Tampilkan postingan dengan label bdsm. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bdsm. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 April 2013

Ketika Jenny Diculik Erick

Namaku Ni Made Jenny, panggil aku Jenny saja. Ayahku orang Bali, ibuku orang Solo. Aku kuliah jurusan Teknologi Informasi Komunikasi di Solo, kebetulan sekarang lagi praktek kuliah di kota Surabaya. Aku berkenalan dengan Erick, cowo ganteng supervisorku ditempatku praktek kerja. Suatu ketika ditengah pergaulanku di Surabaya :

Mataku tertutup, mulutku terisolasi lakban, tanganku terikat erat kebelakang. Rambutku dijambak, dipaksa keluar dari mobil. Aku masih bisa mendengar suara berderak. Pasti suara bagasi mobil ditutup. Pandanganku semakin gelap. Tanganku ditarik, klotek klotek, pintu dibuka. Aku didorong memasuki sebuah ruangan. Agak besar. Deb...!! Suara pintu kulkas. Belebek2.... Suara air dituang kedalam gelas. Gleg gleg … aku membayangkan betapa nikmatnya air itu mengalir di kerongkonganku yang sudah 2 jam di sumpal scarf plus dilakban. Lagi-lagi aku menelan ludah.


Aku diduduki disofa. Bret!!! Lakban dimulutku dilepas. Begitu juga scarf penyumpal. Ilerku belepotan. Tanganku masih terikat erat. Erick, cowok yang dari tadi menawan ku melap iler aku.

“Kamu ga takut aku giniin?’tanya Erick. Aku menggelengkan kepala.

“Katanya kamu mau memperkosa aku? Kamu gak napsu ya sama aku?" Aku balik bertanya sembari mengingatkan pembicaraan di kantor 3 jam yang lalu.

“Napsu. Tapi ada yg mau aku tanya dulu.” Erick mulai memberondong aku dengan pertanyaan.

“Kenapa kamu mau diperkosa?”

“Karena aku mau dijadiin pelampiasan nafsumu.” jawabku.

“Kamu mau aku perkosa karena kamu butuh uang?”

“Aku memang butuh uang.”

“Berapa?”

“Sebanyak-banyaknya.”

“Kalo aku ga ngasih kamu sepeser pun?”

“Ga apa apa.”

“Kenapa?”

“Karena kamu keren.”

“Kalau aku bukan cuma sekedar memperkosa tapi aku juga menyiksa kamu?”

“Ga apa apa”, jawabku lagi.

“Kalo kamu babak belur? kamu lapor polisi?” tanyanya lagi. Aku menggeleng.

Plak! Satu tamparan mendarat di pipiku. Lumayan keras. Aku sedikt meringis.

“Sakit?” tanya Erick lagi. Aku diam tidak menjawab juga tidak memberikan isyarat.

Drrrrrt … drrrrrttt … hpnya bergetar tanpa dering. Erick beberapa langkah menjauh.

Beberapa menit kemudian dia kembali lagi sambil mengumpat. Anjing .. babi ….

“Kalau kamu lagi kesal kamu lampiasin aja ke aku.” Kataku lagi.

Secepat kilat kedua tangannya menyambar, meremas payudaraku yang masih lengkap dibalut kemeja … dengan sangat kuat…. Aku diam tanpa ekspresi.

Lalu dengan beringas, Erick merobek kancing kemejaku. Mengeluarkan boobs aku dari wadahnya alias BH, lalu menarik nipple aku, kencang lalu mencubit nipple aku.

Aku mendesis. Ahhh … Erick meraih kepalaku hingga aku tersungkur miring di atas sofa.

Erick mulai mengkulum tits aku sambil menggigit nippleku. Aku teriak, jerit jerit, sakit2 keenakan. Kemejaku kusut masai. Erick membuka ikatan di tanganku. Kemejaku dibuka seluruhnya. Ia melemparnya begitu saja. Erick berdiri , mengambil sesuatu dari mungkin dari laci. Pashmina panjang. Erick mengikatkannya lagi di tanganku, lebih keras.

Aku dalam posisi duduk di atas sofa. Erick berdiri di depanku sambil memilin milin nippleku, sebentar sebentar menarik dan mencubitnya dengan keras. Sesekali aku meringis.

“Kamu suka diginiin?” tanya Erick. Aku diam.

4 kali tamparan keras beruntun mendarat di pipiku. Ahhhh .. desahku.

“Kamu suka diginiin?” tanya Erick lagi.

“Jangan tanya aku. Aku terikat erat, kamu lakuin aja apa yang kamu mau.” Kataku.

Erick menampar aku dengan semakin membabi buta sampai aku tidak lagi bisa menghitung berapa tamparan yang mendarat di pipiku. Yang keluar dari mulutku hanya aw aw aw.

Erick menjambak rambutku, sambil menyeretku menaiki anak tangga. Keletek keletek. Suara pintu dikunci. Bbeerreet, pintu terkuak. Brragghhh !! Erick menghempaskankanku di tempat tidur dengan posisi tertelungkup. Empuk. Aduh enak banget kena bantal n guling. Kalo udah kena bantal n guling bawaannya jadi ngantuk. Hampir saja aku mau tidur. Rupanya Erick tidak membiarkan itu terjadi.

Erick menarik kakiku. Kepala dan setengah badanku berada di tempat tidur, sedangkan kakiku menginjak lantai. Dengan lihai Erick membuka kancing dan resleting jeansku, kemudian didodorin beserta celana dalamku. Selepet2 … owww… ikat pingganggnya kini mendarat di pantatku … aku berusaha mengusap2 pantatku dengan tangan terikat, tapi malah tanganku yang diselepet. Entah berapa cambukan yang kuterima, belum puas erick mencambukku badanku… lagi2 aku berusaha mengusap punggungku sambil meringis. Erick membalikkan badanku. Kakiku dinaikkan ke atas tempat tidur. Ia mulai mencambuki payudaraku. Ohh … sakit …. Sakit … aku mengerang. Erick rupanya tidak menyukai suara eranganku. Erick beranjak sebentar, lalu kembali lagi, membuka ikatan dimataku. Lalu Erick mempeloroti jeans n celana dalamku. Sekarang aku tanpa sehelai pakaian alias telanjang. Erick meremas2 celana dalamku kemudian disumpalkannya ke dalam mulutku lalu dibalut lakban. Erick mulai lagi mencambuk dadaku. Aku bisa melihat dadaku kemerah2-an. Tapi aku ga tega melihatnya jadi aku merem saja.

Erick memasukkan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam hidungku. Aaahhhh .. aku teriak lagi. Dalam hati was2, aduh malu kalo upilnya sampe kecongkel.

“Mmmmmppphhhhh.” Aku berusaha teriak. Maksudku untuk mengalihkan kegiatannya dari mencongkel hidungku. Aku benar2 takut upilku kecongkel.

Erick membukanya dengan kasar. “Kenapa?” tanyanya. Aku masih belum bisa menjawab. Mulutku masih penuh dengan celana dalamku. Erick mengeluarkannya dari mulutku.

“Hah?” kata lain dari “Apa?”

“Aku haus mau minum”, Kataku.

Lagi2 Erick menjambak rambutku. Erick menyeretku ke kamar mandi. Aku di suruh berlutut di pojokan di samping closed toilet. Erick memerintahkan aku untuk menengadahkan muka, lalu menyuruhku membuka mulut lebar. Erick memasukkan penisnya yang besar, panjang dan berurat. Serrrr…. Cairan hangat dari tititnya masuk ke dalam mulutku … mengalir melewati tenggorokanku. Rasanya lebih brrrrrrrrr dari coca cola.

“Telan. Jangan sampai ada yg bersisa sedikit pun.” Perintah Erick.

Aku menelannya tapi tetap saja air pipisnya belecetan di sekitar mulutku. Erick berang, menganggapku tidak menuruti perintahnya. Erick mendekatkakan kepalaku ke mulut closed. Aku diperintahkan untuk menjilati air dalam closed itu…

Aku bukan saja menjilati closed itu tapi juga beberapa kali menghirup airnya. Airnya bersih, tidak kotor. Erick jongkok di sampingku, ternganga melihat aku asyik menikmati air closed. Aku nyengir melihat ekspresi Erick yang mangap.

“Senyum2 apa kamu?” tanya Erick.

“Abis kamu mangap gitu, untung aja ga ada nyamuk yang masuk. Hik hik hik.”

Erick tidak mengomentari gurauanku, malah membalas gurauanku dengan membenamkan wajahku ke dalam closed beberapa kali, sambil menekan gagang penyiram air di closed (apa sih namanya), sampai aku kesulitan bernafas. Wajah dan sebagian rambutku basah kuyup. Setelah beberapa kali dicelupin kaya cucian kotor, lagi2 Erick menyeretku sambil menjambak rambutku. Erick menempatkanku di dekat pintu kamar mandi. Posisiku sekarang duduk deprok. Rupaku mungkin sudah seperti pengemis jalanan.

“Kamu sekarang sudah gak terikat tapi aku borgol lagi. Tapi, kamu harus tetap duduk di sini. Karena kamu itu kotor dan bau, nanti kamu aku mandiin baru kamu boleh keluar dari kamar mandi. Sekarang, aku mau keluar dulu cari makan. Pintu kamar aku kunci dari luar. Jangan bersuara sekalipun. Kamu ngerti?” kurasa tanganku diborgol ke depan.

Aku mengangguk. Erick mengambil kunci yang tergeletak di atas meja komputer dalam kamarnya. Ketika Erick hendak menghampiri pintu, aku merintih. “Erick,” panggilku dengan suara lemah. Sekonyong2, air mata mengambang di pelupuk mataku.

“Kamu kenapa? Kamu sakit? Erick meraba keningku.”

Aku memegang tangannya erat. “A aa ku aaa aku takut …” kataku sedikit gagap.

“Takut apa?” tanya Erick memastikan.

“Sssssussster Ngessssottt.” Kataku sambil terengah2.

“Apa?” Erick mendelik. Wajahnya keliatan panik. Dikiranya aku bisa melihat makhluk gaib dan saat itu dikiranya lagi aku melihat penampakan Suster Ngesot.

“Aku duduknya, kok, kaya Suster Ngesot? Aku jadi takut.” Kataku memperjelas keadaan.
Erick membuang nafas lega. “Kan ikatan kamu udah aku lepas. Yah kamu ga usah duduk kaya Suster Ngesot gitu… posisinya kayak Suster Ngen*** aja.” Kata Erick sambil nyengir kuda. (Ini orang lagi nyengir aja keliatan sadisnya).

Aku mengambil posisi wenak. Aku duduk bersandar di pintu. Kaki kulipat hingga lutut menyentuh dagu. Lalu tanganku yang di borgol di depanmemeluk erat kedua kakiku. Dingin. Hawa dari AC kamar.

“Jangan lama2 yah.” Kataku mengingatkan.

“Aku ga lama tapi begitu aku kembali, kamu harus sudah siap dengan semua gojlokan aku.”

Erick lantas keluar. “Aku mau pecel lele!” teriakku.

Entahlah Erick dengar atau tidak. Tidak berapa lama, sekitar 30 menit Erick datang dengan membawa 2 plastik kresek dan 2 botol sirop berisi air putih di tangan. Satu plastik kresek biasa, satu lagi plastik kresek Alfamart. Oh, senangnya hatiku karna aku mencium harumnya lele goreng. Erick membuka plastick kresek alfamart. Isinya dihamparkan di atas tempat tidur. Ada lilin merah (yang aku ketahui belakangan namanya lilin anti polusi), pinset, alat n pisau cukur, ketimun Prancis, jepit baju, jepit kertas, sari roti tawar, pisang sun pride, tali laso, n kue tart kecil.

Kemudian Erick membuka plastik kresek hitam. Tidak salah, 2 bungkus lele goreng. Erick membukanya satu, kemudia memakannya dengan lahap. Tidak sampai 5 menit, lele dan nasi uduk itu berpindah ke perutnya.

Aku menelan ludah. “Kok pelit banget sih, aku ga dibagi?”

Kemudian, Erick membuka plastik kresek satunya. Isinya sama, pecel lele. Aku berharap dengan amat sangat segera diberikannya pecel lele itu untukku.

Erick menghampiriku. Diletakkannya pecel lele itu di perbatasan kamar tidur dan kamar mandinya. Aku segera meraihnya. Menjumput nasi dengan tanganku. Belum juga aku mengangkat hasil jumputanku itu untuk kumasukkan dalam mulutku agar segera bersarang di perutku yang merintih2 lapar, Erick menginjak tanganku. Tentu saja bungkusan itu, nasi, dan pecelnya juga ikut terinjak. Aku mengangkat tanganku, setelah Erick melepaskan injakannya. “Bukan begitu caranya makan….” Belum selesai Erick bicara aku meraih makanan tersebut lalu berdiri, kemudian membanting pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

“AKU PALING GA SUKA KALO AKU LAGI MAKAN TERUS DIGANGGU !!!!!” teriakku kesal.

“Buka pintunya atau kamu akan menyesal seumur hidup.” Ancam Erick.

Waduh, Erick mau ngapain nih sampe ngomong kaya gitu. Karena takut dengan ucapannya aku segera membuka pintu kamar mandi. Erick merebut makanan itu dari tanganku, kemudian dilemparnya ke lantai kamar mandi, hingga sebagian nasinya berserakan. Erick masuk ke kamar mandi, berdiri di belakangku, menendang kakiku.

“Makan itu sambil nungging, langsung pake mulut kamu!” katanya sambil menunjuk nasi lele yang masih tersisa.

“Bersihkan juga nasi-nasi yang berceceran di lantai. Jangan sampai ada sisa.”

Aku nungging sesuai dengan perintahnya. Kini Erick pindah posisi dengan melangkahiku. Erick berada di depan ku, kakinya mengulek kepalaku. Aku berusaha makan dengan cara yang seperti dia inginkan. Hatiku melonjak kegirangan, sampai2 sesekali aku menggoyangkan pantatku, seolah2 aku menggoyangkan buntutku. Oh, I feel like Shiro, (anjingnya Shincan). Sejak dulu… dulu …. Sekali entah sejak kapan, aku sudah terobsesi menjadi anjing. Oh, siapakah Erick ini yang telah merealisasikan hayalku.

Sayang sekali, aku tidak bisa menikmati lelenya. Karna susah sekali menghisap-hisap lele dengan cara seperti itu. Lalu, aku menjilati nasi2 yang berserakan. Tidak bersih semua, memang. Aku menoleh ke belakang, ke arah closed. Ingin sekali lagi aku minum dari situ. Aku tau Erick senang melihat aku minum dari closed itu. Atau biarkan aku minum kocoran pipisnya. Tapi, aku malu untuk melakukannya. Aku malu untuk menu menunggu perintahnya.

Erick beranjak ke lemari dekat tempat tidurnya. Lalu membuka lemari gatakan pada Erick, aku suka diperlakukan seperti ini, suka sekali. Ia mengambil sesuatu dari sana. Mangkuk kecil. Kemudian, diisinya mangkuk itu dengan air dari botol sirop, lalu disodorkan padaku. Aku tau maksudnya. Ia menyuruhku untuk minum. Aku menghirupnya. Segar, tapi perutku masih lapar. Erick mengambil sisa2 makanan yang tidak termakan olehku, lalu memasukkannya ke dalam tong sampah plastik bergambar hello kitty dengan warna pink. Ih anak laki2 kok suka hello kitty pink lagi ???!!

Lalu Erick menyiram kamar mandinya dengan shower closed dari sisa2 nasi yang belum selesai kubersihkan dengan mulutku. Erick tidak marah, aku tidak membersihkan kamar mandinya dengan sangat bersih. Tapi aku mau Erick marah, aku mau Erick marah. Aku suka melihat ekspresi wajahnya saat marah.

Aku masih nungging. Erick menyirami badanku dengan shower closed. Dari pantatku, punggung, dan juga kepala. Lalu menggosok2 an seluruh badanku dengan sabun cair dan shampo. Erick memandikanku seperti memandikan anjing Aku suka sekali saat Erick menggosok payudaraku sambil meremas2. Lalu Erick menyuruhku duduk sambil berkangkang. Miss V ku disemprotnya,,, uuhhh… rasanya nyer2 geli. Selesai memandikanku, Erick melapku dengan handuk, kok lagi2 handuknya motif hello kitty. “Bencong !!!” kataku spontan. Ups, aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku.

“Apa?” kata Erick.

Aku menggelengkan kepala. Untung aja Erick ga sadar aku mencelanya.

“Udah, kamu ke sana.” Katanya.

Aku melangkahkan kakiku menuju depan tv, yang ditunjuk Erick.

“heh heh heh, siapa suruh kamu jalan pake kaki. Jalan sambil nungging!!” perintahnya lagi. Horeeee aku disuruh jadi Shiro lagi. Aku suka sekali. Aku suka sekali.

Aku langsung mengikuti perintahnya dengan senang hati.

Aku berhenti di depan tv. “Kamu suka diginiin?” tanya Erick mengulang pertanyaannya tadi.

Suka sekali!!! Suka sekali!!! Aku diam tidak menajawab. Aku malu mengakuinya.

“AKU BOSAN!!! DARI TADI AKU DISURUH BEGINI, DISURUH BEGITU! KAMU TUH KAYA ORANG YANG GA ADA KERJAAN!!! Protesku.

“Ikutin aja semua perintahku. Kamu di sini karena aku bayar kan? Kalo kamu ga mau pulang dengan tangan hampa ikuti semua perintahku. Aku akan bayar berapa aja yang kamu minta.”

Aku bangkit dari nunggingku. Lalu melotot ke arahnya sambil berkacak pinggang, aku berteriak padanya.

“HEH ORANG KAYA!!! AKU DI SINI BUKAN KARNA UANG KAMU!!! AKU DI SINI KARNA TADI KAMU BILANG MAU MEMPERKOSA AKU!!! KALO KAMU GA NAPSU YA UDAH AKU PULANG AJA!!!”

Plak!!! Lagi2 Erick menamparku dengan keras.

Erick meraih tanganku, lalu mengikatkan di sisi tempat tidurnya. Mengikuti gerakannya, aku terjongkok lalu berlutut. Aku ingin pura2 meronta, tapi aku urungkan niatku. Karena aku sangat suka dengan perlakuannya.

“Aku ingin kamu jadi slaveku. Dan kamu, harus panggil aku Master.”

Slave? Budak? Mendengar kata budak yang pertama muncul diotakku adalah William Wilberforce. Sosok ganteng yang berjuang untuk melawan perbudakan. Dan pada saat aku menonton film itu dari cd pinjaman, yang aku bayangkan bukanlah aku menjadi Barbara Spooner yang selalu mendukung William sampai akhirnya menjadi isteri William. Tapi aku ingin merasakan menjadi budak. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya terikat rantai sambil disuruh kerja rodi. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya dicambuk sampai darah segar meangalir dari tubuhku yang imut ini.

Master? Wong Fei Hung kah? Yang anaknya Wong Ka Ying itu? Jagoan Kung Fu Shaolin Utara itu? Penguasa Kung Fu Hung Gar? Wow. Keren. Jadi, orang yang mau memperkosa aku ini adalah seorang Master?

“Wow. Keren! Keren! Ajarin aku jurus tendangan tanpa bayangan dong.!” Teriakku kegirangan sambil melompat2 sambil jongkok dan tangan terikat.

“Apa?” Erick mendelik.

“Itu kan jurus andalan Master Wong Fei Hung.”

Deg!!! Aku merasakan mual luar biasa, mendapat sebuah tendangan tanpa bayangan dari Erick tepat di perutku. Rasanya ingin muntah.

Erick membuka jeansnya. Lalu celana dalamnya. Ga jadi muntah, Erick menyumpal mulutku dengan celana dalamnya yang bau juice wortel. Lalu mengikat mulutku dengan syal ditambah ditambal lakban.

“Kamu dari tadi udah banyak ngomong. Aku ga suka sama ocehan kamu. Daripada kamu nyama2 in aku sama Wong Fei Hung, panggil aku Tuan, Goblok!!”

Kok malah marah sih, yah .. Wong Fei Hung si emang kalah ganteng sama Erick, tapi kan ga kalah keren. Penguasa Hung Gar geto loh.

Erick membuka kaosnya. Erick bugil. Wow sexy sekali. Dadanya bidang, perutnya hampir six pack, “Panggil aku Tuan.” Perintahnya.

Aku diam. “Per_x, panggil aku Tuan!” Aku tetap diam, tapi dalam hati aku bilang Tuan.

“Mmmepph h.” Gimana mau ngomong, kalo mulutku ditekep gini.

“Kalo ngerti, ngangguk tolol!!!” Aku mengangguk.

“Madep sana!” perintah Erick. Aku menghadap merapat ke arah tempat tidur. Beberapa detik tidak ada reaksi dari Erick. Lalu Erick membuka ikatan tanganku. Aku disuruh nungging lagi. Erick mengambil sesuatu dari tempat tidur, dan mengambil sesuatu dari meja tv. Aku tidak melihat dia ambil apa, kan aku lagi nungging.

Rupanya, barusan dia mengambil lilin dan gretan. Oughhh… satu lelehan panas mengenai kulit punggungku. Ini pasti lilin. Beberapa tetesan. Lalu, lilin itu dibawanya ke bawah tubuhku, didekatinya ke putingku. Aku melonjak bangkit merespon rasa panas itu, sampai kepalaku kejedut dagu Erick. Untung aja ga kena bibirnya, kalo kena bibirnya pasti berdarah. Erick meniup lilin itu lalu melemparnya ke atas meja.

“Oke…Tuan buka sumpelan mulut kamu. Tapi kamu ga boleh ngomong sepatah katapun, kecuali Tuan perintahkan. Kalo kamu melanggar, Tuan kasih hukuman.”

Jenny mengangguk tanda mengerti. Erick membuka lakban. Sret, lalu ikatan, kemudian mengeluarkan celana dalamnya yang basah dari mulutku.

“Bilang, terimakasih, Tuan.” Perintah Erick sambil menyuruhku berdiri.

“Terimakasih, Tuan BARON ARARUNA.” Plak. Sudah pasti ini bunyi tamparan. Erick mengambil karet gelang bekas pembungkus pecel lele. Lalu dikaitkannya ke putingku dua-duanya sampai ketat. Putingku jadi mengeras. Lagi, Erick menggamparku. Plak.

“Tadi, Tuan itu cuma nyuruh kamu bilang, Terimakasih Tuan.. kok pake ada kata2 BARON ARARUNA, siapa dia?”

“Orang kaya. Tanahnya luas. Budaknya banyak.” Jawabku.

“Heh, ngomong berarti hukuman.” Erick mengambil jepit jemuran, lalu menjempitnya di putingku, satu. Aku meringis. “Aw… sakit..” Erick mengambil lagi satu jepit jemuran, kali ini dijepitnya di daun telingaku. Aku meringis lagi…. Sakit ….

Yah ampun aku sadar, ngomong berarti hukuman. Berarti aku ga boleh bilang sakit.

Erick tersenyum tipis.

“Sekarang, kamu slave aku. Kamu berada di bawah kekuasaanku….. Slave ….. Aku sangat menyukai kalimat itu. kalimat Kamu berada dibawah kekuasaanku slave … kamu berada di bawah kekuasaan ku slave …. Kamu berada di bawah kekuasaanku slave …

Erick tampak berpikir, “Aku mau kasih kamu nama.”

“ESCRAVA!!! Aku mau Tuan memanggil aku dengan nama itu.”

“Apa? Es Kelapa?” Erick nyengir.

Aku ga bisa nyengir menahan rasa sakit di putingku yang mengeras karena karet gelang lalu gepeng karena jepit baju.

Aku tau bicara berarti hukuman. Tapi aku ingin dipanggil Escrava.

“ESCRAVA, Tuan.” Aku meralat. Erick menggoyang-goyangkan jepit jemuran di putingku. Raut wajahku mungkin sudah berubah. Warna kulitku juga mungkin berubah menjadi kuning karna menahan rasa sakit.
Oow… Erick menyentuh miss V ku, merabanya pada bagian luar. Miss V ku sebenarnya sudah basah dari tadi. Lalu, jari telunjuknya masuk ke dalam lubang kenikmatanku. Aaaaahhhh … aku mendesah… dikeluarkannya lagi jarinya … lalu dimasuki lagi… begitu terus berulang2 … secara perlahan …tapi ga lama cuma sebentar. Nafasku terengah2 Aku berharap, inilah saatnya Erick memperkosaku. Tapi, setelah Erick mengeluarkan jarinya dari Miss V ku, ia diam hanya memandangku tanpa kedip. Ayolah Tuan perkosa aku … aku mohon …

Erick mengambil lilin dari meja tv, kemudian meletakkannya di atas kasur juga gretan. Erick mengambil tali pramuka. Diikatkannya dengan keras di pergelangan tanganku di belakang. Juga mataku diikat dengan syal yang lainnya Erick duduk di sisi tempat tidur, lalu menarik tubuhku dan mengangkatku ke pangkuannya..
Erick menjenggut rambutku, lalu membenamkan mukaku di ketiaknya. Nggak asem kok meski banyak rumputnya. Aku disuruh menjilatinya. Lalu pindah ke putingnya. Aku juga menjilati dadanya… dadanya yang bidang, dan keringatnya .. aku suka sekali keringatnya. Sekitar 15 menit aku melakukan kegiatan ini. Erick menurunkanku dari pangkuannya. Lalu menyuruhku duduk di bawah sambil berlutut. Erik melonjorkan kakinya ke arah mukaku, lalu memasukkan jarinya kedalam mulutku. Lagi, aku menjilatinya, dan menghisapnya seperti sedang menikmati permen kaki, permen kesukaanku yang bisa bikin sariawan. Aku menjilati bahu kakinya, naik ke mata kakinya, lalu ke betisnya… ohhh … aku ingin menjilati buah zakarnya, tapi sampai di pahanya aku merasakan lagi… tetesan lilin… Ahhh .. aku mendesah pelan… lalu aku naik lagi … naik lagi …meski lilin terus menetes di punggungku … ahhh.. sampai … aku mendapatkan buah zakarnya … lalu kuemut penisnya dengan begitu bergairah seperti bayi mendapatkan botol susunya.

==oo0oo==

Senin, 08 April 2013

Kisah Nyata Via

Tahun yang lalu aku bekerja di suatu hotel bintang lima di jakarta sebagai Sales Executive.

Hari itu kami kedatangan boss baru (director of sales =dos) pindahan dari Bandung waktu itu umurnya masih 36 tahun menikah dan punya anak 3....

Aku bertanggung jawab untuk sales kepada perusahaan2 Jepang, dan konon DOS baruku adalah sarjana bahasa jepang sebuah perguruan tinggi negeriSingkat cerita, dalam waktu 4 bulan sejak kedatangannya kami semakin dekat, punya selera music sama seperti fourplay, incognito, dewa 19 dan lain2nya.


Suatu ketika dia menanyakan ukuran sepatuku,...
"38,... kenapa? Mau beliin sepatu??" godaku keesokannya dia panggil aku ke ruangannya,..

"Via, kamu mau pakai sepatu ini tiap hari,... please!" pintanya

"Ohh mau,... dengan senang hati,...!" kataku kulihat sepatu yang dia belikan sejenis pantofel dengan tali yang melingkar dari mata kaki (bisa kebayang nggak?) Hmmm.... manis juga modelnya.. kupakai sepatu itu hari esok. Malamnya dia telpon aku dan konon dia tertarik padaku (padahal dia sudah menikah dan punya anak? tinggal di Bandung...). entah kenapa aku bilang iya!

****

Didin, nama boss baruku masih mendapat akomodasi sementara di hotel tempat kerja kami

Sering kali secara curi-curi, aku diajak ke kamarnya,…. Suatu kali dia keluarkan saputangan dari sakunya lalu meminta aku meletakkan tanganku dibelakang,…

 “untuk apa?" Tanyaku bingung,….

“tenang vie,… it’s a game…” sambil mengikat tanganku ke belakang dan menyimpulkan sapu tangan ikatan erat,… lalu Didin memelukku dan aku meronta-ronta karena merasa geli…. setelah lelah merinta-ronta aku diam dalam tangan terikat di sofa kamarnya sambil menonton sebuah film yang dipasang di TV, pas adegan ikat mengikat...

“Aku pernah lihat adegan di TV,… ceweknya diikat dan diperkosa…” ujarku

“rasanya kepingin deh ngerasain pengalaman seperti itu,… rasanya sensual banget!” akuku pada Didin yang sedang memutar VCD Birthday Girl yang diperankan Nicole Kidman,… adegan yang terlihat, Nicole Kidman sedang bermain sex dan kedua tangannya diikat di tempat tidur.

“Vie, kebetulan orientasi sexku adalah soft bondage,…aku perlu mengikat perempuan baru si otong bangkit tegap dan beraksi…” aku Didin dengan jujur.

“OK aku mau, tapi talinya mesti yang ada yang warna hijau, ada yang biru, dan ada yang kuning,..” gurauku

Sejak itu, setiap kali berkencan,… Didin selalu menyempatkan mengikat tangan dan kakiku. Seperti suatu ketika kita janjian di suatu hotel di Slipi,…. malam itu aku diikatnya dengan tali jemuran (tali plastik) warna hijau, biru dan kuning. Aku diikat dalam keadaan bugil … aku tidak menyangka Didin punya tali berwarna warni.

Malam itu tidurku tidak nyenyak disampingnya,… sementara Didin nyenyak, aku tidak bisa tidur karena tanganku pegal terikat..…

“Didiiinn,… bangun,…!! Pegel niii…!” rengekku

Didin berusaha bangun dan menanggapi,..

hmmmhhh.... aku lepasin yaa”

“Jangan,… aku nggak mau dilepas… nanti Didin marah... khan Didin suka aku diiket!” Akhirnya aku terlena dalam pelukan Didin masih dalam keadaan terikat.


Tinggal bersama
Didin telah mendapatkan tempat tinggal tetap di sebuah apartement tidak jauh dari hotel tempat kami bekerja. Aku menemaninya menemui si pemilik kamar, disela-sela kegiatan sales call kami…. Setelah sepakat, sang pemilik rumah menyanyakan padaku,….

“Apa Ibu juga tinggal di sini?” matanya menatapku

“Oh ibu akan datang sesekali dari Bandung” jawab Didin. Hal yang berakibatkan akhirnya kami tinggal bersama di sebuah apartemen. Selama ini aku hanya kost dengan saudaraku di bilangan Tebet. Sejak tinggal serumah dengan Didin dan kerja sekantor dengannya, tiap malam sebelum tidur lepaslah semua busanaku, baju tidurku adalah tali-tali yang mengikat erat tangan dan kakiku

Suatu ketika, kami baru pulang tapi kulihat Didin tidak berganti pakaian,

”Vie, aku ke hotel lagi bentar ya,.. Mamaku dan kakakku mau menengok aku...”

“Kamu di kamar aja yach,.. jangan ke mana-mana,.. kamu aku ikat aja yach,... paling cuma sejam lebih aku sudah kembali...!” lanjut Didin sambil memegang tali tali

“Tapi Didin iketnya jangan keras-keras yach.....” jawabku manja.

Lalu Didin mengikat tangan dan kakiku dalam busana lengkap, menyumpal mulutku dan pamit meninggallkan ku di kamarnya dan mengunciku dari luar … namun Didi tidak mengikat tanganku kebelakang seperti biasanya tetapi tanganku diikatnya ke depan dengan simpul yang mudah (dengan sekali tarik dan gigit ikatan itu melonggar) Aku hanya sesekali meronta-ronta kecil sambil sebenarnya menikmati ketidak berdayaan ini dalam kamar yang terkunci dari luar,… dan sendiri hanya ditemani tayangan televisi selanjutnya enggan meronta-ronta untuk melepaskan ikatanku karena aku percaya Didin tidak akan lama meninggalkanku. Tanpa terasa aku tertidur dalam keadaan terikat. Sepulangnya Didin dari makan malam, alangkah terkejutnya Didin mendapati diriku masih terikat dan tidak berusaha melepaskan ikatannya, saat itu aku malah tertidur nyenyak. Didin menyambutku dengan hangat dan melepaskan ikatanku.

Suatu malam,… aku baru usai menstruasi,…baru menjelang bersih,… malam itu aku diikatnya, tanganku ke belakang dan kakiku dipakaikannya sepatu pemberiannya, diikat terpisah ke kaki tempati tidur secara mengangkang…. Mulutku di sumpalnya dengan lakban. Entah setan apa, Didin begitu bergairah dan aku ‘diperkosanya’ Keluarlah dengan deras cairan spermanya membasahi vaginaku. Entah tidak biasanya aku merasakan Didiku mencapai ejakulasi dan tidak biasanya ia menyemprotkannya di vaginaku.

Hari-hari tinggal seranjang dengan Didin, penuh dengan adegan soft bondage. Sebelum berangkat, pulang kantor, kala senggang,.. bahkan saat kami ke Bandung, Didin pesankan kamar buat kami, walau dia akhirnya muncul pula dirumahnya untuk menemui istrinya. Malam itu adalah 1 malam sebelum ulang tahun istrinya. Didin memesan kamar di suatu hotel berbintang 3 di pusat kota Bandung,... setelah check in , Didin meminta aku tanpa busana tapi tetap memakai sepatu (pemberiannya) kemudian aku di suruh duduk di kursi kamar itu.. dalam keadaan bugil, tanganku diikat ke sandaran tangan di kursi. tubuhku juga diikat, kakiku diikatkannya ke kaki kursi dan lalu mulutku di lakbannya. Usai mengikatku demikian, Didin keluar dari kamar rasa takut menyelimuti tubuhku yang terikat tak berdaya dan tak berbusana,... takut ada petugas housekeeping yang mau membersihkan kamar dlsb. Aku tidak keberatan tangan dan kakiku diikat, tapi hal yang menakutkan adalah bila aku ditinggal terikat sendirian dalam kamar, seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Lama rasanya ditinggal sendirian terikat di kamar, kira-kira satu jam kemudian Didi datang,... tersenyum melihat keadaanku serta mendekat dan menciumku. Malam itu seperti malam-malam sebelumnya aku tidur dalam pelukannya dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Esok paginya Didi minta ijin padaku untuk ditinggal sendiri, Didin kembali ke rumahnya merayakan HUT istrinya dan kami janjian akan bertemu nanti malam di stasiun kereta dan bersama kembali ke Jakarta.

Aku hamil
Suatu ketika aku terasa mual-mual dan belum juga datang bulan karena memang datang bulanku tidak tentu harinya. Diam-diam aku beli alat test kehamilan,... ketika aku test terkejutlah aku bahwa ternyata aku hamil... pas Didin pulang kantor,...

”Didin, selamat yaa... aku hamil” ucapku

Didin hanya diam dan terkejut, tanpa berkata apa-apa.... akupun bingung, ingin rasanya menolak kelahiran anak ini, tapi aku takut tertangkap dan dipenjara karena aborsi aku langsung mengkonsumsi jamu-jamu yang kiranya bisa menggugurkan kandungan secara natural, hingga akhirnya kami ke Bandung mengetahui konon ada dokter yang bersedia.... namun usia kandungan sudah berjalan 3 bulan,.. sehingga dokter menyatakan ketidak sanggupannya.. Aku dan Didin pasrah... Akupun memutuskan untuk berhenti bekeja, khawatir tubuhku dan perutku membesar dan ketahuan teman kantorku. Yach,... hari2 kujalani di apartemennya Didin, kadang pagi-pagi aku diikatnya namun Didin tidak tega lagi menyumpal mulutku karena rasa mualku... selama itulah aku jadi tawanan cintanya Didin,... biarpun sedang berkunjung ke dokter, malamnya dalam keadaan perut membesar, aku mesti ’naik kuda dengan tangan terikat’ alias em el dengannya.

****

Akhir tahun lalu, entah kebetulan apa, Didin mendapat pekerjaan di Bali,... kami berangkat saat kandunganku mendekati 6 bulan... tinggallah aku dengannya di Bali, sementara keluarga Didin baru akan menyusul saat usai tahun ajaran.

Anak hasil ’perkosaan Didi’ lahirlah di bulan Maret, bayi laki-laki yang lucu di namai Marcello; kami menyayanginya. Bulan Mei 2001 aku membawa Didin & Marcello, dan memperkenalkan sambil mengaku dosa pada Papaku (yang sudah menikah lagi dengan istri mudanya Baby) di Cibubur. Kami dinikahkan di Sukabumi.

Kini aku tinggal sendiri di Bali, menghidupi Marcello bekerja di sebuah tempat atraksi, aku telah memohon cerai pada Didin (ini konsekwensi, karena aku tahu, kejadian ini murni kesalahan Didi bukan ketidak puasan atau ketidak harmonisannya dengan keluarganya).

==oo0oo==

Kamis, 14 Maret 2013

Detektif Lalita

Namaku Lalita Rachmania, 27 tahun usiaku, aku bekerja di sebuah biro penyelidikan Wahid Investigasi milik seorang pensiunan jenderal polisi mantan Kabareskrim Polda.

Aku sendiri adalah Polwan yang baru mengundurkan diri dari jajaran kepolisian direkrut oleh komandanku yang membuka biro investigasi.

Suatu ketika, seorang ibu dari Pandeglang Banten datang dan melaporkan kehilangan anak gadisnya Mery Indah (25). Mery berangkat untuk mencari pekerjaan ke Jakarta 2 minggu lalu dan sempat memberi kabar mendapat kenalan dengan seseorang yang akan mempekerjakannya sebagai pelayan restoran. Cluenya hanya itu, Marina sang ibu pun memberikan beberapa lembar photo Mery padaku dan memohon pencarian kepada kami.



Sebagai biro investigasi, kamipun langsung beraksi bersama mitraku Annissa kami berdua mengubek-ubek file mencari sesuatu yang bisa memberi arah. Kami menemukan setidaknya ada 3 kasus serupa dalam 6 bulan belakangan ini.

Kami mencurgai BSP grup (Bina Sukma Putri) disinyalir mempunyai jaringan traficking. Maka aku mengutus Annisa yang cantik berwajah lugu untuk menyamar sebagai gadis desa melamar kerja di BSP. Tercium bahwa Haris, pimpinan BSP yang bermaksud menambah stock perempuan, kebetulan sedang membutuhkan beberapa gadis. Dia menerima kedatangan Annisa yang datang melamar, selanjutnya

"Baiklah kamu saya terima, namun perlu mengikuti suatu proses" ujar Haris

"Saya bersedia Pak...." sahut Annisa polos.

"Pertama, kami harus menutup matamu" kata Haris,

Annisa mulai yakin karena merasa sasarannya tepat. Anak buah Haris bergerak dan menutup mata Annisa dengan scarf berwarna hitam. Kemudian Annisa merasakan kedua tangannya ditarik kebelakang lalu diikat dengan tali rafia. Annisa sempat terkejut dan mengkhawatirkan tas lusuh yang dibawanya. Rupanya sudah dalam kekuasaan Haris. Saat menanti dalam keadaan mata tertutup dengan tangan terikat kebelakang,

Annisa tidak tahu bahwa Haris mencurigainya dan membongkar tasnya sehingga identitasnya terkuak dari KTP dan kartu nama yang di bawanya; tidak sesuai dengan pengakuannya. Annisapun dibawa masuk ke dalam jip yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Dalam keadaan mata tertutup Annisa merasakan didalam mobil sudah ada beberapa perempuan calon korban lainnya. Memang selain Annisa sudah duduk di dalam jip 3 perempuan muda dengan mata tertutup kain dengan tangan yang terikat di belakang.

Di jarak yang cukup, aku dibalik kemudi siap membuntuti mobil jip yang memuat Annisa.

Jip meluncur membawa 4 perempuan yang matannya diikat tertutup, dengan tangan terikat kebelakang.
Satu jam perjalanan maka sampailah di sebuah villa yang cukup mewah di kawasan Bintaro. Akupun tiba dan memarkirkan kendaraannya dalam jarak yang cukup aman. Jip yang ditumpangi Annisa dan kawan-kawan mulai menurunkan perempuan perempuan yang tak berdaya itu. Di awasi dari kejauhan olehku.

Perempuan-perempuan masuk, ditempatkan di sebuah kamar. Mata mereka di buka, terkecuali Annisa, dia dipisahkan dari yang lain. Duduk di sebuah kamar dengan mata tertutup dan tangan tetap terikat. Annisa sama sekali tidak tahu bahwa penyamarannya telah terbongkar. Sementara 3 perempuan lainnya sudah dilepaskan dari tali yang mengikatnya dan sedang di paksa oleh Mama, untuk duduk di ruang etalase setelah didandan dengan cantik.

Sementara aku berusaha masuk tanpa terawasi pengawalan pengamanan. Namun gerak gerikku rupanya terpantau Haris yang kebetulan sedang mengawasi CCTV Annisa yang belum sadar akan penyamarannya yang sudah terbongkar, duduk menanti dalam sebuah kamar tidur dengan mata masih tertutup serta tangan terikat. Lamanya Annisa terikat dan tertutup matanya, membuat ia meronta-ronta kecil. Annisa tidak tahu akibat matanya yang tertutup, bahwa dia bukan lagi termasuk dalam obyek yang diperdagangkan sesuai dugaan, melainkan seorang tawanan yang di awasi oleh Haris dan seorang kepercayaannya dengan senjata. Aku berhasil masuk ke dalam sarang komplotan itu. Ruangan demi ruangan ku periksa sambil memegang pistol mencari Annisa, tak ku temukan.

Di suatu ruangan, ketika ku buka pintunya, kulihat Annisa duduk dengan mata masih tertutup dan tangan terikat kebelakang, kakinya sedang diikat oleh seseorang.

"Jangan bergerak,.... Tangan di kepala!!" bentakku sambil menodongkan pistol. Anehnya orang yang baru selesai mengikat kaki Annisa, berdiri dengan tenang dan tersenyum. Tak lama kurasakan leherku di rangkul dengan kasar "ugh....." kemudian ada saputangan yang membekap mulut dan hidungku
"mmppfff..." bau itu terhisap nafasku dan melemaskan tubuhku, aku tak sadarkan diri.

******

Ugh,.... Aku sadarkan diri, mendapati tubuhku terikat erat tidak berdaya, tanganku terikat ke belakang, pula ada tali yang melilit erat di atas dan bawah payudaraku. Kakiku pun terikat erat menyatu ada lilitan tali di lututku. Erat sekali! eemmmpphhhh......!! Mulutku terasa penuh dengan kain yang menyumpalku dan tertutup oleh lakban yang merekat erat. Mataku memandang mencari-cari, di pojok sana aku melihat Annisa kini terikat lengkap sepertiku. Matanya sudah tidak ditutup, pengikat matanya sudah dilepas.

"eemmmpphhhh......!!" aku memanggilnya

"eemmmpphhhh..." ku dengar sahutannya.

Kami berdua di sekap di sebuah gudang, aku terikat di sebuah kursi sedangkan Annisa terikat di sebuah tiang.

Pintu terbuka, masuklah pimpinan sindikat perdagangan wanita Haris, tersenyum dan menyapa kami.

"Bravo... Bravo...! Selamat datang tamu tamu cantikku.... Kalian mau menangkap kami yach...!! Ha ha ha haa....." sambutnya sambil melepaskan lakban yang menyumpal mulutku.

"Ouwweeek....." aku memuntahkan kain yang memenuhi mulutku.

"Haris,.... Lepaskan kami! Anda kami tahan....!!" seruku

"Silahkan Lalita,... " Haris mengulurkan tangannya
"borgol aku...." hinanya!

"dan kamu Annisa, akan ku jual sebagai bondage sex slave untuk tamu penting kami... " sambil melepaskan saputangan yang mengikat mulut Annisa

"Jahanam.....!! Perbuatanmu sungguh merendahkan kaum perempuan......" sahut Annisa.

“Haris,... sadarlah dan lepaskan kami, jika kamu melepaskan kami maka kami akan upayakan hukuman yang kamu hadapi tidak terlalu berat” rayuku menyadarkan Haris agar ia sudi melepaskan kami yang terikat ini.

“Janganlah memperparah keadaan dengan menyekap kami, hukumanmu akan semakin berat” lanjutku.

"Detektif-detektifku yang cantik,.... simpan dulu amarahmu, aku akan menjual kalian sebagai bondage sex slave! Tidak perlu berharap bebas, lupakan saja... Ha ha ha...tunggu ya manis, sampai pelanggan pentingku tiba ha ha ha haa...." ancam Haris mengelus pipiku seraya beranjak meninggalkan kami berdua terikat.

"Mbak Lalita, kita harus melepaskan diri.... apa langkah kita selanjutnya" tanya Annisa padaku

"Annisa, kita harus bisa melepaskan diri, kita cari dan bebaskan Mery, juga perempuan perempuan yang di jadikan PSK oleh mereka" sahutku.

Kami berdua meronta-ronta berusaha melepaskan tali tali yang mengikat kami. Akupun mencoba mendekati Annisa yang terikat di tiang.

HUPP!! Aku melompat lompat dengan kursiku semakin mendekatinya, namun jarak kami berdua terlalu jauh hingga pintu ruang kami di sekap terbuka. Anak. buah Haris datang melepaskan tali-tali yang mengikat Annisa ke tiang. Namun dengan tangan dan kaki yang masih terikat, Annisa di bopong dan di bawa keluar.
'Hey... mau di bawa kemana dia!! Jangan...!! seruku sementara Annisa meronta ronta dalam bopongan dan berteriak,

"Lepaskan,,,,!! Lepaskan...!!!!" protesnya. Meninggalkan aku sendiri duduk terikat di kursi, tak berdaya..

****

Sementara Annisa di baringkan di sebuah ranjang di sebuah kamar yang rupanya adalah kamar berjenis show room dindingnya menyerupai jendela tembus pandang. Tangannya dipegang kanan kiri oleh kedua orang anak buah Haris dan diikatkan ke ujung tempat tidur, demikian juga kakinya ke kaki ranjang lalu matanya kembali ditutup dan mulutnya diikat sumpal dengan kain. Annisa terbaring di ranjang terikat dan sibuk meronta-ronta.

Di tempatku disekap, Haris datang kembali bersama anak buahnya, kulihat mereka menghunuskan pisau belati. aku takut dan waspada apa yang akan dilakukannya padaku,....

Ternyata, mereka memotong tali tali yang mengikatku di kursi, namun tangan dan kakiku masih terikat erat ke belakang.

“eemmmpphhh.................!!” aku meronta-ronta sekuat tenaga, menghalangi mereka yang akan berbuat sesuatu padaku, lalu aku merasakan tubuhku yang terikat terangkat dan dibopong mereka

“eemmmpphhh.................!!” dengan mudahnya mereka meletakkan tubuhku yang terikat di pundak mereka dan melangkah keluar dari ruangan tempat kami di sekap. Beberapa langkah mereka melewati sebuah ruangan, ruangan VIP rupanya dan tanpa sengaja melalui jendela aku melihat Annisa terlentang di dalamnya dan nyaris tanpa busana terikat di ranjang

“eemmmpphhh........... eemmmpphhh.................!!” aku meronta-ronta ketika melihat partnerku Annisa dalam ruangan itu. Rupanya aku dibopong dan di masukkan kedalam ruangan disebelahnya yang di pintunya ada tulisan VIP juga. Mereka mendudukkanku di tepi ranjang, aku masih meronta-ronta.

“Tenanglah kamu disini detektif Lalita, temanmu detektif Annisa juga sedang beristirahat dengan tenang, Feel at homelah....” ejekkan Haris membuatku terhina, bagaimana bisa feel at home dengan keadaan terbelenggu seperti ini, pikirku.

Kemudian mereka meninggalkan aku dalam keadaan tidak berdaya dengan ruangan yang mereka kunci dari luar. Akupun berpikir keras, bagaimana caranya bisa keluar dari tempat jahanam ini sambil menyelamatkan Mery dan kawan-kawan lainnya yang sudah terlanjur terjebak seperti ini. Di ruangan sebelah, sayup sayup kudengar suara Annisa...

“Jangan pak,.... jangan!”

“Saya ini penegak hukum! Anda tidak bisa berbuat macam macam pada penegak hukum!!” tukas Annisa lalu selanjutnya sayup sayup kudengar

“Aaauuuwww...... !! Aarrgghhhh.........!!!” dari sebelah. Aku merinding dan amarahku membakar tubuhku dan emosiku. Kuduga Annisa telah diperkosa oleh pelanggan rumah maksiat ini.

Jahanam.....!! gerutuku dalam hati mendengarkan apa yang terjadi dengan Annisa di sebelah ruangan tempatku di sekap. Untuk beberapa waktu lamanya aku di tinggalkan terikat dan duduk di pinggir ranjang, menanti apa yang akan terjadi kepada diriku dengan memasang kewaspadaan penuh.

****

Sudah senyap tak ada suara di sebelah, aku tak tahu apa yang terjadi dengan Annisa, partnerku rasanya sudah 3 (tiga) jam aku berada di ruangan ini, dan sejak kutahu apa yang terjadi dengan Annisa, aku sibuk meronta-ronta melepaskan diri agar bisa menolong Annisa, Mery dan sesama kaumku yang menjadi obyek kebejadan Haris dan kawan-kawan. Tiba-tiba pintu terbuka 4 orang anak buah Haris masuk ke kamar tempatku di sekap. Aku yang agak lemas karena lelah meronta-ronta mengambil sikap siaga bersiap melawan kemungkinan yang akan dilakukan padaku.

“Mau apa lagi mereka.....” batinku penuh perasaan was-was.

Ough, tubuhku dibaringkan di ranjang dengan paksa, jika mereka membuka tali-tali yang mengikat di pergelangan tanganku maka aku sudah mengumpulkan tenaga untuk mengadakan perlawanan dan berusaha menaklukkan mereka. Namun apa yang terjadi diluar dugaanku, setelah penutup mataku, mereka membuka kancing blouse yang kupakai dan membiarkan tubuhku terbaring menghadap mereka lalu kurasakan lampu kilat sekejab, mereka mengambil photoku dalam keadaan yang sangat tidak kuingini untuk diphoto.

“eemmmpphhhhh...!!!!” aku meronta-ronta bermaksud mengadakan perlawanan tapi dengan tangan terikat ke belakang, apa yang bisa aku lakukan? Tersingkaplah bajuku dan tampaklah braku yang kupakai berwarna kecoklatan dan aku tersungkur di ranjang dalam keadaan pakaianku yang berantakan.

“Detektif Lalita, aku mempersiapkanmu untuk melayani pejabat negara yang akan segera datang, aku akan memberinya hadiah kejutan yang istimewa yaitu tubuh molekmu.....” ku dengan suara Haris.

“Ha....ha....ha....haaa......!!” tawanya membuat suasana batinku semakin mencekam.

“eemmmpphhhhh........ eemmmpphhhhh........!!” aku berontak.

“tenang saja sayang, mana tahu setelah melayaninya, kamu bisa mendapat promosi atau ekspose besar....ha... ha...haa....!” tambahnya lagi, membuat hatiku ini tidak nyaman dengan apa yang akan terjadi dengan diriku.

“Oh Tuhan, biarlah komandanku tahu keberadaanku dan datang membawa bantuan untuk menyelamatkanku.....” batinku berharap dalam do’a.

Hari itu aku dibiarkannya disekap terikat di kamar tempatku di sekap, dan jiwa ini diselubungi misteri karena aku tidak bisa tahu apa yang terjadi pada partnerku Annisa. Hari yang panjang kurasa segera berlalu, aku terbaring terikat di kamar ini, sempat melihat jam dinding yang sudah pukul 00.20 tengah malam, aku berusaha memejamkan mata, berusaha tidur dalam keadaan terikat erat.

****

Aku menyambut hari baru pagi ini masih dalam keadaan yang sama, terbaring dengan pakaian berantakan dengan tangan yang terikat ke belakang, serta mulut yang disumpal dan terikat.

“Siap-siap detektif, hari ini tamu VIP saya datang, kamu akan melayani dia dengan baik.”

Haris masuk ke kamarku dan menyatakan itu. Tubuhku menolak hebat ketika di pastikan bahwa pejabat itu akan aku layani.

“Siapakah orang itu, mau bermaksiat di sini, bahkan akan mengorbankan aparatnya sendiri yang dalam kekuasaan sindikat ini?” berjuta pertanyaan mengerubungi benakku yang tak ada jawabannya selain aku hadapi dia dulu.

Pagi itu Haris mendatangi kamar VIP di mana aku disekap, bersama dengan empat orang anak buahnya, melepaskan aku dari tempat tidur, dua anak buahnya yang perempuan memandikan aku tetap dalam keadaan tangan terikat dan mulut yang disumpal, sementara salah satu dari anak buah perempuannya menodongkan pistolku agar aku tidak melawan, setelah mandi aku di pakaikan pakaianku dengan rapih dan terkancing baik, kemudian mereka merubah ikatanku di kaki, dibuatnya aku mengangkang dengan tali yang diikatkan di kakiku diikatkan kembali ke ujung tempat tidur, sementara kedua tanganku tetap terikat kebelakang. Hari ini aku menyiapkan mental ingin melihat dan menghapalkan wajah pejabat publik itu dan akan aku tuntut kelakuannya padaku dan aku akan menjatuhkan dia dari jabatannya sekarang. Begitu kuat tekadku meski tangan kaki dan mulutku terikat erat, aku seolah tidak menghiraukannya.

“Kamu harus di tutup matanya....” ujar Haris, yang kutolak mentah-mentah

“Bagaimana aku menikmati hubungan ini kalau aku tidak melihat” alasanku ketika ikatan di mulutku dilepas. Aku bersiasat agar bisa melihat pejabat itu.

“ehm, kamu rupanya mau menikmatinya yach....” jawab Haris sambil terkekeh-kekeh sambil kembali mengikat mulutku dangan kain warna hitam.

“eemmmpphhh......!” rupanya Haris termakan siasatku pikirku

“Oke lah jika itu maumu Lalita cantik......!” jawab Haris.

“Tunggu saja sayang, satu jam lagi dia datang” lanjutnya

Kali ini aku bersiap menantang pejabat publik yang disebut sebut oleh Haris itu, aku tidak akan melayaninya tetapi aku akan melawannya setelah merekam habis wajahnya di benakku. Sesuai rencanaku akan menjatuhkannya bila aku bebas nanti.

Satu jam sudah berlalu, sang pejabat belum muncul juga di hadapanku. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan Annisa, kini aku fokus dengan rencana perlawananku namun kuharap Annisa baik-baik saja dalam tawanan komplotan Haris. Pintu terbuka perlahan, akupun melirik ke arah pintu, Haris masuk dengan seseorang yang memakai topeng kepala berwajah singa jantan yang gondrong itu....

“Diakah pejabat publik itu...... mengapa dia memakai topeng Singa?” sekujur rasa kecewaku membelenggu jiwaku.

“Enjoy Boss, dia adalah Sersan Lalita Rahmawati mantan serse Reskrim Polda Metro Jaya...!” kata Haris memperkenalkan aku, lalu meninggalkan aku berdua dengan pejabat publik berwajah singa itu. Selanjutnya Pejabat itu serta merta mengikat dan menutup mataku, semua yang telah kurencanakan buyar sudah, kini aku dalam kekuasaan pejabat itu sepenuhnya. Sekujur tubuhku lemas, mataku gelap tidak bisa melihat apa yang akan terjadi dengan diriku. Pejabat itu berbaik hati melepaskan kain yang mengikat di mulutku.

“Mohon ijin Pak, janganlah Bapak berada di tempat seperti ini, tinggalkan tempat ini sebelum terlambat Pak,” himbauan terakhir seorang mantan polwan yang sudah tidak berdaya dalam cengkeraman komplotan Haris. Tak ada kata-kata terucap dari pejabat itu, rupanya napsu birahinya memuncak, kurasakan ciuman dan kuluman di leherku dan bibirku semakin dahsyat.

Kini posisiku terlentang dengan kedua tangan diikat erat kebelakang, blus berendaku masih menempel di tubuhku saat pejabat itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.

“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan.....!!!” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.

Tanpa suara pejabat itu tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggut nya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pejabat itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.
Kemudian kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang di elus elusnya dan kurasakan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.

“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.

“Aahh...? Ohhh? Argh....? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang miss V ku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.

Dreet.. Dreet!! kurasakan selaput daraku robek saat pejabat itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.

“Aaauuuwww.....saakiitt Paakk.......!! Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.

“Sakitt.... Tolong..... Hentikaaann.......!!” jeritku meratap, tapi pejabat itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.

Pejabat itu tetap memperkosaku, memompa miss V ku dengan ganas sambil mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang miss Vku.

“Jangan..... Jangan di dalam Paakkk!!!” teriakku panik, dan

“eemmmpphhhh.........” mulutku dibekap tangannya yang konon memegang lakban dan tersumpallah mulutku dan kemudian dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.

“eemmmpphhhh.........” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit namun kakiku masih terikat ke ujung tempat tidur dan kurasakan rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, dengan susah payah dalam keadaan tanganku terikat erat kebelakang, aku rasakan merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.

Beberapa jam aku didiamkan si pejabat itu lalu kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan pejabat itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelinjang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Pejabat itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluan. Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku sulit menyangkal jika ada rasa kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya pejabat itu tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.

”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!” Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eeeemmmpppfffhhh...........eeemmmhh................mmmmppphhhhhh...!!!!”

Aku semakin tak kuasa menahan diriku, aku terangsang hebat klitorisku dikulum disedot sedot.
”wow enak sekali........!” batinku

Kurasakan ada jari tangan di masukan ke lubang miss V ku mencari G-Spot. Klitorisku terus dikulum dan disedot sedot sementara dua jari tangannya digerakkan keluar masuk liang miss V ku.

”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!” keluar suara dari mulutku yang tersumpal. Aku semakin menggelinjang hebat, kedua tanganku meronta-ronta keras dan merasakan betapa tidak berdayanya aku.

Tangannya juga sesekali meremas payudaraku dan memilin milin puting susuku bergantian kanan-kiri

”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!”

Kemudian pejabat itu menciumi mulutku yang tersumpal. Juga samar samar kuendus bau parfum yang sangat harum. Tiba tiba dia itu menghentikan aksinya. Dalam hati aku sedikit kecewa bercampur lega kecewa aku belum mencapai klimaks, lega karena aku tidak dipermainkan dan dilecehkan terus menerus. Posisiku di rubahnya sedemikian rupa sehingga sekarang posisiku telungkup di ranjang, tanganku yang terikat dihubungkan dengan kakiku yang terikat, jadi semacam hogtied keadaanku lalu mata dan mulutku tertutup kain hitam.

Selang beberapa saat, kurasakan ada yang mengelap wajah dan mulutku dengan lap dan air hangat. Daerah kemaluankupun di lap dan dibersihkan dengan air hangat. Celana dalamku juga dirapikan. Klitoris dan miss V ku terasa 'ngilu' ketika tersentuh lap. Lingerie pun kembali dipakaikan ke tubuhku juga dirapikannya tali lingerie yang melorot ke lenganku kembali di naikkan ke bahu. Bra juga dirapikan dan dikembalikan ke posisi semula. Tangan dan kakiku sedang dilepaskan namun aku merasa sangat lemas dan tak kuasa melawannya. Pejabat itu kembali mengikatku. Tanganku kembali diikat ke belakang hanya saja sekarang tanganku di luruskan, tidak ditelikung 90' menyiku seperti yang pertama tadi. Cukup nyaman mengurangi pegal di tanganku. Kembali ada tali yang disambung antara tali di pergelangan tangan dan kakiku. Mataku masih saja ditutup kain tapi sumpal di mulutku sudah dibuka aku dibaringkan di tempat tidur tubuhku terkapar lemas. Di saat bersamaan kamar Annisa yang sunyi tiba-tiba terdengar teriakan dan rintihan Annisa melawan pemerkosanya. Lemas tubuhku dengan kejadian yang menimpaku dan Annisa mitraku.

“Terima kasih Sersan, nanti aku datang lagi.....” bisikan lembut si Pejabat itu, setelah ia mandi terlebih dahulu. Rupanya usai sudah penderitaanku paling tidak hari ini, karena sang Pejabat mencium bibirku yang tertutup lakban dan pamit, kemudian kudengar pintu terbuka dan tertutup lagi dan terkunci.

Sore menjelang malam hari, anak buah Haris masuk ke kamarku. Melepaskan tali-tali yang mengikat kakiku dan mataku yang tertutup. Mereka menarikku untuk berdiri, tubuhku yang sudah ternodai merasakan nyeri dan ngilu di selangkangan. Tanpa banyak bicara, mereka menuntunku ke pintu keluar, aku pun keluar dengan keadaan sedikit lebih rapih dari pada saat ‘dipersiapkan’ oleh Haris untuk melayani pejabat misterius itu. Pakaian berenda-renda dengan kancing di depan dan rok mini, stocking warna kulit dan sepatu pantofel yang ada ban yang melintas di punggung kaki seolah menghubungkan kedua mata kakiku. Saat bersamaan di luar kamar tempatku di sekap, di kamar sebelah aku dapat melihat Annisa juga di bawa keluar.

Kami berdua digiring dengan tangan terikat dan mulut yang tersumpal ke suatu ruangan. Dan apa yang kulihat sungguh mengejutkan aku melihat Haris tengah berbicara dengan ibu Marina.

Marina ? Bukankah dia yang melaporkan kehilangan anaknya Mery ? Apakah dia juga di tawan Haris? Tidak mungkin karena dia tidak terlihat sebagai tawanan. Kelihatan sedang berbincang-bincang akrab dengan Haris. Apa maksud semua ini? Berjuta pertanyaan mengerubuti kami, aku dan Annisa.

“Eh, mbak Lalita, akhirnya ketemu juga... mencari Mery yach?” sapa ibu Marina

“Tuh, Mery... sedang menunggu gilirannya!” lanjut ibu Marina sambil menunjuk ke ruangan seperti etalase atau aquarium. Pemandangan yang terlihat adalah perempuan-perempuan lugu yang duduk di sebuah kursi berpakaian mini dengan sepatu higheels dengan tangan yang terikat ke belakang, di dekat kakinya yang semuanya bersepatu tertulis nama-nama masing masing, ada Mery, Istiany, Melanie, Lia, Nunik, Carolyn, Claudia dan masih banyak nama lagi, tapi setidaknya nama-nama yang kubaca sedang ada orangnya, karena masih ada beberapa kursi yang kosong kendati ada namanya seperti Rosnaini, Anita, Sari dll.

“eeemmmmpphhhh........!!!” protesku minta kejelasan.

Ini lho mbak, gak inget yach sama Mas Haris suamikua yang pernah kamu tangkap ketika kamu di Satserse Polda Metro Jaya, dia khan dihukum 5 tahun penjara, baru bebas setelah menjalani remisi, aku karena ingin melakukan pembalasan dendam. Jadi aku aku membuat laporan palsu kepadamu.

“eeemmmmpphhhh........!!!” aku meronta-ronta dalam cengkeraman anak buah Haris, aku marah sekali kepada ibu Marina

“Soal Mery? Memang dia anak saya di rumah ini, karena setiap pelayan pelanggan saya wajib memanggil saya Mama...” lanjut ibu Marina. Kulihat di kejauhan Mery yang terlihat lebih manis dengan dandanan tipisnya lebih dari wajah yang kulihat di photonya.

“eeemmmmpphhhh........!!!” aku bereaksi

“eeemmmmpphhhh........!!!” suara Annisa hampir bersamaan denganku

“Bawa mereka!!!” perintah Haris, lalu anak buahnya menggiring kami, kami berjalan seperti terseret-seret melewati kamar-kamar tempat kami di sekap dan berjalan terus, agaknya kami tidak kembali ke kamar kami terdahulu.

Mau dibawa kemana kami!!?? batinku bertanya-tanya sambil menuruni tangga hingga sampai ke sebuah ruangan di bawah tanah dan ada 2 ruangan sel kosong... Annisapun di dorong dengan kasar masuk ke dalam sel itu tetap dengan tangan terikat ke belakang dan mulut yang tersumpal.

“eeemmmmpphhhh........” aku memprotes perlakuan kasar mereka. Lalu tiba di sel sebelahnya yang hanya berbatasan dengan jeruji, mereka membuka pintu sel namun tidak mendorongku masuk, melainkan masuk bersama lalu mengambil tali dan mengikatkan aku ke salah satu terali di sudut yang jauh hingga tidak bisa berusaha melepaskan diri dengan Annisa.

“eeemmmmpphhhh........” tangan dan tubuhku sudah terikat di terali besi itu, mereka kemudian mengikat kedua kakiku menjadi satu. Lalu keluar meninggalkan sel tempatku disekap, menguncinya lalu melilitkan rantai dan menggembok dengan gembok kedua di selku, hal yang berbau dendam kurasakan karena sel Annisa hanya dikunci saja dan tidak dirantai dan di gembok seperti selku.

Kurasakan hari yang melelahkan ini berlalu. Hari demi hari berlanjut, jika ada pelanggan penting, maka yang kusaksikan Annisa dikeluarkan dari selnya, malam harinya baru dia kembali ke selnya tetap dalam keadaan yang sama, tangan terikat dan mulut di sumpal. Tidak ada kesempatan bagi kami berdua berkomunikasi dan mengatur strategi pembebasan diri. Rasanya pupus sudah harapanku dan Annisa untuk bebas, namun ditengah ke tidak berdayaan kami, kami masih menyimpan secercah harapan bahwa komandan kami turun tangan dan membebaskan kami, membebaskan Mery dan kawan-kawan perempuan lainnya sekaligus membongkar sindikat ini, Semoga.

==oo0oo==

Rabu, 06 Maret 2013

Di Umur 22

Namaku Annisa, hari ini aku bete banget. Bagaimana tidak, di Ulang Tahun yang ke 22, ini tanpa teman tanpa pacar. Anak-anak kost lagi pulang kampung. Sebenarnya banyak cowok yang mendekati tapi aku masih enggan untuk menerima mereka.

Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Dengan enggan aku buka, ternyata Astrid dan Ririn datang mau meminjam catatan. Menurut kabar yang beredar di kampus mereka itu pasangan lesbian.


"Eh, kalau tidak salah kamu hari ini ultah kan.. selamat ya!", kata Ririn.

"Makasih Rin", jawabku malas.

"Kok cemberut sih, harusnya kan hepi" Tanya Astrid.

"Terus yayangmu mana nih?".

Akhirnya aku ceritakan semua yang membuat hatiku sedih.

“Kasihan........ eh bagaimana kalo kamu ikut ke rumahku, kita bisa senang-senang di sana, benar nggak Rin?", ajak Astrid.

Tanpa pikir panjang aku ikut mereka. Baru kali ini aku ke rumah Astrid. Ternyata di rumah yang cukup mewah ini, Astrid tinggal berdua dengan Ririn. Orang tuanya berada di luar negeri. Kami lalu ngobrol dan saling becanda. Mereka ternyata asik buat becanda bahkan lebih gila. Astrid kemudian mengajak main kartu dengan hukuman bagi yang kalah melepas seluruh pakaian satu persatu dan harus menuruti apa yang diminta pemenang. Di akhir permainan, Astridlah pemenangnya, ia masih mengenakan BH dan celana dalam sedang aku hanya tinggal celana dalam, bahkan Ririn sudah telanjang. Mula-mula aku malu, tapi mereka tenang-tenang saja. Diam-diam aku tertarik juga melihat tubuh mereka yang indah, walau tubuhkupun sebenarnya tidak kalah seksi.

"Nah aku yang menang, sekarang kalian harus siap dihukum. Rin, ambil peralatannya!", kata Asrid.
Ririn lalu mengambil sebuah tas dan beberapa gulung tali dari dalam lemari.

"Untuk apa tali itu?", tanyaku bingung.

"Kita yang kalah akan diikat, kamu pernah belum Nis ?" kata Ririn.

Aku mengangkat bahu dan menggeleng.

"Kalau gitu ini akan jadi pengalaman pertamamu yang mengasikkan", lanjut Ririn.

"Sekarang bantu aku mengikat Ririn dulu", kata Astrid.

Kami lalu mengikat Ririn pada sebuah kursi. Astrid mengikat kedua tangan kebelakang juga mengikat tubuh Ririn ke sandaran kursi. Sedang aku mengikat kakinya pada masing-masing kaki kursi secara terpisah. Setelah itu Astrid membuka tas dan mengambil sebuah alat berbentuk bola kecil.

"Apa itu Trid?", tanyaku.

"Ini namanya ballgag Annisa, gunanya untuk membungkam mulut", jelas Astrid.

"Coba kamu pasangkan ke mulut Ririn".

"Ya, ayo bungkam mulutku, tak usah ragu Nis, yang erat sekalian", sahut Ririn ketika melihatku ragu.
Aku lalu memasangkan ke mulutnya dan mengekangnya dengan erat, hingga aku yakin Ririn tak dapat mengeluarkan suara lagi. Dalam keadaan telanjang dan terikat tak berdaya seperti itu, aku lihat Ririn tenang-tenang saja bahkan terlihat sangat menikmatinya.

"Sekarang giliranmu Nis, mau pakai borgol atau tali?" Tanya Astrid.

" Terserah kamu, aku menurut saja." ujarku pasrah dan bingung

Asrid mengambil beberapa gulung tali lagi lalu menyuruhku telungkup di kasur. Kemudian ia mengikat kedua tanganku ke belakang, lutut dan pergelangan kakiku juga diikat. Tidak juga itu, tanganku diikatkan lagi dengan kakiku hingga tertarik hampir menyentuh pergelangan kaki. Kata Astrid itu namanya hogtied.

"Gimana, sakit tidak?" tanyanya.

Aku menggeleng walau sebenarnya sedikit sakit karena ikatan yang sangat erat. Tidak tahu mengapa aku merasakan sesuatu yang aneh dan menyenangkan dalam keadaan tak berdaya begini.

"Aku sumbat mulutmu ya." Kata Astrid sambil mengambil sebuah bandana.

Akupun diam saja ketika ia membungkam mulutku dengan bandana tersebut.

Selesai mengikatku, Astrid kembali ke Ririn, lalu ia menciumi tubuh Ririn, menjilati kemaluannya dan meremas-remas payudaranya yang montok.

Ririn terlihat sangat terangsang dan menikmati permainan itu. Melihat mereka, tidak tahu mengapa aku ikut terangsang juga dan ingin diperlakukan sama seperti itu. Tubuhku menegang menahan gairah. Astrid yang mengetahui hal itu lalu menghampiriku sambil membawa alat suntik.

"Kamu tenang dulu, nanti ada permainan sendiri buatmu yang lebih mengasyikkan. mungkin sebaiknya kamu istirahat, simpan tenaga buat nanti."

Astrid menyuntikku dengan bius, aku sebenarnya tidak setuju tapi tidak berdaya menolaknya sehingga akhirnya aku tak sadarkan diri....

Ketika terbangun aku terkejut melihat ruang dipenuhi lilin. Juga tidak ada Ririn maupun Astrid. Sedangkan aku kini tidak terikat hogtied lagi tapi dalam posisi berdiri agak berganyung. Kedua tanganku terikat erat ke belakang, kedua kakiku diikat pada ujung-ujung sebuah tongkat besi hingga mengangkang posisinya. Lebih terkejut lagi ketika aku memperhatikan pakaianku yang aneh. BH yang kupakai pada bagian payudara berlubang hingga payudaraku kencang menyembul keluar juga celana dalamnya pada bagian kemaluan berlubang. Sedang tanganku memakai sarung tangan panjang kakiku telah memakai stocking. Semua pakaian terbuat dari kulit berwarna hitam. Karena bingung aku lalu mencoba memanggil Astrid dan Ririn.

“eemmmppphhhh........!!”

Aku ingin berbicara tapi suaraku tidak bisa keluar terhalang bola di mulut. Ternyata mulutku telah di bungkam dengan ballgag yang tadi digunakan untuk membungkam Ririn. Aku panik dan berusaha melepaskan diri tapi sia-sia, ikatannya terlalu erat tidak mungkin untuk membebaskan diri. Akhirnya pintu kamar terbuka. Astrid masuk.

"Wah.. sudah bangun, lapar ya?", katanya sambil membawa makanan.

"Mmpphhhh.. mmpphhhh.." jawabku sambil mengangguk.

Astrid lalu melepaskan ballgag yang membungkam mulutku.

"Kamu mau apa lagi Trid ? Tolong lepaskan aku dong..." pintaku pada Astrid.

"Belum waktunya Annisa, aku belum bermain-main sama kamu. Sekarang kamu makan dulu!".

Astrid lalu menyuapi makanan hingga aku kenyang. Setelah itu dia mengambil ballgag dan berniat untuk memasangkan lagi di mulutku.

"Tidak...... Astrid!! aku nggak mau memakai itu,.. tol.. mmpphh.. mmpphhh..".

Astrid tidak peduli dengan penolakanku dan tanpa kesulitan berarti dia berhasil kembali membungkam mulutku.

"Ririn akan aku bawa kesini, sementara itu kamu lihat film dulu. Ok!".

Sambil berkata, dia memutar sebuah film yang berisi adegan wanita-wanita yang diikat dan disiksa. Kali ini aku benar-benar takut membayangkan rasa sakit ketika disiksa seperti itu, ketika film itu habis....

Pintu kamar terbuka dan Astrid kembali masuk, kali ini bersama Ririn. Dengan pakaian hitam ketat, Astrid kelihatan sangat cantik, sedang Ririn telanjang hanya mengenakan sarung tangan, stocking dan topeng hitam seperti algojo dalam film itu. Kedua tangan Ririn diborgol dengan rantai panjang dan dilehernya juga terdapat rantai pengekang. Aku tidak tahu permainan apa lagi yang akan mereka mainkan. Ririn dibawa kearahku lalu leherku dipasang pengekang dan diikat dengan ujung satunya dari rantai yang mengekang leher Ririn. Kini leherku dan leher Ririn terikat rantai sepanjang 1 meter. Astrid mengambil cambuk dan mulai mencambuki punggung dan pantatku, sementara tangan Ririn bermain-main dengan payudaraku.

"eemmmpphhhhh...... emmpphhhh...... mmmpphhhh......!!!!".

Aku cuma bisa mengaduh, tidak tahu karena sakit dicambuk atau keenakan. Benar-benar suatu perasaan yang aneh tapi mengasyikkan. Aku merasakan suatu gairah yang baru pertama kali kurasakan. Selesai bermain-main dengan cambuk, Astrid menyuruh Ririn untuk duduk bersimpuh sehingga kepalanya tepat dihadapan kemaluanku.

Kemudian Astrid mengambil sebuah alat baru yang lebih aneh lagi dan memasangkan di mulut Ririn. Alat itu berbentuk penis, sehingga terlihat dari mulut Ririn keluar sebuah penis tersebut. Dan dengan mulutnya, penis itu dimasukkan ke kemaluanku. Oh.. sungguh nikmat sekali yang aku rasakan. Astrid lalu mengambil jepitan pakaian dan menjepitkan pada kedua payudaraku tepat di putingnya. Sakit rasanya. Kembali aku melotot memprotes tindakannya.

"eemmmpphhhhhh........ mmmpphhhhh......!!!" erangku.

Tapi Astrid malah tersenyum senang melihatku kesakitan. Tidak puas dengan itu, Astrid mengambil lilin yang ada di lantai dan meneteskan lelehan lilin panas itu ke tubuhku dan Ririn sambil tertawa-tawa. Sementara Ririn terus saja memainkan penis itu di kemaluanku. Entah berapa lama mereka akan menyiksaku seperti ini. Walaupun lama kelamaan aku bisa juga menikmati siksaan tersebut. Hingga akhirnya tidak kuat menahan rasa sakit dan gairah yang semakin memuncak, aku pingsan tidak sadarkan diri.

Sewaktu sadar, aku berada di kamar dengan ditemani oleh mereka. Namun tangan dan kakiku ,masih tetap terikat. Tubuhkupun telah mengenakan pakaian seperti ketika datang.

"Selamat pagi.." Ririn dan Astrid menyapaku sambil tersenyum.

Ternyata sudah pagi, jadi hampir semalaman aku telah diikat dan disiksa mereka.

"Bagaimana keadaanmu, sudah baikan?", tanya Ririn.

"Iya, kapan nich aku kalian lepasin.....? " sahutku seraya mengangguk,

“Mau dilepasin sekarang, Nis ?” tanya Astrid yang langsung melepaskan simpul tali yang mengikat di kaki dan tanganku.

Bangun dalam tubuh yang masih sedikit terasa lelah, ketika kuperhatikan tubuhku masih ada bekas cambukan juga di pergelangan kaki dan tangan masih terlihat guratan merah bekas ikatan tadi malam. Sebelum pulang, mereka menawarkan untuk melakukannya lagi di lain waktu.

"Bagaimana, kami tidak memaksa.. tapi jangan kamu sebarkan hal ini", Kata Astrid sambil menyerahkan kaset video.

Ternyata diam-diam mereka telah merekam semuanya. Sampai aku pulang, aku belum memberikan jawaban. Yang pasti kalau menginginkannya lagi aku yang akan menghubungi mereka.
Suatu malam tiba-tiba aku ingin melihat rekaman itu, melihat kejadian-kejadian ketika aku diikat dan disiksa, membuat gairahku muncul dan menginginkannya lagi. Kemudian aku ambil telepon genggamku dan mengetik sms :

"Astrid, Ririn...... kapan nich, kalian akan mengikat dan 'menyiksa'ku lagi..??". 

==oo0oo==

Pet Shop

Namaku Mila, 28 tahun. Aku sudah menikah dengan seorang pria berprofesi sebagai Penerbang dan penyayang binatang. Beberapa hari lagi mas Dandy suamiku pulang untuk 10 hari, dan dia akan merayakan ulang tahunnya bersamaku, aku bersemangat ingin membelikan hadiah, seekor binatang piaraan yang ekstrim karena mas Dandy pernah menyampaikan keinginannya memelihara binatang piaraan yang ekstrim. Segera kutelusuri Pet Shop di Yellow Pages.



Hari ini aku berencana mengunjungi Pet Shop sepulang kerja. Aku memakai seragamku blouse Shang Hai warna merah dengan kancing-kancing yang berbaris rapih, dan mengenakan rok pendek di atas lutut dengan sepatu pantovel yang ada bannya seolah menghubungkan kedua mata kakiku, yang biasa disebut mas Dandy ‘sepatu sexy’ . Tepat jam 17.30 aku tiba di Pet Shop ‘Boe Duck’ di ujung timur kota Surabaya, di drop oleh kendaraan kantor.

“Selamat sore Pak........” sapaku setibanya di depan counter

Seorang lelaki paruh baya bertubuh gemuk berkacamata dan berambut agak botak tengah menunggui tokonya sembari membaca koran.

“Selamat sore ibu, ada yang bisa di bantu.....?” jawabnya sopan

“Pak, saya mau lihat-lihat koleksi binatang peliharaan, anjing atau mungkin yang ekstrim ?’ujarku ingin mengetahui peliharaan apa aja yang tersedia.

“Ibu tertarik dengan binatang peliharaan yang ekstrim ?” jawabnya

Aku mengangguk ragu

“Ada Bu,... mari ikut saya !” bapak tua itu beranjak dari counternya seraya mengambil kunci-kunci.
Aku mengikutinya berjalan di belakangnya, memasuki sebuah pintu yang terkunci, menuruni sebuah tangga ke ruangan seperti bawah tanah

“Wah keren, anda simpan di bawah tanah ?” komentarku sambil menuruni tangga mengikuti bapak tua itu.

“Hanya sebuah kejutan, untuk pelanggan baru seperti Ibu...” sahutnya singkat tanpa kumengerti maksudnya.

Kami sampai di ruang bawah tanah, aku melihat sebuah kandang besar yang kosong sementara bapak tua itu mundur selangkah tidak ingin menghalangi pandanganku

“Kosong pak !?” tanyaku

“Ibu perhatikan baik-baik....”

“Tak kan lama lagi, muka mata lebar-lebar... “ sahutnya membuat rasa ingin tahuku semakin menjadi-jadi

“Mana Pak ?” tanyaku penasaran

“Di belakangmu, majulah !” jawabnya dan spontan kurasakan tangan memeras pantatku dan mendorong tubuhku melangkah ke depan

“Lepaskan tanganmu, jangan dorong aku Pak !” tegurku sopan atas tindakan pelecehan yang kurasakan sambil menoleh kebelakang, kearah bapak tua itu.

“Aku lepaskan jika Ibu sudah sampai di kandang...” jawabnya tenang

Lalu tanpa sadar tangan kiriku ditelikung ke belakang oleh bapak tua itu

“Jangan pegang-pegang !!!” spontan aku berbalik badan dan menampar pipi bapak tua itu dengan tangan kananku

“Berani melawan ??” balas bapak tua membalas menamparku aku terhuyung-huyung dan jatuh di atas lututku

“Elu mau becanda sama gue!!” bapak tua itu menjambak rambutku dengan tangan kirinya

“Aaauuuwwwhhh...........! jeritku kesakitan.

Dengan cekatan, kedua tanganku di tarik kebelakang dan dalam waktu singkat kedua tanganku sudah terikat kebelakang dan kurasakan kaki bapak tua bersandar di punggungku.

“Adduuuhh toollloooonnggg..... anda menyakiti saya, lepaskan !!!” tak terasa airmata membasahi pipiku

“Dasar pelacur, perlu mendapatkan pelajaran disiplin... kamu si Ika Tantri yang di facebook itu khan !? saya tahu...” lanjut si bapak tua

“Kamu akan jadi piaraan yang baik disini!” tegasnya

Sejenak aku tak mengerti apa yang terjadi dengan diriku, kenapa dia tahu namaku? tahu facebookku padahal sudah berbulan bulan di blok?? Kenapa tiba-tiba aku terikat seperti ini?

Masih dalam keadaan terikat kurasakan kaki itu menendang/mendorong pantatku, dan aku jatuh telungkup ke dalam kandang itu dengan tangan yang terikat erat ke belakang.

“Mila, kamu butuh ini...” kata bapak tua itu memasangkan collar ke leherku lalu menyambungkannya dengan tali yang biasa dipakai untuk mengajak jalan-jalan seekor anjing, kemudian tali itu diikatkan ke salah satu jeruji besi di kandang itu.

Dia menyebut namaku, gawat!

“Tolong,... tooollllooooonnnngggg....!!!!!!” teriakku

“Berteriaklah sesukamu Mila, tidak ada yang bisa mendengar suaramu” tantang bapak tua itu.

“Tooollllooooonnnngggg...... “

“Lepaskan akuuuuu..........!!!”

“Simpan tenagamu Mila, sampai aku kembali aku mau tutup toko dulu” suara bapak tua itu seraya keluar dari kandang menguncinya dari luar, lalu meninggalkan aku yang tertawan. Kata-kata bapak tua itu terasa jadi ancaman buat keselamatanku.

Tinggal aku sendiri terikat erat di dalam kandang, rupanya bapak tua itu mengikat pergelangan tanganku dengan erat dan juga sikutku. Sungguh sulit untuk bergerak sedikitpun.

“Aduuhh saakit,... ...apa yang akan dia lakukan padaku?” gumamku

“Tolong.... aku di culik disini!” aku bersuara pelan meminta tolong dalam keadaan lemas

“Ya Tuhan... apa yang terjadi dengan diriku? Aku hanya ingin membeli kado buat mas Dandyku, aku terperangkap...!!”

Sialnya...! keluhku kepalaku terunduk. Aku disekap terikat di kandang ini, ditinggal cukup lama oleh bapak tua itu

****

Adduuuhh... apa yang akan terjadi dengan diriku, aku datang ke toko ini bermaksud membeli binatang peliharaan untuk jadi kado ulang tahun mas Dandy, kog malah jadi begini ya, terikat tertawan di dalam kandang ini, Tuhan tolong....

Kira-kira 3 jam kemudian pintu terbuka namun tak kudengar karena aku hanyut dengan pikiranku, tiba-tiba pintu kandang yang menyekapku terbuka

“Bapak, tolong lepasin saya... Bapak butuh uang ? nanti segera saya siapkan” pikirku menebus sendiri penculikan yang terjadi pada diriku.

“Maaf Mila, tadi ada banyak customer yang harus saya layani....” ujar bapak tua itu seolah tidak menghiraukan penawaranku.

“Sudah cukup khan istirahatnya, buka baju dulu ya, gak pengap di sini? Lanjut bapak tua itu.

Bapak tua itu sedianya akan mencabik-cabik blouse Shang Haiku, namun urung dan melepaskan kancing-kancingnya dengan telaten.

“Paakk.... lepaaasiinnn... saakiiitt!" keluhku, kulihat bapak tua itu mengeluarkan sapu tangan dan memasukkan pada mulutku

“eemmmmhh....!” lalu dengan sigap disobeknya sebuah lakban berwarna abu-abu CRREEETTT!! Di sumpalnya mulutku.

“eemmmppphhhhh.......!!” suaraku

Bapak tua melepaskan semua pakaiannya dan meletakkan sebuah bangku kayu kecil

“eemmmppphhhhh...... eemmmppphhhhh......!!!” melihat itu aku berteriak ketakutan di balik sumpalanku

“Training pendisiplinan akan ku mulai” tantang bapak tua itu

Tubuhku menungging, bagian perutku tersandar di bangku kayu kecil itu CTAARRR.... CTAARRR.... CTAARRR.... beberapa cambukan mendarat di pantatku

“eemmmppphhhhh...... eemmmppphhhhh......!!” aku mengaduh kesakitan

“Wah mengeras nich...” suara bapak tua kudengar aku masih telungkup bersandar di bangku kayu itu dalam keadaan tangan terikat kebelakang dan mulut di sumpal lakban

“Mila, pantat kenyalmu memerah, keren lho....” puji bapak tua itu

“eemmmppphhhhh...... eemmmppphhhhh......!! lenguhku

Kemudian kurasakan sakit tak terkira, karena kurasakan sejenis penis memaksa masuk ke dalam anusku

“eemmmppphhhhh...... eemmmppphhhhh......!!” aku mengaduh kesakitan kembali air mata mengucur deras di pipiku.

Penis itu berhasil masuk di lubang anusku yang sempit, kemudian
Masuk
Keluar......
Masuk
Keluar......
Masuk
Keluar...... hingga kudengar

“Aaaarrrggghhhh............!!” suara si bapak tua, aku sendiri tak dapat menahan rasa sakit sehebat ini, akupun tak sadarkan diri.

****

Ketika aku siuman,aku mendapati diriku masih terikat, tanganku dan sikut yang terikat kebelakang, mulut yang tersumpal lakban dan collar di leher yang terhubungkan dengan salah satu jeruji besi di kandang itu. Aku mendapati diriku terduduk dengan kaki yang memanjang lurus, tetap bersepatu dengan pergelangan kaki yang teikat oleh gulungan tali nylon. Blouse Shang Haiku kembali membalut rapi tubuhku yang terikat ini. Aku mengarahkan pandangan kesekeliling kandang, kulihat ada kertas tertempel tak jauh dariku, tulisannya kira-kira

MILA CANTIK,
TRAINING HARI INI CUKUP DULU, AKU PULANG YA
BESOK KITA LANJUTKAN SETELAH TOKO TUTUP
NANTIKAN SAJA
TERIMA KASIH UNTUK KENIKMATANNYA
TTD

Tubuhku seketika merinding membaca pesan itu, kembali aku mengarahkan pandangan kesekeliling kandang

“Jam 23.30 !!!??” ketika kutemukan jam dinding digital yang terlihat jelas.

Bapak tua itu pulang,...? aku ditinggal sendirian, disekap di kerangkeng ini,....? aku harus bisa lolos dari sini,...! di mana tasku !? aku harus meminta tolong...! aku meronta-ronta dengan hebat dengan seluruh tenagaku, SIA SIA! hingga aku kelelahahan, duduk terdiam meratapi keadaanku, waktu menunjukkan pukul 2.10 dini hari. Tanpa sadar kutemukan tasku tergeletak di depan pintu kandang, pasti jatuh ketika aku dipukul oleh bapak tua hingga terhuyung-huyung.

“Hmm,... handphoneku di dalam tas, terlalu jauh dan tidak mungkin mengharapkan pertolongan” batinku.

Putus asa menyelimuti sekujur tubuhku dan aku tertidur kelelahan.

Aku terbangun, setidaknya sudah pagi meski ruangan bawah tanah relatif temaram, namun jam digital di dinding sana cukup mengingatkanku, pukul 10.40 jelang siang. Dahaga dan Lapar saja yang menemaniku.

Kemudian sekitar pukul 13 bapak tua itu datang ke ruangan bawah tanah sambil membawa piring dan gelas aluminium.

“Selamat siang Mila,.... tidurnya nyenyak juga, sudah biasa yach ?" ledeknya kepadaku

“eemmmppphhhhh...... eemmmppphhhhh......!!”

“Ha ha ha haa.... tersinggung yach, khan mantan balerina yang rajin berlatih Yoga...” ledeknya lagi

Aku terperanjat dengan pengetahuannya tentang diriku. Siapa bapak tua misterius ini ?? misteri yang tak terjawab. Bapak tua itu masuk ke dalam kandang,

“Ayo makan!” ujarnya seraya melepas lakban yang menyumpal mulutku dan

“Oweeekkk...!” saputangan dalam mulutku keluar

“Tolong Paakk.... lepaaasiinnn... saakiiitt!” keluhku tidak dihiraukannya, dan sesuap demi sesuap makanan masuk ke dalam mulutku,ku kunyah secepat mungkin

“Glek.... Glekk !! aku meminum minuman yang di bawa oleh bapak tua yang misterius ini. Segera setelah usai makan, mulutku kembali di sumpal sapu tangan dan lakban kembali membatasi suaraku. Lalu kurasakan collar yang melingkar dileherku dilepas oleh bapak tua, aku dibantu berdiri, rupanya tubuhku kembali dililit tali yang mengikat seluruh tubuhku di jeruji besi di belakangku tapi kakiku diikatnya terpisah dan membuka.

“eemmmppphhhhh...... eemmmppphhhhh......!!” aku meronta-ronta.

Bapak tua itu kemudian beranjak dariku, mengunci kandang / kerangkeng tempatku di sekap dan berlalu menaiki tangga kembali ke tokonya. Waktu berjalan begitu lambat, aku tidak menunggu atau mengharapkan apa-apa kecuali kebebasanku sambil aku sibuk meronta-ronta.

“Aku harus segera pulang,... sebentar lagi mas Dandy pasti akan pulang, dan aku akan merayakan ulang tahunnya bersamanya” pikiran itu memenuhi benakku sambilku terus berusaha melepaskan diri dan meronta-ronta.

Sore itu bapak tua kembali ke kandang di mana aku disekap, dia memukulku dan kembali memecut payudaraku setelah kembali melepaskan kancing kancing baju Shang Haiku kemudian dia menarik celana dalamku kini dia memperkosaku memasukkan penisnya ke miss V ku

“Tiddaaakkkk.........!!!” seruku namun

“eemmmppphhhhh, mmmppphhhhh......!!“yang terdengar ditelingaku

“ mmmppphhhhh...... !!!!” aku menolak perlakuan ini

“eemmmppphhhhh...... mmmppphhhhh......!!” tangisku dalam sumpalan

Secara naluriah aku mengalami orgasme berkali-kali akibat pemerkosaan ini. Tubuhku tidak menolak perlakuan ini, karena sesungguhnya aku terbiasa berhubungan dengan kondisi seperti ini dalam suka sama suka dan dengan hasrat cinta. Hanya itu yang membedakan keberadaanku dengan suasana hati ini. Kembali aku tertidur kelelahan dalam kondisi tangan sikut dan kaki yang terikat erat.

Ketika aku terbangun aku tidak mendapatkan perubahaan pada kondisi tubuhku, tetap terikat erat tak berdaya ke jeruji besi, waktu yang ku tatap telah menunjukkan pukul 1.35 dini hari aku melanjutkan tidurku, tak ada yang bisa ku lakukan.

Setidaknya sudah pagi, ketika aku terbangun dan waktu menunjukkan pukul 9.05 pagi, kembali aku meronta-ronta sekuat tenaga, berharap tali-tali yang membelengguku bisa kendor bahkan terlepas.

“eemmmppphhhhh...... eemmmppphhhhh......!!”

Sejumlah misteri masih membelengguku, siapakah bapak tua itu ? Karena dari pengetahuannya tentang aku kelihatannya dia adalah salah satu teman facebookku yang kini telah terblokir?
Lalu berapa lama lagi aku merelakan diriku terikat erat seperti ini, disekap di sebuah kandang Pet Shop, dan diperlakukan sebadai budak nafsu ?

==oo0oo==

Minggu, 03 Maret 2013

SMS Misterius - Kisah Nyata

Rabu 6 Oktober

Suatu pagi aku terima sms gelap yang menakutkan : ‎

”Aku akan menculikmu saat suamimu pergi aku membiusmu lalu mengikat tanganmu kebelakang dan juga mengikat kakimu dan kamu aku letakkan dalam bagasi mobilku dan kaburrr.. ..Sesampainya dirumahku aku bopong kamu kekamarku, membiarkan kamu terikat dan disumpal mulutmu tapi kamu akan ku sayang sayang, kamu kujadikan ratuku (yang terikat)” dari nomor 081122xxxxx. Aku kaget setengah mati menerima sms seperti itu, lalu kuhubungi mas Andi Wisbagjono, temanku jangan-jangan dia mengirimkan karena hanya dia yang punya motif iseng mau menggoda dan menakuti aku dengan sms seperti ini.


Setelah berargumentasi lewat sms dengan dia yang berdomisili (kerja) di Indonesia Timur. Aku malah, meminta tolong padanya agar dia mau membelaku (seolah suamiku, yang kebetulan lagi dinas ke luar negeri) membantuku menggertak sang pengirim sms misterius itu kepadaku.Namun yang terjadi sangat mengecewakan, Andi bukannya menggertak ancam sambil melindungiku dia melapor padaku bunyi sms yang dia kirimkan kepadaku :

“Ini siapa ya? Aku suaminya Mila, hanya aku yang boleh ngiket n nyulik dia...” membaca kalimat itu aku marah padanya :

“Mas, apaan sich? Bocorin rahasiaku ke unknown people??? Dasar cowok error. Aku tidak setuju!! Itu bukan kata kata seorang suami, apaan tauk!?” Lanjutku penuh amarah sekaligus takut, karena orang yang bisa diharapkan memberi perlindungan lewat kata-katanya malah berlaku aneh dalam sms orang yang mengancam menculik aku.

Sesungguhnya yang kuharapkan mas Andi menjawab smsku senada seperti ini : “Saya, Irjen (Pol) Andi Wisbagjono, anda mengancam akan menculik istri saya !?” karena kalimat seperti itu sudah cukup untuk membuat si pengirim sms misterius itu ketakutan dan mungkin akan mengganti nomor hpnya supaya tidak terlacak lagi oleh polisi. Jawaban seperti itulah yang bernada melindungi, apa lagi Andi kuminta membalas sms misterius itu, seolah dia suamiku. Jadilah hubungan pertemanan kami terputus, karena aku sangat murka dengan caranya menjawab sms seperti itu. Akupun berusaha melupakan semua kejadian yang telah terjadi. Ketika aku keluar dari gedung perkantoranku di Jl. Basuki Rakhmat, siapa yang kulihat ? Syafril, temanku sejak SMA, mantan pacarku kebetulan baru keluar dari gedung perkantoran ini.

“Mas Syafril,...? Ngantor di sini tah?” sapaku berusaha menyembunyikan rasa senang.

“Mila,... kebetulan aku lagi di Surabaya, baru usai meeting dengan klienku di lantai 10. Tadi aku lihat kamu lagi duduk di meja reseptionis....?” sahutnya. Rupanya dia baru selesai meeting dengan kliennya yang kebetulan berada satu lantai dengan kantorku.

“Tinggal di mana? Kita makan malam dulu yuk,... mumpung aku di sini?” ajak Syafril

“Boleh, siapa takut...?” selorohku

Kamipun beranjak meninggalkan gedung itu dengan kendaraan yang disupiri sendiri oleh Syafril. Kami tiba di sebuah mall yang bersebelahan dengan sebuah hotel.

“Trus mas apa kabar ?” tanyaku.

Sejak dulu aku mengagumi kepintaran dan ketampanannya. Aku dulu pernah ‘dikerjai’ olehnya ketika mereka membawaku yang sedang mencari sahabatku Nia, lalu Syafril dan Zainudin seolah ikut membantu mencariku dan di tempat yang agak sepi, Zainuddin membekap mulutku serta langsung menyumpalkan dengan lakban dan seketika tangan dan kakiku terikat oleh mereka berdua dan membawaku ke gudang. Lalu aku ingat Nia, mencari-cariku dan bertemu mereka yang mengaku tidak melihatku. Itulah pengalaman pertamaku diikat atau lebih populer di sebut bondage.

“Baik-baik Mila, terus terang aku kaget melihatmu tadi ada di kantor sebelah..... Jadi aku putuskan menunggumu di lobby tadi” jawab Syafril. Setelah kami memesan makanan dan minuman aku pamit beranjak dari meja, ingin ke kamar kecil sekalian mencuci tangan. Dan aku kembali, santapanpun sudah siap.

“Jadi kamu besok mau pulang ke Malang...?” tanya Syafril.

“Iya, kebetulan aku minta cuti, tiga hari.... sekaligus mau menunggu Mas Dandu pulang nanti hari Senin siang” ujarku menceritakan kebiasaanku saat menyambut suamiku landing. Kami menyantapnya sambil menceritakan kabar masing-masing. Setelah makan, aku merasa kepalaku begitu pusing dan berat...

“Mas Syafril, antar aku pulang yach? Aku tinggal di Dharmahusada.... Kepalaku ini pusing Mas” keluhku

Dengan sigap Syafril, menuntunku berjalan, tiba di tempat parkir dan aku duduk lemas. Syafrilpun bergegas masuk ke balik kemudi dan menstarter mesinnya berjalan... aku memejamkan mata dan setelah itu aku tidak ingat apa-apa.

Aku terbangun, pandanganku gelap, kurasa aku ada dalam sebuah kamar, tanganku terasa sakit seperti kesemutan. Aku berusaha menggerakkan tanganku,.. ugh! rupanya tanganku terikat erat kebelakang di sekitar pinggang di belakangku, demikian juga dengan kakiku masih bersepatu saat terikat erat.

“eemmmmppphhhhh......!” itu yang terdengar saat aku mencoba bersuara. Aku menyadari keadaanku yang tidak berdaya, tangan terikat ke belakang, kakiku pun terikat menyatu kurasakan tali melilit di atas dan di bawah lututku, serta di pergelangan kakiku. Ku rasakan diriku dalam keadaan terbaring, dan aku masih menggunakan sepatuku yang memakai hak tingginya 5 cm. Mataku rupanya ditutup oleh sebuah kain, aku meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri. Kira-kira sejam aku terkapar tak berdaya dalam keadaan gelap dan mata yang tertutup, ku rasakan tali-tali yang mengikat di lututku mulai terlepas, baik yang di atas maupun yang di bawah lutut. Tubuhku sudah tidak meronta-ronta karena lemasnya lalu ku rasakan pergelangan kakiku tidak lagi menyatu. Terbuka lebar, namun aku tidak merasakan kebebasan gerak di kakiku karena ternyata masih terikat walau kakiku sudah terbuka.

“mmmmppphhhhh......!!” kurasakan ada yang masuk paksa ke liang vaginaku.

“auwww...!!” jerit batinku mencoba menahan sakit akibat pemaksaan itu. Selanjutnya, yang kurasakan adalah sebuah hubungan seksual. Aku diculik dan diperkosa! Hati dan jiwaku terus menolak pikiranku menerawang dan bayangan suamiku muncul,

“Oh Mas Dandy,...! Ampuni aku, bukan kehendakku, aku diperkosa mas...”

Selanjutnya kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan orang itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelin-jang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih memakai celana dalam.

Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya penculik tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.

“mmmmppphhhh.........eemmmmppphhhh.......” tanpa sadar aku melenguh di balik sumpalanku

Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eemmmmppphhhh....... mmmmppphhhh.............!!”

Penisnya terus di kocok kocokkan ke liang vaginaku kocokan yang berirama, pelan pelan kemudian kencang dan dalam kembali pelan pelan lagi kencang lagi dst. Sambil mengocok ocok, kedua tangannya juga dislusupkan ke balik braku,..

“Mila.... oh Milaa......!” suara itu menguak misteri yang sedari tadi membelengguku, sejenak benakku terkejut! itu suara Syafril yang pernah menjadi pacarku ketika di SMA. Kami terpisah setelah lulus SMA, Mas Syafril meneruskan ke sebuah perguruan tinggi di Jepang dan aku melanjutkan kuliahku di Bandung.. Kami sudah lama tidak contact-contact sampai pada pertemuan kita sore ini. Dari obrolannya Mas Yuyi, panggilan Syafril belum menikah sejak itu dan aku mendapat lamaran dari Mas Dandy dan aku dinikahinya. Aku sempat bercerita bahwa aku menikah dengan seorang penerbang, tadipun dikantor aku mendapat kabar Mas Dandy baru akan pulang hari Rabu atau Kamis depan karena menggantikan rekannya yang ijin tukar jadwal karena menunggui istrinya melahirkan anak pertamanya. Khayalku menerawang jauh sementara diperkosa.

Malam yang sangat melelahkan, aku mengalami orgasme hingga tiga kali. Kelihatannya Mas Yuyie selesai menggarapku, akupun dalam keadaan sangat lemas terikat tak berdaya, tidak dapat melihat dan akupun tertidur.


Kamis 7 Oktober
Aku terbangun, pandanganku masih gelap tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu, setelah tadi malam kakiku terikat dan terbuka.

“eemmmmppphhhhh.......” mulutku masih tersumpal oleh lakban yang sejak semalam menempel di mulutku. Sejenak kurasakan kain yang menutup mataku di buka, Mas Yuyi sudah duduk disampingku dan memanjakanku

“Mila,..... aku mau tinggalkan kamu sendirian di kamarku. Matamu tidak akan aku tutupi, Baik-baik yach disini, jangan nakal aku akan menemui klienku di lobby. Untuk menjagamu tetap merasakan kenikmatan, aku telah sisipkan dildo yang akan bergetar dalam waktu 20 menit lagi dan hanya berhenti jika batere Alkalinnya habis. Kamar ini akan ku pasangkan tanda DO NOT DISTURB, staff hotel tidak akan melanggarnya untuk membersihkan kamarku ini.” Ujarnya sambil menyelimuti aku hingga ke pundakku..

“eemmmmppphhhhh....... mmmmppphhhhhh.....!!” protesku.

Kutatap tubuhku. Aku dapati tubuhku terikat tanpa busana, hanya sepatu dan celana dalamku yang masih nempel. Diujung sana aku melihat tumpukan busanaku, tergeletak disana. Aku memang suka melakukan hubungan seksual dengan suamiku dalam keadaan terikat seperti ini, namun aku paling takut ditinggal sendirian dalam keadaan terikat seperti ini. Mataku tertuju pada jam digital di sisi kananku di bed side table yang menunjukkan pukul 8.30 pagi. Syafrilpun pergi meninggalkan kamarnya setelah memasang tanda DO NOT DISTURB di gagang pintu bagian luar. Tangan dan kakiku terasa tegang, sedikit sakit. Aku juga harus sedikit berusaha bernafas karena lakban yang sedikit menutupi bagian di hidungku. Aku menggerak-gerakkan tangan dan kakiku, berusaha melepaskan diri. Bukannya aku tidak suka diikat, tapi posisi ini sungguh menyiksaku apalagi dilakukan dalam waktu yang tidak sebentar. Tiba –tiba aku terlonjak dan menggelepar-gelepar. Posisi ikatanku membuat tubuhku tidak bisa banyak bergerak. terlalu sibuk merasakan dildo yang bergetar di lubang kenikmatanku.

Aku berusaha mengeluarkan dildo itu dari vagina, tapi hanya sia-sia saja. Aku cuma pasrah saja dan berharap batu baterai dildo bisa cepat habis dayanya. Aku menarik napas panjang, sedikit sulit karena hidungku yang sebagian tertutup lakban. Kelihatannya usahaku ini hanya sia-sia saja karena ikatan di tangan dan kakiku tidak mengendur sama sekali. Aku hanya bisa merubah posisiku yang tadi tengkurap menjadi tidur menyamping. Iseng-iseng aku berteriak, membayangkan adegan aku ditawan, ternyata hanya lenguhan saja yang keluar dari mulutku. Aku masih iseng-iseng mencoba melepaskan diri, harapanku paling tidak ikatan yang menyatukan tangan dan kakiku bisa lepas jadi rada lega. Sesekali aku menghadapkan tubuhku ke sisi kananku,... jam 12.30! sudah 3 (jam) aku ditinggal sendiri dalam keadaan tak berdaya dan mulut dilakban, memang tidak ada gangguan dari luar seperti petugas Housekeeping ataupun yang lainnya. Bagaimana ini bisa terjadi? Yang terakhir aku ingat adalah setelah makan dan menghabiskan minuman tiba-tiba aku merasa pusing... apakah minumanku mengandung obat tidur? Iya,.. aku khan sempat pergi ke kamar kecil untuk cuci tangan sebelum makan...?? Kalau begini aku tidak jadi ke Malang, tadinya aku mau pulang dan memberikan kejutan atas kedatanganku kepada orang tuaku, tapi kini aku di sini terbaring terikat oleh cinta pertamaku yang baru kutemui setelah hampir lima belas tahun... Lelah mengkhayal dan mengenang, aku putuskan untuk tidur saja.

Aku membuka mataku. Waktu menunjukkan pukul 15.48 Ternyata karena terlalu lelahnya aku tertidur dalam posisi terikat erat. Vibrator di vaginaku sudah berhenti bergetar. Entah berapa lama aku tertidur dan berapa lama vibrator itu begetar di lubang kenikmatanku. Tangan dan kakiku terasa tegang, sedikit sakit. Aku juga harus sedikit berusaha bernafas karena lakban yang menutupi hidungku. Aku meronta-ronta, menggerak-gerakkan tangan dan kakiku, berusaha melepaskan diri, sia-sia saja. Tiba tiba kudengar pintu terbuka, rupanya Syafril sudah kembali kekamar, aku pun meronta-ronta menunjukkan bahwa aku ingin dilepaskan dari tali-tali ini. Dengan lembut Syafril mendudukkan tubuhku yang terikat ini,... mataku kembali ditutupnya dengan kain...

“ugh....!” lakban di mulutku dilepaskan

“mas, lepasin dong,... saakiiit!” aku memohon. Di sambut dengan roti yang memenuhi mulutku.

Rupanya aku sedang disuapi makanan,... aku mengunyah secepat yang kubisa supaya aku bisa merayunya agar melepaskan aku lalu kembali mulutku dipenuhi oleh roti berikutnya, sementara mengunyah, kudengar bunyi “creettt....!” mulutku kembali di sumpal lakban.

“Mil,... kamu bilang kamu sudah mengambil cuti untuk ke Malang, nah habiskanlah cutimu bersamaku. Aku masih cinta sama kamu....!” betapa terkejutnya aku mendengar suara mas Syafril mengatakan itu. Hatiku berontak ingin bebas lalu kudengar katanya.

“Hitung, hitung nostalgia sejak pertama kali kamu menjadi tawananku dulu, masih ingat khan...”

Aku menganggukkan kepala, berusaha menjawab pertanyaannya. Masih segar dalam ingatanku, ketika Syafril dan Zainudin mengatakan,

“Mila, si Nia cari kamu tuh.....?”

“Di mana,...” aku balik bertanya

“Sini deh ikut kami,....” ajak Zainudin, segera kutinggalkan ruangan kelasku bergegas mencari Nia yang belum kutemui sepanjang pagi tadi. Nia adalah sahabat baikku, kami satu kelas namun ruang kelas kami terpisah. Aku mengikuti Zainudin masuk ke sport hall di sekolehku, sebuah bangunan besar dengan lapangan bulutangkis dan panggung di ujungnya. “mmmmppphhhh....” ada tangan kuat membekap mulutku tanganku berusaha menarik dan melepastan tangan yang membekapku, sia-sia tangan itu terlalu kuat membekap mulutku, lalu tanganku ditelikung kebelakang dan dengan cepat tanganku sudah terikat ke belakang,... tangan yang membekap mulutku di lepas,... ternyata ada lakban yang menempel dimulutku. Lalu mataku ditutup oleh sebuah sapu tangan. Tubuhkupun dilepaskan,... aku terduduk tak berdaya mata tertutup dengan tangan yang terikat kebelakang dan mulut yang ditempel lakban. Aku melangkah tak berdaya dituntun oleh kedua orang yang menggamit lenganku di sebelah kiri dan kananku. Ku rasakan aku menaiki tangga 4 step dan selanjutnya aku didudukkan di sebuah kursi. Kurasakan tali-tali yang meliliti tubuhku di dadaku yang sedang bertumbuh,.. di lututku dan di pergelangan kakiku, Aku mencoba meronta-ronta, namun tubuhku tak bisa bergerak,... ketakutan menguasai tubuhku dan kemudian aku menangis.

“Mila,... jangan nangis dong, ini aku....!!” kudengar suara Syafril dan kemudian tutup matakupun terlepas.

“eeemmmmppphhhhhh......!!” tangisku. Airmataku di usap oleh Syafril.

“Mila, aku mau bilang aku suka sama kamu,.... kamu cantik dan pintar lagi!” ternyata Syafril menyekapku untuk menyatakan cintanya ketika itu. Berbagai perasaan bercampur aduk dalam diriku.

Rasa takut yang menyelimutiku pelan pelan hilang diganti rasa suka karena ternyata dia yang aku kagumi dan sukai, mengatakan suka padaku.

“Aku mau memintamu jadi pacarku....” lanjut Syafril ketika itu. Tubuhku tidak lagi meronta-ronta seolah pasrah diperlakukan seperti itu.

“mmmmppphhhh.......?” lenguhku terasa sangat jinak terdengar oleh mereka.

“Aku lakukan ini sebenarnya sebagai permainan” ujar Syafril sambil menunjukkan majalah yang menunjukkan gambar perempuan yang sedang diikat erat.

“Aku suka gambar ini, makanya aku suruh Zainudin menjemputmu. Dan aku ingin sekali melihatmu dalam keadaan terikat..” lanjut Syafril.

Aku sudah pasrah ketika Zainudin memotretku dalam keadaan duduk dan terikat. Beberapa photo dibuatnya, ada pula photo aku dengan Syafril yang berdiri di sisiku. Photo yang sempat lama aku simpan di dompet lamaku yang kini hilang kecopetan suatu hari. Itulah kisah pertamaku berkenalan dengan bondage suatu kelainan yang menyenangkan, setidaknya untukku...

“Mila,.... Mila,....!!!” panggilan Syafril membuyarkan lamunanku.

“Kamu mau mandi atau di mandiin...?” tanyanya. Aku menggeleng-geleng. Tanpa mempedulikan jawabanku Syafril melepas sepatuku dan menggunting celana dalamku, lalu menggendongku ke kamar mandi. Tubuhku yang terikat erat ini kemudian diletakkan di bathtub yang penuh dengan air hangat. Lalu aku merasakan tubuhku dipijat-pijat Syafril sambul ‘digerayangi oleh sabun’. Usai mandi, otot ototku terasa lemas,... tubuhku dikeringkan oleh Syafril dan dibopongnya aku ke tempat tidur kamarnya yang besar. Tubuhku ditelungkupkan dan kembali dipijat pijat. Syafril memang pintar memijat. Dalam kenikmatan pijatan itupun aku tertidur dalam keadaan terikat dengan tali yang sudah basah dengan air hangat ketika aku dimandikan.

Aku terbangun, sudah jam 20.30 malam jam digital di sisi tempat tidur menunjukkannya pada penglihatanku. Tubuhku yang tengkurap masih terikat erat. Kurasakan tali-tali melilit di bagian dadaku, bagian atas bawah lututku dan pergelangan kaki. Aku kembali merasakan sepatuku di kaki.

“kenapa sih aku harus pakai sepatu saat diikat,...? kaya mas Dandy aja” pikirku.

Aku berusaha memutarkan badanku supaya bisa terlentang. Ugh... susah payah aku melakukannya. Kini tubuhku terlentang,... tak kulihat mantan kekasihku di kamar itu, dan aku hanya bisa melanjutkan tidurku akibat rasa kantuk yang sangat menguasaiku. Sayup sayup di alam kesadaranku aku merasa sesuatu telah mengikatku di bagian kepala. Ketika aku berusaha bangun, pandanganku gelap. Kudengar ada suara televisi berbunyi dalam ruangan itu. Oh,... rupanya mataku kembali ditutup dengan kain. Aku hanya terbaring pasrah tak berdaya menanti apa yang akan terjadi.

“mmmmppphhhhh......!!” kurasakan ada yang masuk paksa ke liang vaginaku.

“auwww...!!” jerit batinku mencoba menahan sakit akibat pemaksaan itu. Selanjutnya, yang kurasakan adalah sebuah hubungan seksual. Aku diculik dan diperkosa! Hati dan jiwaku terus menolak pikiranku menerawang. Selanjutnya kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan orang itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelinjang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih memakai celana dalam. Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya orang yang menculikku tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.

“mmmmppphhhh.........eemmmmppphhhh.......” tanpa sadar aku melenguh di balik sumpalanku Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eemmmmppphhhh....... mmmmppphhhh.............!!” Penisnya terus di kocok kocokkan ke liang vaginaku kocokan yang berirama, pelan pelan kemudian kencang dan dalam kembali pelan pelan lagi kencang lagi dst. Sambil mengocok ocok, kedua tangannya juga disusupkan ke balik braku,..
“Mila.... oh Milaa......!” suara Syafril penuh nafsu. Tanpa terasa, malam berlalu dengan cepat di antara derita dan nikmat.


Jumat 8 Oktober

Aku terbangun, pandanganku masih gelap tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu, setelah tadi malam kakiku terikat dan terbuka. Hari terulang begitu saja.
“eemmmmppphhhhh.......” mulutku masih tersumpal oleh lakban yang sejak dua malam menempel di mulutku. Sejenak kurasakan kain yang menutup mataku di buka, Syafril sudah duduk disampingku dan memanjakanku. Tidak ada lagi pengalaman baru. Hari irtu berlalu seperti pengulangan hari-hari yang berlalu. Siang aku ditinggal dalam keadaan terikat dengan mata yang tidak ditutup namun mulut dilakban, demikian juga malamnya kembali aku diperkosa oleh mantan kekasihku, Syafril. Derita yang membawa secuil kenikmatan.


Sabtu 9 Oktober

Pagi itu aku terbangun, sinar pagi merasuki pandanganku, tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu, setelah tadi malam kakiku terikat dan terbuka.

“eemmmmppphhhhh.......” mulutku masih tersumpal oleh lakban yang setia menempel di mulutku.

”it’s another kidnapped day....” pikirku.

Tak kulihat Syafril di kamar ini, padahal jam menunjukkan pukul 7.15 pagi. Sepagi itukah Syafril sudah pergi bekerja? Aku ditinggalnya terkapar dan terikat tak berdaya di kamarnya ini, dalam keadaan seperti ini, tidur adalah pilihan terbaik kendatipun aku tidak mengerti mengapa aku semalas ini dan mudah tidur ?

“Mil.. Milaa,...” tidurku terusik dan aku terbangun rupanya Syafril membangunkanku.

“eemmmmppphhhh.....!” jawabanku

“Tenang aja, Mil hari Senin malam aku akan kembali ke Jakarta,.. dan kamu aku bebaskan hari itu!” tutur lembut Syafril sambil melepas pelan-pelan lakban yang membungkam mulutku.

“Mas,... kog Senin mas, sekarang aja. Tanganku pegal-pegal nich, saakiittt....” keluhku tanpa sengaja mataku berair.

“Tanpa sengaja aku membaca sms mas Dandy yang masuk tadi malam, katanya dia pulang Rabu dengan penerbangan malam... aku jawab saja. Ok mas, hati-hati yaa, gitu” aku Syafril padaku.

“Mas Yuyie, tapi khan aku harus kerja hari Senin mas,...!?” protesku dengan suara yang lemas. Lemas dan lelah karena terikat erat selama hampir 3 hari. Aku melirik jam menunjukkan pukul 17.56, ternyata hari sudah sore.

“Aku sudah sms ke bossmu dan Vita asistenmu,... kamu sudah ijin sakit, Mila...” jelas Syafril. Rasa putus asa menyelubungi sekujur tubuhku. Bayanganku hari ini Syafril akan membebaskanku dan aku akan pulang dengan menyimpan trauma (kenangan) baru sebagai ‘korban penculikan’ ternyata aku masih dalam keadaan terikat di sini.

“Sudah ya,... aku mau mandi dan ganti baju,... kamu tidak boleh melihat...” gurau Syafril sambil menutup mataku dengan saputangan merah,...akupun pasrah memejamkan mataku dan terikatlah mataku. Namun, mulutku dibiarkannya tidak tersumpal lagi oleh lakban. Beberapa saat aku terdiam, ketika aku kehilangan rasa di tanganku yang terikat.

“Mas Yuyie,... Mas,.. lepasin dong, sakit nich....!” keluhku tak ada suara menjawabku, hanya suara air yang mengalir, rupanya Syafril masih di dalam kamar mandi. Tubuhku lemas, aku kehilangan rasa di tanganku yang terikat ke belakang. Pergelangan kakiku terasa kaku dan sakit akibat tali-tali yang lama mencengkeram di kulitku. Aku dibiarkan terkulai lemas di atas tempat tidur, tanganku yang terikat erat mulai terasa sakit sekali, pegal, kesemutan. Kedua lenganku terasa kaku dan mati rasa.

“Mas Yuyie,... Mas,.. lepasin dong, sakit nich....!” sekali lagi aku mencoba berharap kebebasanku ketika kudengar suara pintu. Namun bukan kebebasan yang kurasakan, tapi kelihatannya aku diminumkan sesuatu oleh Syafril, sehingga rasa pening membuatku tidak sadarkan diri.

Ketika aku sadar, kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan orang itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelinjang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih memakai celana dalam. Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku

“Ugh..... aarrrgghhh...... maaasss.... mas yuyie......jangaaannnn maaasss...... aaarrrggghhhh...... eemmmhhh” seruku dalam derita.

Aku semakin tak kuasa menahan diriku, aku terangsang hebat klitorisku dikulum disedot sedot.
”wow enak sekali........!” batinku, rupanya mas Yuyie telah meminumkan obat perangsang sehingga aku tidak lagi merasakan kesakitan tetapi rangsangan yang luar biasa menghadirkan kenikmatan
Kurasakan ada jari tangan di masukan ke lubang vaginaku mencari G-Spot.Klitorisku terus dikulum dan di sedot sedot sementara dua jari tangannya digerakkan keluar masuk liang vaginaku.

“eemmhhh.......aaarrrggghhhh.........aaauuuuwwww....” keluar suara dari mulutku tanpa sadar entah itu nada nikmat atau nada derita. Aku semakin menggelinjang hebat, kedua tanganku meronta-ronta keras dan merasakan betapa tidak berdayanya aku.

Tangannya juga sesekali meremas payudaraku dan memilin milin puting susuku bergantian kanan dan kiri.

“eemmhhh.......aaarrrggghhhh.........aaauuuuwwww....!!” teriakku penuh kenikmatan.

Akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya Syafril tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat. Lalu pelan-pelan kurasakan penis masuk ke dalam vaginaku yang sudah membasah

“Aarrrgghhh...... mas yuyieee......aaarrrggghhhh......eemmmhhh” Aku semakin tak kuasa menahan diriku, aku terangsang hebat klitorisku dikulum disedot sedot. Kurasakan kakiku yang dibiarkan bersepatu tidak terikat lagi, hanya mataku yang tertutup, dada dan tanganku yang masih terikat erat ke belakang.

Malam itu Syafril memperkosaku lagi dengan cara yang lebih hangat dan menghadirkan kenikmatan bagi tubuhku yang terikat erat dan mata tertutup ini.

Mataku rupanya ditutup oleh sebuah kain, aku meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri. Kira-kira sejam aku terkapar tak berdaya dalam keadaan gelap dan mata yang tertutup, ku rasakan tali-tali yang mengikat di lututku mulai terlepas, baik yang di atas maupun yang di bawah lutut. Tubuhku sudah tidak meronta-ronta karena lemasnya lalu ku rasakan pergelangan kakiku tidak lagi menyatu. Terbuka lebar, namun aku tidak merasakan kebebasan gerak di kakiku karena ternyata masih terikat walau kakiku sudah terbuka.

“mmmmppphhhhh......!!” kurasakan ada yang masuk paksa ke liang vaginaku.

“auwww...!!” jerit batinku mencoba menahan sakit akibat pemaksaan itu. Selanjutnya, yang kurasakan adalah sebuah hubungan seksual. Aku diculik dan diperkosa! Hati dan jiwaku terus menolak pikiranku menerawang dan bayangan suamiku muncul,

“Oh Mas Dandy,...! Ampuni aku, bukan kehendakku, aku diperkosa mas...”

Selanjutnya kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan orang itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelin-jang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih memakai celana dalam.

Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.

“mmmmppphhhh.........eemmmmppphhhh.......” tanpa sadar aku melenguh di balik sumpalanku
Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eemmmmppphhhh....... mmmmppphhhh.............!!”

Penisnya terus di kocok kocokkan ke liang vaginaku kocokan yang ber-irama, pelan pelan kemudian kencang dan dalam kembali pelan pelan lagi kencang lagi dst. Sambil mengocok kocok, kedua tangannya juga dislusupkan ke balik braku,.. “hmm,.. rupanya ini gaya khas Syafril yach,...” aku mengambil kesimpulan.

“Mas Yuyie,... jangaann....,!!” berbarengan dengan itu tanpa sungkan-sungkan Syafril menyemburkannya cairan spermanya ke liang vaginaku.

“Maaasss.... aku takut!” ketika kami terbaring lemas. Syafril tidak menjawabku mungkin dia sudah tertidur, sementara mataku masih tertutup namun kakiku tidak diikat. Maksudku aku takut hamil. Aku dan Mas Dandy belum dikaruniakan anak meski kini hampir 15 tahun kami menikah. Dokter sudah memeriksa organ produksi kami namun kami tidak mengetahui siapa di antara kami yang mandul.

Ingin aku beranjak dari sisinya, namun kendati aku bisa berjalan tapi mataku tidak dapat melihat, aku takut menabrak tembok atau terjatuh. Kendati demikian, berhasil bangkit lalu aku mencobanya, dengan menggunakan kakiku meraba-raba sekelilingku. Lima enam langkah aku berjalan, rasanya sudah mendekati pintu,.. tiba tiba tubuhku terangkat dan aku merasa dibopong kembali ke tempat tidur, lalu kakiku kambali diikatnya menjadi satu. Pupuslah harapanku untuk bebas dari kamar tempat aku disekap. Aku terbaring terlentang dan berpikir untungnya aku di temukan Syafril sebelum aku keluar karena tindakan nekad tadi aku tidak memikirkan keadaan yang hanya bersepatu dan memakai bra, tanpa celana dalam sekalipun. Lelah setelah diperkosa akhirnya aku tertidur.


Minggu 10 Oktober

Seperti pagi-pagi sebelumnya, pagi itu aku terbangun, sinar pagi merasuki pandanganku, tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu.

“eemmmmppphhhhh.......” mulutku masih tersumpal oleh lakban yang sejak semalam menempel di mulutku. Sejenak kurasakan kain yang menutup mataku di buka, Mas Yuyi sudah duduk disampingku dan memanjakanku

“Mila,..... aku mau tinggalkan kamu sendirian di kamarku. Matamu tidak akan aku tutupi, Baik-baik yach disini, jangan nakal aku akan menemui klienku di lobby. Untuk menjagamu tetap merasakan kenikmatan, aku telah sisipkan dildo yang akan bergetar dalam waktu 20 menit."

Hari Minggu ini tidak ada lagi pengalaman baru, namun berlalu seperti pengulangan kemarin. Siang aku ditinggal dalam keadaan terikat dengan mata yang tidak ditutup namun mulut dilakban, demikian juga sorenya ketika Syafril kembali aku diperkosanya.


Senin 11 Oktober 

Pagi itu aku terbangun, sinar pagi merasuki pandanganku, tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu. Aku bangun pagi itu dengan secercah harap akan kebebasanku. Aku dikejutkan oleh sapaan Syafril yang telah menyimpan nomor handphonenya kedalam handphoneku. Dan sore ini dia akan berangkat kembali ke Jakarta.

“Mas, kapan mau lepasin aku,....?” pertanyaanku terdengar pasrah. Kini mataku dan mulutku tidak tersumpal atau tertutup. Aku lihat Syafril sibuk mengambil photoku yang terkapar dan terikat. Tiba tiba dia mendekatiku dan mengecup kepalaku, sambil mengaku.

“Mila,... aku masih cinta sama kamu, walaupun kamu sudah menikah sama Dandy, aku masih berharap padamu, paling tidak aku menikmati hari-hari bersamamu...” tali di kakiku pun dilepasnya, aku menunggu saat dia melepaskan tali-tali yang membelengguku.

“Alhamdulillah...” gumamku ketika tanganku sudah bebas sambil kuusap-usap bilir-bilur di pergelangan tanganku.

“Mandi gih sayang.....” sambut Syafril sembari melemparkan handuk besar, yang langsung kupakai membungkus tubuhku yang tak berbusana. Segera aku melepaskan sepatu yang kupakai dan aku melangkan menuju kamar mandi, aku akan berendam air hangat mengembalikan seluruh fungsi yang ada ditubuhku. Siang itu hanya tanganku yang kembali diikat, lalu aku digarap oleh Syafril seperti biasa setelah berhari-hari aku diculik.

Sore jelang malam itu Syafril berangkat, setelah melepaskan tali yang mengikatku, aku kembali ke rumah menggunakan taxi dari hotel. Dibekali tas yang isinya belanjaan pemberiannya. Rupanya Syafril menyempatkan diri belanja, membelikanku baju-baju dan sepasang sepatu buatku selama aku disekapnya. Minahpun menyambutku, sepengetahuannya aku baru pulang dari Malang, padahal aku baru bebas dari sebuah "penculikan yang romantis". Aku kembali ke rumah dengan diselimuti rasa takut karena aku telah berhubungan sex dengan mantan kekasihku. Ku buka semua belanjaanku, ada sepatu dan blus-blus,... model kerah shanghai, sepatu tipe sepatu sexy istilah yang kuberikan pada tipe sepatu kesukaanku. Adalah sepatu yang kupakai ketika aku diikat dulu ketika SMP olehnya.
Tak sengaja aku mengecek handphoneku melihat sms-sms yang tak pernah kulihat sejak aku diculik mas Syafril,dia menjawan semua sms yang masuk untukku dengan baik dengan bahasaku karena dia sangat mengerti aku. Lalu kelihatannya ada sms lama yang masuk :

”Aku akan menculikmu saat suamimu pergi aku membiusmu lalu mengikat tanganmu kebelakang dan juga mengikat kakimu dan kamu aku letakkan dalam bagasi mobilku dan kaburrr.. ..Sesampainya dirumahku aku bopong kamu kekamarku, membiarkan kamu terikat dan disumpal mulutmu tapi kamu akan ku sayang sayang, kamu kujadikan ratuku (yang terikat)” ternyata dari Syafril.

==oo0oo==