan ada yang masuk paksa ke liang vaginaku.

“auwww...!!” jerit batinku mencoba menahan sakit akibat pemaksaan itu. Selanjutnya, yang kurasakan adalah sebuah hubungan seksual. Aku diculik dan diperkosa! Hati dan jiwaku terus menolak pikiranku menerawang dan bayangan suamiku muncul,

“Oh Bang James,...! Tolong aku, bukan kehendakku, aku diculik dan diperkosa Bang...”

Selanjutnya kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Tangan itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelinjang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih tertutup celana dalam.

Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya perlahan lahan kurasakan ada suatu gairah kenikmatan tenpa sungkan menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya orang yang menculikku tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya de ngan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli, nikmat dan derita.

“mmmmppphhhh.........eemmmmppphhhh.......” tanpa sadar aku melenguh di balik sumpalanku

Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eemmmmppphhhh....... mmmmppphhhh.............!!”

Penisnya terus di kocok kocokkan ke liang vaginaku dengan kocokan yang berirama, pelan pelan kemudian kencang dan dalam kembali pelan pelan lagi kencang lagi dst. Sambil mengocok ocok, kedua tangannya juga dislusupkan ke balik braku,..

“aarrghhh.......” batinku pasrah tak berdaya.

Hening, ketika semua perbuatan keji itu terjadi, sungguh suatu hal yang langka, hubungan seks dilakukan tanpa suara dan tanpa lenguhan, selain karena mulutku tersumpal dan hanya bisa mengeluarkan suara

“eemmmmppphhhh....... mmmmppphhhh.............!!”, aku yang terikat erat, mulut disumpal dengan mata yang tertutup, sama sekali tidak bisa mengenali siapa pelaku penculikanku dan siapa yang sedang memperkosaku saat ini. “Ugh,....!” kurasakan cairan sperma telah menghujani liang vaginaku, diantara kenikmatan terlarang yang memuncak ini, aku pasrah tak berdaya. Tubuhku terasa lemas usai diperkosa, dan terkapar tak berdaya dengan tangan terikat ke tempat tidur, demikian kakiku yang terikat juga mengangkang di sudut tempat tidur. Aku merasa dibiarkan dalam keadaan tak berdaya, setelah kurasakan pemerkosaku itu tidak ada disekitarku.


*****


Lama sekali rasanya aku ditinggal dalam keadaan begini, namun demikian mataku sudah tidak ditutup lagi sehingga aku bisa melihat dan tahu keadaanku. Namun mulutku ini masih tersumpal, sementara tanganku kini terikat terpisah di atas kepalaku, demikian juga kakiku. Sehingga tubuhku membentuk huruf X tang terbaring di atas tempat tidur, Aku berada di sebuah kamar sederhana dan terbaring di sebuah tempat tidur besi yang di bagian kepalanya terdapat kepala tempat tidur yang berbentuk teralis. Dalam keadaan tidak berdaya, dan lelah sehabis diperkosa oleh pria misterius yang kemungkinan adalah penculikku aku kembali tertidur, karena tidak ada satu gerakanpun yang bisa aku lakukan.

Tiba-tiba aku terbangun, ada pria kekar mengenakan tutup muka, tanpa sepatah kata mendekat ke wajahku....

“ugh,... mau diapakan lagi aku......!??” batinku.

Lalu mengangkat sedikit kepalaku dan dengan sigap kembali mengikatkan kain di mataku dan kini mataku tak dapat melihat lagi. Setelah mataku tertutup, beberapa saat lamanya aku di biarkan begitu, lalu

“mmmmppphhhhhh.......!!! keluhku, kurasakan celana dalamku diturunkan sampai ke atas paha lalu kurasakan

“oowhh.....!! batinku, vaginaku disisipkan benda yang kurasakan berbentuk lonjong, rasa nyeri perlahan lahan membelengguku, lalu kurasakan getaran di vaginaku, rasa geli seperti menyiramiku dalam ketidak berdayaan dan membangkitkan gairah kenikmatan, membuat aku merasakan derita dan nikmat yang kini membelengguku. Getaran itu semakin membuat tubuhku lemas akibat libido yang sudah terpancing. Lalu kurasakan, tali yang mengikat di kakiku dilepas oleh sang penculik, kesempatanku meronta dan menendang-nendang, namun tubuh yang lemas, membuat kakiku tak bertenaga dan dengan mudahnya pergelangan kakiku sudah terikat menjadi satu. Maka huruf X ditempat tidur menjadi huruf Y. Kemudian kurasakan suntikan yang telah menusuk di lengan kananku dan akupun tidak sadarkan diri.


*****


Ketika aku siuman, aku mendapati diriku sedang tidak terbaring, namun terkapar dengan tubuh yang menyamping, akibat kedua tanganku kembali diikat kebelakang, di lingkaran pinggangku. Pergelangan kakiku kurasakan masih ada tali-tali yang melilit dan kurasakan kakiku masih terikat satu. Vaginaku sudah lelah dengan barang yang tadi bergetar dan belakangan kuketahui itu adalah dildo. Lalu ikatan di mataku dilepas oleh penculikku yang tentu saja sudah memakai penutup wajah. Ternyata kini aku disekap di sebuah sel dengan penerangan minim.

“mmmmppphhhhh......! eemmmppphhhhhh......!!!” jeritku ketika penculik itu keluar dari sel dan mengunci pintunya dengan lilitan rantai dan gembok. Sel ini cukup luas, setidaknya seluas ¾ kamar tidurku dengan suamiku James, dan hanya ‘dihuni’ oleh aku. Aku melihat tubuhku masih berbusana lengkap seperti ketika aku diculik, memakai blus warna krem berbaur dengan warna hijau luntur tidak berkerah dengan kancing warna keemasan yang berbaris rapih dari leher sampai ke pusar dengan rok hitam 10 cm diatas lutut, dan masih bersepatu putih model pantofel yang ada ban yang melintas di punggung kakiku, yang baru kubeli sebelum aku diculik. Mulutku masih tersumpal dan terikat kain di tengkukku, dengan tali-tali yang mengikat di lingkar dadaku. Sungguh aku merasakan ketidak berdayaan yang sangat, disekap dalam sel yang terkunci dan dalam keadaan terikat erat. Rasanya sudah 3 hari aku disekap dalam sel ini, tanpa terjamahkan oleh siapapun, terbukti dari rasa dahaga dan lapar yang menambah deritaku kini.

Di balik rasa dahaga dan lapar, tanganku juga terasa sangat pegal dan mati rasa akibat ditelikung ke belakang dan terikat berjam jam.

Aku tidak sedang menunggu apa-apa tetapi kenapa memang rasanya aku menunggu, dalam keadaan terikat seperti ini tentunya kebebasan yang aku tunggu. Aku menunggu kapan tali-tali yang melilit dan mengikat tubuhku ini dilepaskan, dan aku dibebaskan dan diantar pulang ke rumahku. Namun diriku di sini, dalam sebuah sel yang luas dan besar dengan tanganku yang terikat dibelakang, kaki yang terikat menyatu bagai Putri Duyung,... mulut yang disumpal, rasanya penghinaan melihat diriku dikurung dalam sel lalu terikat lagi. Dengan keadaan terikat saja, aku sudah tak berdaya, lalu aku dikurung dalam sel ini, sungguh kurasakan suatu penghinaan.”Cepreett!!” lamunanku buyar ketika lampu blitz menghujamku. Pria yang berpenutup kepala itu mengambil photoku dalam keadaan terikat di dalam sel. Aku keberatan, tapi apa daya!? Lalu dia masuk ke dalam sel tempatku di sekap, serta merta mengeluarkan kain dari sakunya, menutup mataku dan mengikatnya kencang di belakang kepalaku, kembali pandanganku menjadi gelap dalam ketidak berdayaanku. Dia kemudian meninggalkanku setelah kudengar langkah sepatu yang menjauh dariku dan suara rantai dan gembok yang mengunci. Kini lengkaplah ketidak berdayaanku, tangan dan kaki terikat erat, mulut disumpal dan mata yang tertutup. Hanya telinga, satu-satunya indera yang bisa kuandalkan mengetahui keberadaanku.

Beberapa jam kemudian, kudengar kunci gembok di buka dan ada yang masuk, lalu kurasakan tubuhku di bopong di pundak seseorang,... mengangkat tubuhku, melangkah menaiki tangga dan terus berjalan sampai akhirnya kurasa tiba di suatu ruangan, dan aku merasa tubuhku diturunkan pelan-pelan disebuah tempat tidur rupanya. Beberapa saat aku merasa dibiarkan terkapar tak berdaya, namun aku merasa tidak sedang sendirian terikat dalam ruangan itu.... ku rasakan ada nafas-nafas tertahan di sekelilingku, namun tidak ada yang dilakukan. Jika dugaanku benar setidaknya ada 2 orang atau lebih diruangan ini,... Entah mengapa sejak mataku ditutup, disisi lain indra pendengaranku menjadi semakin peka dan naluri dan sesitifitasku menajam, setelah kurang lebih seminggu (?) aku terikat dan disekap begini. Mereka kurasa hanya bulak-balik masuk keluar kamar misterius, perlahan-lahan rasa takut mulai membelengguku....

“mau apa mereka mengerubungiku......” batinku bertanya-tanya.

Tak lama kurasakan kakiku yang bersepatu dan terikat jadi satu itu dilepaskan, aku meronta-ronta ingin menendang mereka yang aku rasa tengah mengerubungiku, namun cekraman yang kuat di pergelangan kakiku hanya membuahkan gerakan kecil yang tidak berarti, pada saat bersamaan betis dan pergelangan kaki kananku sudah merapat ke pahaku dan kurasakan tali-tali yang masih melilit di pergelangan kakiku menyatu dengan pahaku dan aku seperti dalam keadaan berlutut namun betisku diikatkan pada pahaku, demikian juga terjadi pada kaki kiriku. Dalam keadaan yang sama sekali tidak nyaman aku meronta dan
“EEMMMMPPPHHHHHH..............!!!” teriakku memberontak dan satu pukulan keras menghantam pipiku dan aku tak sadarkan diri.

Rasa sakitlah yang membangunkanku, kurasa benda tumpul memasuki vaginaku oh itu adalah penis yang menerobos paksa membuatku sadar dan kembali berteriak

“EEMMMMPPPHHHHHH..............!!!” menyambut masuknya penis ke dalam lubang vaginaku
masuk....keluar.....masuk.....keluar.....masuk mengocok-ngocok tubuh tak berdaya ini dibuatnya.
Tubuhku terangkat dan tidak lagi terbaring; dalam keadaan tanganku yang mati rasa aku dipeluk dari depan dan belakang lalu rasa nyeri yang amat sangat akibat terobosan paksa penis lain yang menerobos di liang anusku yang kecil

“EEMMMMPPPHHHHHH..............!!!”jerit sakitku ketika penis itu berhasil menerobos dan masuk ke lubang anusku. Kembali tubuhku bak boneka yang digoyang-goyangkan bergantian dengan penis yang masuk di anusku sementara bersamaan penis lain sedang menarik keluar dari liang vaginaku. Kemudian aku rasakan puting payudaraku dikulum oleh sebuah bibir dan membuat cupang di payudaraku. Jika saja mata ini bisa melihat, aku pasti akan mendapati payudaraku penuh tanda tanda merah karenanya, sementara aku merasakan ada sinar flash kamera yang menghujani diriku, rupanya aku di photo dalan keadaan diikat dan diperkosa oleh 4 (empat) orang!

Aku tidak tahu berapa lama sudah aku disiksa seperti ini, tanganku sudah mati rasa terikat ke belakang, dan mulutku kering karena tersumbat sedemikian lama, dan mataku yang terus terpejam akibat terikat erat di kepala belakang dan tubuh yang bergoncang-goncang seperti boneka tak berdaya menjadi bulan-bulanan para pemerkosa itu bergantian, Lelah disekujur tubuhku dan aku tak sadarkan diri.

Kelihatannya lama baru aku siuman dan mendapatkan diriku masih didalam ruangan yang sama dengan keadaan tubuh yang tidak berbeda, tanganku masih terikat erat di belakang, kakiku masih menekuk seperti berlutut dengan lilitan tali yang erat kurasakan di pergelangan kakiku dan di pangkal pahaku. Praktis aku hanya bisa tertidur terlentang dengan tubuh yang menimpa tanganku yang terikat erat.

Hari telah berganti karena kudengar sayup sayup suara kumandang adzan subuh memecah keheningan pagi buta itu. Tubuhku yang terikat ini terasa menggigil menyambut udara pagi di mana aku masih terikat, mata dan mulutkupun terikat hingga tidak ada pergerakan yang bisa aku lakukan, hanya menanti dan menanti. Menanti kebebasanku yang sebelumnya pernah kumiliki.

Dalam lamunanku tiba-tiba aku kembali dikejutkan dengan vaginaku yang kembali disisipkan benda yang kurasakan berbentuk lonjong, rasa nyeri perlahan lahan membelengguku, lalu kurasakan getaran di vaginaku, rasa geli seperti menyiramiku dalam ketidak berdayaan dan membangkitkan gairah kenikmatan. Getaran itu semakin membuat tubuhku lemas akibat libido yang sudah terpancing. Ini sungguh menyiksaku dengan keadaan tidak berdaya seperti ini rangsangan hebat diberikan oleh benda mati seperti ini yang diselipkan kedalam liang vaginaku oohh...!

Beberapa jam lamanya aku tersiksa, kini aku terbaring lemas tak berdaya akibat siksaan yang ku dapatkan dari vibrator ini yang masih menancap di tubuhku namun sudah tidak bergetar lagi.

Dalam keadaan lemas dan terikat tak berdaya kembali aku dikejutkan
“EEMMMMPPPHHHHHH..............!!!” dengan masuknya kembali sebatang penis ke dalam lubang vaginaku... masuk....keluar.....masuk.....keluar.....masuk mengocok-ngocok tubuh tak berdaya ini dibuatnya. Sementara tubuhku yang relatif mungil terangkat dan dalam keadaan tanganku yang mati rasa aku dipeluk dari depan dan belakang lalu rasa nyeri yang amat sangat akibat terobosan paksa penis lain yang menerobos di liang anusku yang kecil

“EEMMMMPPPHHHHHH..............!!!” jerit sakitku ketika penis itu berhasil menerobos dan masuk ke lubang anusku. Kembali tubuhku seperti boneka mainan yang digoyang-goyangkan bergantian dengan penis yang masuk di anusku sementara bersamaan penis lain sedang menarik keluar dari liang vaginaku. Kemudian aku rasakan puting payudaraku dikulum oleh sebuah bibir. Aku kembali di photo dalan keadaan diikat dan kembali diperkosa oleh 4 (empat) pria tadi! Usai menjadi bulan-bulanan lalu aku merasakan ikatan yang menutup mataku dilepas.

Perlahan-lahan aku membuka kelopak mataku menyesuaikan diri dengan cahaya yang akan masuk ke kornea mataku, ketika lensa di mataku menemukan fokusnya aku melihat seorang wanita cantik berambut yang panjang terurai, kurus langsing berpakaian warna krem dengan rok selutut dengan dandanan yang cukup tebal dan bibir yang dibalut oleh lipstik merah merona, dadanya menyembul sexy, bersepatu higheel dengan model yang serupa dengan yang kupakai saat ini, mendekat, dekat ke wajahku seolah hendak menciumku,... secara reflek kepala ku bergerak menghindar dan menjauhi wajah cantik yang semakin dekat ke wajahku, tak sengaja kulihat di sekitar dagunya ada bekas cukuran pada wajahnya, dan dari jarak yang semakin mendekat aku melihat jakunnya tersembunyi di balik blusnya yang bermodel serupa kebaya.

“tidaakk......!!” jerit batinku, “dia adalah laki-laki,.... dia adalah waria !!” lalu wanita eh waria itu mencumbu bibirku yang tersumpal,... “urgh! Apakah aku diperkosa oleh waria ini,...?? Betapa hinanya aku karena tubuhku menjadi mangsa dari pria yang berpakaian wanita ini?” sebuah misteri yang tak kunjung kutemukan jawabnya.

Kemudian wanita eh waria itu membopong tubuhku di pundaknya,... berjalan menuruni sebuah tangga dan selanjutnya aku tahu bahwa tubuhku yang terikat erat ini di masukkan kembali ke dalam sel yang menyekapku. Sesampainya aku di dalam sel, mataku kembali ditutup diikat oleh kain dan mulut yang tetap tersumpal dengan kaki yang sudah kembali terikat jadi satu dan terselipkan vibrator di dalam vaginaku, aku kembali di sekap dan kudengar suara pintu sel yang di tutup dikunci dengan rantai dan gembok.

Tinggallah aku sendiri dalam sel yang luas ini, terduduk berlutut dengan vibrator bergetar di vaginaku, aku dalam ketidak berdayaan dengan tangan terikat ke belakang demikian juga kakiku serta mata yang tertutup oleh kain dan mulut yang mengering dan disumpal. Entah sudah berapa hari aku disini, mungkin sudah satu minggu menanti dan menanti bilakah aku memperoleh kebebasan yang sedianya menjadi milikku selama ini, adakah seorang yang menjadi pahlawan hidupku dan membebaskan aku dari siksa derita ini.

==oo0oo==