Rabu, 20 Maret 2013

Terjebak Dalam Ketidakberdayaan


Namaku Melany, usiaku masih 19 tahun. Aku mahasiswi semester I Fakultas Ekonomi Universitas terkemuka di pusat Jakarta.Sahabat-sahabatku suka memanggilku “Fitri”, kata mereka aku mirip Shireen Sungkar, pemeran Fitri dalam Sinetron Cinta Fitri.

Hari Kamis ini aku punya janji menemui pengusaha muda, dalam rangka wawancara menyelesaikan tugas akhir semester pertama yang diberikan dosen kepadaku. Ini adalah hari Jumat, hari itu aku berpakaian rapih, blus pink tanpa kerah dengan kancing berwarna emas berjejer dari atas ke bawah dengan rok dibawah lutut yang sewarna, aku mengunjungi bapak Alvin Wijaya, yang kukenal ketika bulan lalu aku menjadi SPG kendaraan Eropa yang mewah di sebuah mall. Kini aku berada di ruang kerjanya. Pak Alvin adalah pengusaha muda yang ganteng menurutku sehingga aku sering curi pandang melihat mimik wajahnya. Aku seperti terhipnotis ketika Pak Alvin berdiri menarik tanganku kebelakang dan mengikatku di kursi tempat aku duduk berseberangan dengan mejanya. Masih tidak sadar apa yang terjadi, tahu-tahu kakiku sudah terikat menyatu



“Pak Alvin,....Kenapa kog saya diikat begini?” tanyaku dengan sopan campur heran ketika menyadari tangan dan kakiku sudah terikat begini.

Pak, apa yang bapak lakukan? Jangan paaeemmmpphhhh....! belum selesai kata-kata itu terucap sebuah lakban berwarna abu-abu perak telah menempel di mulutku, mulutku dibekapnya sehingga lakban abu-abu perak itu merekat dengan pasti di mulutku

eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....! lenguhan yang masih bernada sopan

“Aku pergi dulu ada meeting diluar sampai jam 17, nanti kita lanjutkan wawancaranya” jelas Pak Alvin terburu-buru sambil beranjak dari ruangannya. Di luar ruangan tak ditemukan sekretarisnya, Ia menunggu sebentar lalu dikatakan ke sekretarisnya,

“Ruangan saya kunci, saya tidak mau ada yang masuk...” Via sekretarisnya menyanggupi, dia paham pesan Pak Alvin jika mejanya penuh dokumen rahasia, meski Via punya kunci cadangan, Via tentu tidak berani membuka kamar bossnya.Sementara di dalam ruangan Pak Alvin
“eeemmmmppphhhh......mmmmppphhhhhh.....!!” Aku duduk terikat sendiri, tanganku terikat kebelakang, kakiku juga terikat menyatu, mulut dilakban dan mataku ditutup. Aku bertemu Pak Alvin untuk ngobrol saja tiba tiba tanpa sadar dia mengikat tangan dan kakiku, belum habis terkejutku, mulutku sudah dilakban, Pak Alvin pamit mau pergi dan menutup mataku serta meninggalkan aku disini diruang kerjanya... Aku berharap ada jika orang masuk, dan membebaskanku.

“eeemmmmppphhhh......mmmmppphhhhhh.....!” aku harus melepaskan tali-tali yang mengikatku, aku tidak mungkin menunggu, pak Alvin membebaskanku, aku meronta ronta semakin hebat.

“eeemmmmppphhhh.....” Sudah 2 jam aku ditinggal terikat begini, tanganku lemas, pegal dan kesemutan tak berdaya.

“eeemmmmppphhhh......!!” aku mengatur nafasku dalam dalam.

Ugh, hasil meronta hanya bisa melepaskan ikatan yg menutup mata, rupanya kain yang diikatkan ke mataku tidak tersimpul erat, ku lihat ruangan pak Alvin gelap jelang senja, aku masih terikat sendirian dalam ruangan ini mmmmppphhhhhh.....!!! Mataku tertuju pada jam digital di ruangan pak Alvin 18:27

'Pak Alvin, katanya kembali jam 17 ini lewat jam 18...' batinku,

“eeemmmmppphhhh......!” waktu telah menunjukkan 18:52 saat kudengar pintu terbuka

“Aku sudah pulang nihh.. maaf aku terlambat..”

“Melany, Kamu nggak nakal kan?” itu suara pak Alvin

“eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....” lenguhku tetap bernada santun

“Mau ngomong yaa kamuu?” sahut Pak Alvin sambil membelai-belai rambutkuyang panjang

“eeemmmmppphhhh..” aku berusaha menyahut

“sebentar yach.... “ CREETTT lakban dilepasnya

“Kenapa Mel? Lama ya nunggu aku?”

“Pak Alvin... Lepasin pak, saakiitt...” aku memohon

”Mau dilepasin, nanti kamu kabur gimana kalau aku lepasin?”

“Pegel banget Pak.... “ suaraku terdengar memelas

"Oh ya, tapi kamu cantik deh kalau terikat begini.....” ujarnya, aku bingung dengan pujian seperti ini

“Tapi pak, aku mesti pulang pak..”
“Lepasin aku.....pliiisss” aku memohon dengan sangat

“Kalau aku tidak mengijinkan kamu pulang gimana dong?” godanya

“Jangan pak......” tak terasa mata ini basah

“Tenang sayang.. Kamu aman kog di sini....” suara lembut Pak Alvin sambil mengusap air mataku

“Kamu belum makan khan? Pasti lapar deh”. Pak Alvin menyuapkan makanan yang dibawanya padaku.

“Kamu dari tadi ketakutan yaa?"

“banget dan Laper juga.... “

“Kenapa kamu takut begitu Mel? Khan ruangannya terkunci, dan nggak mungkin ada org yang masuk.

Sesendok demi sesendok Pak Alvin menyuapi aku makanan

“Hmm....” sahutku

“Kenapa?” tanya pak Alvin yang sedang membelai-belai aku

“Lepasin pak, saakiitttt....nanti boleh deh diiket lagi” tuturku pasrah karena pegel banget ingin dipijit dulu tetapi

“Mau di lepasin? Bentar bentar.. “ tiba-tiba mulutku kembali di plester lakban

“waktumu dilepaskan belum tiba sayang..” kata Pak Alvin

“eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....!!! aku meronta ronta hebat

“Ehm.. Mau aku bius ajaa?” ancamnya

“Jangan nakal yaa melany sayang..nanti aku bius nihh.. Mau?”

“eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....!!!
“ eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....!!!” tentu saja aku menolak

Lalu tangan Pak Alvin membekap mulutku dengan sapu tangan. Bau itu melemahkan syarafku dan aku tak sadarkan diri.

Pakaiankupun diganti dengan gaun pesta yg cantik dan berwarna putih.. Aku merasa seperti seorang putri yg terikat dalam ketidakberdayaannya.. Sesampainya di apartment ikatankupun dilepaskan sejenak dan pak Alvin kembali mengikatnya di sebuah kursi.. Tangannya terikat ke belakang.. Dan kedua kakinya diikat menjadi satu.. Juga kakinya diikat di bagian paha sehingga dirinya terlihat begitu seksi.. Kali ini mulutnya tidak di lakban hanya di tutup dengan kain berwarna putih sehingga wajahnya tetap cantik dalam ketidak-berdayaannya.

“eeemmmmppphhhh......!” ketika aku mulai siuman malam itu aku mendapati diri tangan terikat kebelakang, masih bersepatu putih yang dipakainya sejak pagi dan terkejut dengan gaun putih yang dikenakan...

“eeemmmmppphhhh......!” disisinya dilihatnya Alvin pulas, dimana aku berada, aku benar benar diculik..!" pak Alvin pun masih tertidur dengan nyenyaknya.
Hanya menggerakan tubuhnya ke arahku.. Namun matanya masih terpejam.

“mmmppphhhhh.....” aku meronta Pak Alvin pun mulai sedikit tersadar.. Melihat aku terikat tak berdaya layaknya seorang putri yg tak berdaya..

“mmmpppphhh.. eemmmppphhhh.....!!”.

Aku masih saja berusaha mengeluarkan suara.. Aku bingung, baju siapa yang dipakaikan padaku, ukurannya pas dengan tubuh mungilku, gaun putih bak cinderella dengan kancing yang menghias dan berbaris manis dari atas ke bawah.

“eeemmmmppphhhhh!!! Apa yang terjadi pada diriku? batinku bertanya-tanya

Pak Alvin pun tersadar dan mulai terduduk sambil menatapku, aku masih meronta-ronta dengan tenaga yang ada.. Sayang semua ikatan itu terlalu erat..

“eeemmmmppphhhhh.....eeemmmmppphhhhh!!! protesku karena dari pagi gak dilepas-lepas

Pak Alvin pun mendekatiku dan merapikan poni rambutku ke atas alisku dan terlihat diriku begitu cantik menurutnya.

“Gimana sayangku tidurnya? cukup lama khan waktu kamu istirahat?"

“eeemmmmppphhhhh!!! istirahat? Pikirku tanganku udah mati rasa nich

“Iya iya aku lepasin mulutmu ya biar kamu bisa ngomong..” janji Pak Alvin

"Pak Alvin, lepasin dong, saakkiitt nich... please” mata tak terasa mulai berlinang

“Cup cup cup.. Jangan nangis dong Melany..” bujuk pak Alvin, aku yang sudah di dandani hingga begitu cantik katanya mulai mengeluarkan air mata..

“aduuuhhh pegel nich.......” keluhku

”Ok.. Kalau aku lepasin kamu nggak akan kabur yaa? Pak Alvin kendorin sedikit d ikatannya..”

“eh eemh” gelengku

Pak Alvin tidak tega, dia melepaskan tali yang mengikatku, namun tanganku masih lemas, ternyata pak Alvin mengikat tanganku ke bagian kepala tempat tidur, menyatu...

“Pak Alvin,...!!?!” tegurku menahan kesal

“eemmmmppphhhh.......” dalam sekejab mulutku dilakban lagi

“eemmmppphhhhh” pak Alvin pun kembali mengikat kaki ku ke tempat tidur seraya mengambil kamera dan mengabadikan foto-fotoku dalam keadaan terikat..

“eeemmmmppphhhh......!” aku berusaha menyembunyikan wajahnya karena malu diphoto dalam keadaan itu pak Alvin kemudian mendekatiku dan kurasakan belaiannya.

” eeemmmmppphhhh......!”

“Bagaimana perasaanmu sekarang? Lebih baik dari tadi kan?” pak Alvin pun mengecup bibirku yang tertutup lakban..

“Sekarang aku ikat kamu kembali di kursi ya” Akupun kebingungan..

"aku mau diapain lagii??"

“eemmmmppphhhh......eemmmmppphhhh......!

“Sudahlah kamu baik baik yaa malam inii.. “

Akupun hanya bisa protes menatap diriku yang menurut pak Alvin begitu cantik dengan make up dan baju pestaku kembali terikat tak berdaya..

“Ssssstttt.. !! Selamat istirahat Melany, simpan tenagamu untuk besok, apa mau di bius lagi untuk malam ini?” Wajahku menggeleng geleng menolak

“eemmmmppphhhh...... eemmmmppphhhh......!”

Dan kemudian creeettt,, pak Alvin mengikat bagian perutku yang terbalut ikatan dari gaun pesta dengan lakban perak dan dihubungkan ke kursi.. Sehingga pergerakanku menjadi terbatas dan tidak bisa beranjak dari kursi..

“eemmmmppphhhh......!”

“Kenapa protes ya? Rambutku di belai belai.. Selamat istirahat putri cantik.” ucapan selamat tidur untukku.

Di dalam ketidak berdayaanku aku bingung, ceritanya mau mencari rahasia keberhasilan pengusaha muda seperti pak Alvin, namun baru beberapa pertanyaanku dijawab, tiba-tiba dia pergi setelah sebelumnya mengikatku, apa maksudnya ? aku tidak habis pikir.

Hari ini hari Jumat, sudah 2 hari aku diculik pagi itu pak Alvin pun bangun.. Setelah bersiap untuk segera pergi pak Alvin ke kamar tempat ia meyekap Melany yang masih tertidur manis dengan gaun pestanya yang indah..

Setelah memastikan aku tetap terikat Pak Alvin pun pergi meninggalkanku di apartemen nya dan memasang kode don't disturb..

“eemmmmppphhhh......! teriakku ternyata Pak Alvin mendengar suaraku yang sudah sedikit tersadar..
Pak Alvin pun kembali masuk ke ke dalam apartemennya dan masuk ke kamar di mana aku disekap..

”eemmmmppphhhh......! eemmmmppphhhh......! pak Alvinpun melepas lakban yg sdh menempel dimulutku sejak semalam

“Pak Alvin, bukain...saakiiitt!

“Bukain apa Mel? Iketannya yaa?” pak Alvin hanya mengendurkan ikatan tangan dan kakiku kurasakan aku bisa sedikit leluasa bergerak..

“Kenapa pak Alvin menculik saya,.....?” tanyaku frustasi namun tidak digubrisnya.

“Gimana Mel? Sudah lebih baik kan?” pak Alvin pun keluar sebentar dan memgambil makanan lalu akupun disuapinya makan, aku menikmati makanan dengan baik dan tidak berusaha melawan saat disuapi makan..

“Paak, aku mau pipis....” pintaku

“Mau pipis?” sahut pak Alvin

Pak Alvin melepaskan ikatanku ke kursi lalu membopongku ke toilet . Gaun pendekkupun sedikit di singkap dan celana dalamku diturunkan, pak Alvin keluar dan membiarkanku di dalam toilet sejenak
Tanganku masih terikat kebelakang kaki masih terikat bersepatu putih

“Sudah Mel...?” suara dari luar setelah selesai pak Alvin pun kembali mengikat pahaku menjadi satu sehingga konon aku terlihat semakin seksi, aku pun dibopongnya dibawa kembali ke ruangan tempatku disekap

Pak Alvin pun pamit harus pergi karena urusan tertentu dan baru bisa pulang nanti siang..

Seperti biasa aku terikat di kursi setelah sebelumnya pak Alvin mengambil lakban perak dan creeettt mulutkupun kembali dilakban dan matanya juga ditutup oleh kain berwarna putih..

“Sampai nanti siang..Jangan nakal ya..” suara Pak Alvin ku dengar


“ eemmmmppphhhh......! eemmmmppphhhh......! eemmmmppphhhh......!” Aku cemas ditinggal dalam keadaan terikat begini, seperti kemaren walau mata masih mengantuk, merasa simpul ikatannya dikendorkan aku terus berusaha melepaskan diri meronta ronta

“eemmmmppphhhh......!” aku tak lelah meronta, mencoba melepaskan diri....

Beberapa jam kemudian...

“Hi Melany..kamu nggak nakal kan?
“ eemmmmppphhhh......!” jawabku sekenanya

“Sabar dong sayang.. mau cepat cepat dilepasin yaa, apa kamu mau ngomong?

“eemmmmppphhhh....”
tatapan mataku seolah menunjukkan bahwa aku ingin mengatakan sesuatu..

“eemmmmppphhhh.....” lakbanku dilepas pak Alvin lagi lagi mengelus wajahku

“Kamu ngapain aja Mel...? Capek yaa? Aku baru pulang nih” katanya

"Pak Alvin.... Bukain, saakkiittt" suaraku melemah

“ Iyaa....”

”Bukain apanya Mel, bajunya?”

“Talinya..”
aku menahan kesal karena dipermainkan

“Tali yang dimana? Tangan apa kaki?”
pak Alvin semakin menyebalkan

“ Semua.. Lepasin dong.... diiket terus ga bisa lepass... addu..uuhhh......tanganku lemes banget Pak,..”

“ Lemes ya? Kaciaaan,Iyaa sih wajahmu keliatan pucat”
sahutnya

“Bukain dong” desakku

“Ehm.. Ada syaratnya.. kalau aku bukain kamu mesti dandan yang cantik yaa? Aku bukain ikatan tangan kamu nihh nanti...”

“Iyaa”
jawabku

“Kakiku juga?” tanyaku lagi

"Nggak.. Kakimu aku tetap ikat jadi satu” tegasnya untuk memastikan aku nggak akan kabur

“Aaahhh....aku mau kabur gimana lagi lemas begini Pak?”
“Ehm... Bukain nggak yaa?? Sebentar dulu aku makan dulu sambil aku pikirkan.." sementara ikatan tangan dan kakiku masih belum dibuka..dan Pak Alvin kembali secara menyebalkan memplester mulutku sementara waktu

“eemmmmppphhhh......!!!” aku marah di sumpal lagi. Tatapanku yang marah justru membuat Pak Alvin mengancamnya..

“Apa mau aku bius ? Diam dulu yaa kamu..” ancam Pak Alvin

“eemmmmppphhhh......!” sahutku tak berdaya

Pak Alvin segera makan dan membiarkanku yang tampak sedih dan jengkel..

“ eemmmmppphhhh......!“ pak Alvin pun menyalakan televisi di depanku..

Rupanya diharapkan aku bisa melupakan sedikit keadaanku yang tak berdaya tersebut sementara TV sedang menyiarkan sinetron adegan artis Donita dalam penculikan.... Aku merasa senasib, serasa ada dalam sinetron itu..

“eemmmpphh”

“Ssssttt.. Mau ngomong apa kamu Mel? Kog nggak jelas gitu ngomongnya?”

Pak Alvin pun sedikit meledekku yang tidak bisa bicara karena rekatnya lakban perak

” eemmmmppphhhh......!” akupun protes karena merasa kesal.. Tapi ada daya.. aku tetap hanya bisa mengeluarkan suara eeemmmmppphhh

Aku Melany, seorang gadis remaja temanku bilang aku cantik mirip Shireen Sungkar kini aku yang terikat terlihat begitu cantik di mata pak Alvin dengan wajahku menunjukkan hasrat kuat dilepaskan

“ mmmpphhh....” Keringat mulai membasahi tubuhku

“eemmmmppphhhh......!”


Setelah selesai makan pak Alvin pun memanggil suster khusus untuk merawat dan memandikanku..

Aku masih protes dan meminta untuk dilepaskan. Setelah selesai tanganku kembali diikat ke belakang.. Tapi tidak dengen ikatan yg terlalu kencang agar aku bisa beristirahat sedikit, sebelumnya aku kembali dipakaikan gaun pesta hitam dengan lilitan pink di bagian pinggang. suster memakaikan stocking hitam kemudian memakaikan sepatu putihku sehingga sepatuku semakin kontras diatas stocking hitam. Aku merasa akan kembali di dandani oleh juru rias yang sudah dipanggil oleh pak Alvin..

“eemmmmppphhhh...... eemmmmppphhhh......!”
Wajah ku diberi foundation, kemudian bersihkan dengan masker dibedakin pakai eye shadow agak tebal, sementara aku lihat pak Alvin mengawasiku sambil terkantuk kantuk, aku dipakaikan maskara dan lipstik,

"mbak buat apa di lipstikin ntar juga ditutup lakban"
kataku, juru rias itu diam dan memakaikan aku lipstik mahal yang tak mudah luntur.

“ting....tong,....!!!” bunyi bell

“Pak...”. Aku membangunkan pak Alvin hanya dengan suara lembut, tangan dan kakiku terikat dan juru rias sudah lama menginggalkanku.. Pak Alvin bangun dan melakban dan membiusku lalu dimasukkan nya ke sebuah lemari

****

Aku siuman, mendapati diriku di ruangan gelap,... Di atasku baju baju bergantungan... Oh aku dalam lemari !? Aku berusaha bangkit susah payah. Ketika aku berhasil berdiri diatas kedua kakiku lalu aku mencoba mendorong pintu dengan bagian atas tubuhku, klek, pintu lemari terbuka.... Aku ingin keluar tetapi untuk melompat aku tidak yakin karena aku bersepatu highheel, yang sering kusebut sepatu sexy.

Setelah cukup seimbang, aku pun mencoba melompat keluar lemari hop! Berhasil,... mmmpphhhh! Rupanya latihan yoga yang biasa kulakukan membuat tubuhku tetap seimbang dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan tubuh seperti ini.. Hop lompatan kedua lalu aku melihat kondisi ruangan gelap yang mendapat sinar dari penerangan jakarta dan lampu-lampu gedung tinggi.

Ternyata ini adalah kamar tempat aku disekap, masih terlihat sebuah kursi kantor yang masih berlilit tali, tempat tadi malam aku 'tidur' di sana.. Hop! Aku melakukan lompatan lebiih jauh ke arah jendela. Memang aku ingin berdiri depan jendela berharap keadaanku ditemukan tetangga pak Alvin di apartemen, hop aku sampai di depan jendela, kulihat kekiri di teras sebelah ada seorang bapak dan ibu sedang berbincang bincang. Aku gerak-gerakkan tubuhku mereka tidak melihat kendati malam ini termasuk terang di luar sana,...baru kusadari, aku memakai gaun tank top warna hitam..Hmm dengan begini yang terlihat cuma tali putih yang melintas dibagian atas dan bawah payudaraku..

“.mmmmppphhhh.....!!

Aku pun berbalik badan 'sia sia...' pikirku dan hup! Beberapa kali lompatan kecil sampailah aku di pintu kamar tempat aku disekap. Kuputar tubuhku dan dengan tangan yang terikat kebelakang, aku berhasil membuka pintu kamar itu

“mmmmppphhhhh...”

Hop! Beberapa lompatan membawaku ke dapur, aku mencari pisau atau benda tajam yang bisa membantu membebaskan diriku yang terikat ini....

“Ugh....ugh....ugh....!” perlahan namun pasti tali-tali di tanganku teriris dan akhirnya putus! Lalu aku kembali meronta-ronta melepaskan tali yang sudah terputus,...

Lima menit,.... sepuluh menit.... berhasil!! Tali-tali yang mengikat tubuhku terlepas. Pelan-pelan aku melepaskan kain yang mengikat mulutku ke tengkuk. Ugh,... tangan ini lemas sehingga butuh sepuluh menit untuk mengembalikan tenagaku, dan lepas, kemudian aku merunduk dan dengan bantuan pisau aku berhasil memotong tali yang mengikat kakiku. Aku bebas,.... sebelum aku kabur dari apartemen ini aku masuk ke ka-mar pak Alvin, dan kutemukan tas tanganku, periksa dulu isinya dan dompetku ada dengan sisa uang Rp 80.000,- aku bergegas membuka pintu apartemen dan keluar, aku melangkah memencet tombol lift.

“Seventeen Floor....” lift itu berbicara dan pintu terbuka saat keberuntungan belum memihak kepadaku ketika aku melihat pak Alvin dan kedua orang pengawalnya keluar dan......

“Melany,....!! kamu mau kemana??” aku dikejutkan dengan wajah pak Alvin di hadapanku. Tangan kiri dan kanan sekejap diapit oleh kedua pengawal itu dan dengan setengah terangkat dan bergantung mereka menyeretku masuk ke apartemen kembali.

“Ugh.... lepaskan!!” aku melawan

Lalu dengan menahan amarah pak Alvin menempelkan saputangan ke hidung dan mulutku,... bau yang melemahkan syaraf membuat aku tak sadarkan diri.

***

“eemmmmpphhh....!” aku sadarkan diri dan mendapatkan diriku yang kembali terikat, eemmhh lenguhku kecewa, seandainya tadi bukan pak Alvin yang keluar dari lift, pasti ceritanya lain, saat ini semestinya aku sudah kembali ke kost-kostanku, berbaring atau berendam air hangat melepas penat dan pegal berhari-hari diculik dan diikat oleh pak Alvin narasumber yang aku kenal ketika aku menjadi SPG yang berhasil menawarkan mobil eksklusif untuknya. Aku ingat waktu itu pak Alvin yang ganteng ini memberikan kartu nama kepadaku sambil berucap

“Main-main yach ke kantor...” ajaknya dan itu adalah kunjungan pertamaku memanfaatkan hubungan kenal dengan pak Alvin yang membeli mobil yang aku tawarkan dulu. Karena transaksi itu aku kebagian bonus yang lumayan besar diluar honorku sebagai Sales Promotion Girl. Oh ternyata aku berandai-andai, dalam kegelapan ku tatap tubuhku yang berbalut gaun pesta rok mini terikat tergantung di langit-langit sebuah kamar dalam apartemen pak Alvin.

“eemmmmpphhh.... eemmmmpphhh!!” aku meronta-ronta mencoba lepas dari lilitan tali yang mengikatku namun apa yang terjadi, tubuhku terayun ayun dan rasa takut jatuh menghampiriku, aku berusaha menghentikan gerakan rontaanku, sungguh takut jatuh!

Ruangan itupun gelap, lampu dimatikan.. sementara rasa takut jatuh dan bingung menghentikan rontaanku waktu menunjukkan pukul 21.13 tergantunglah aku tak berdaya terikat, mulut dibekap kain putih dengan gaun tank top hitam dan stocking seksi nya.Pintu ruangan aku disekap, terbuka

"Awas kalau kamu melakukan hal seperti itu lagi" terdengar ancaman dari pak Alvin

“Mmpphh” aku mengangguk lemah kapok ! penuh sesal sudah cape cape lompat lompat ke dapur, berhasil melepaskan ikatan, keluar lalu tertangkap tepat di depan lift.... jika dipikir-pikir salama aku disekapnya, aku diperlakukan baik olehnya, aku mengingat kebaikan pak Alvin selama menawanku, pak Alvin juga kurasa cukup sayang padaku. Pak Alvinpun masuk ke ruangan itu lalu menurunkan aku dari gantungan yang mengayun lalu pak Alvin kembali melepas kain yg membekap mulutku dan menyuapiku dengan makan malam



“Makasih Pak! “ aku mensyukuri perhatiannya, selesai makan pak Alvin pun kembali mengambil kain yang tadi digunakan untuk membekap mulutku.. Tapi belum diikatkan ke mulutku

“Jangan Paak....mmmmppphhhhh.....!!! pak Alvin kembali mengikat mulutku dan tiba-tiba.. Sreeettt!!! Tali pun ditarik dan tubuhku tergantung ke atas, akupun spontan bereaksi..

“Mmmmppphhh.... mmmmppphhh..... eemmmppphhh!!!” pak Alvin pun sesekali iseng menggoyangkan tali yang menggantung tubuhku sehingga terayun ayun.

"eemmmmppphhhhh.....!!” rasa takut jatuh dan bingung, aku sangat takut terjatuh dalam keadaan tergan- tung tali di pergelangan kaki yang bersepatu diikat menyambung keatas demikian juga tali yang mengikat lengan dan dadanya diikat lagi menopang tubuh mungil yang tergantung....

Pak Alvin pun mengambil beberapa foto.. aku tak berani berontak seperti biasanya karena semakin banyak gerakan itu akan membuatku bergoyang goyang di atas..

“Istirahat ya Melany.. Selamat bermain main dengan keadaanmu saat ini mmpphhh,...” ejek pak Alvin.

Malam itupun berlalu dengan keadaan yang tidak membaik bagiku.

Pagi itu aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 5.40 pagi,... pagi itu masih hening dan terasa sejuk di kulitku, pintu ruangan itu terbuka dan pak Alvin masuk,

“Selamat pagi Melany,... sudah bangun khan?”

"mmmmppphhhh!"!!!
Pak Alvin masuk untuk memeriksa keadaanku, simpul tali yang mengikatku di telitinya satu persatu lalu pak Alvin pergi ke luar dari ruangan tersebut

Akupun kebingungan dan berusaha menyampaikan keinginannya dibalik bekapan kain itu

Ternyata pak Alvin hanya ke toilet..

Setelah kembali pak Alvin kembali naik ke kursi itu dan melepaskan kain di mulut Melany

Aku terayun ayunku terhenti

Kamu mau apa Melany? Kemudian pak Alvin sedikit iseng dan mengayunkan tubuhku.

”Paak toilet......? Uugh.”
‘Paaakkk.............”

Kalau aku nggak mau kasih kamu ke toilet bagaimana? Tubuhku didorong dan terayun seraya berputar

“aaaauuuuwww....!” teriakku ketakutan.. Tapi pak Alvin segera memegang tubuhku dan membekap mulutku dengan tangannya


"Melany, kamu diam yaa.. Aku hanya bercanda kog tadi" wajah ku masih menunjukkan ketakutan.. Tak lama kemudian tubuhku diturunkan. Lalu pak Alvin melepaskan tali yang mengikat kakiku dan sedikit menyingkap gaun hitam yang kupakai, serta stocking pun sedikit diturunkan, akupun dituntunnya ke toilet

Pak Alvin dengan sabar menyemprotkan air dan menyebokku aku risih dan malu tapi kata-kata ini yang terucap "terima kasih pak" wajahku merona

Setelah itu pak Alvin kembali menaikkan stocking hitamku kemudian kembali mengikat kakiku dengan tali yg sama. Aku dituntun kembali ke kamar tempatku disekap kali ini kakinya diikat di 3 bagian,di bagian mata kaki, sedikit di bawah lutut dan paha. Bagian lulut dan paha diikat dengan lakban perak sehingga kelihatan semakin seksi..

Pak Alvin menyuapinya dengan makan pagi, setelah itu bibirku yang tampak sedikit kering diberi lipgloss sehingga bibirnya lbh bersinar kemudian kembali dibekap dengan kain yg sama, akupun kembali digantung..

“mmmmppphhhhh....” sambutku

“Kamu mau apa Melany? Ngomong yang jelas dong.." dengan bodohnya pak Alvin berbicara.

“Mmhh...” tapi kenyataannya tidak justru pak Alvin kembali membiusnya, akupun tak sadarkan diri pak Alvin pergi meninggalkannya kembali dan mungkin br kembali sore

***

Aku tersadar dari dari bius yang membelengguku... rasanya sudah siang, kulihat matahari terik diluar jendela sana, waktu menunjukkan pulul 12.27 Tubuhku masih tergantung di langit2 apartemen, tali yang mengikat kakiku disambungkan dengan ring yang terpaku kuat di langit langit, sementara tali yang mengikat lengan yang meliliti bagian atas dan bawah payudaraku tersambung juga ke ring di langit langit. Aku meronta sedikit tubuhku terayun ayun... mmmmppphhhh... aku takut jatuh! Tak ada yang bisa aku lakukan selain pasrah terikat dan tergantung, akupun mulai menyukai kegantengan dan kelembutan pak Alvin, aku jadi rela di culik berapa lamapun olehnya. Aku takkan lagi melakukan kebodohan sepertii kemaren.. Aku suka pak Alvin, timbang2 jika aku kembali ke rumaah kosku. Aku menanti, kemanakah gerangan penculikku yang ganteng itu....

“ ... mmmmppphhhh...mmmmppphhhh...”

“ Melany.... aku sudah pulang nihh...” suara pak Alvin terdengar pak Alvinpun masuk dan langsung mengecek keadaanku yang digantung di atas..

“ ... mmmmppphhhh...!” pak Alvin membuka tali yang menggantungku dan menurunkan tubuhku yang masih terikat. Kain di mulutku pun dibuka..

“Maaf ya aku sibuk sekali hari ini” aku menghela napas ketika penutup mulutku dilepaskan. Hmmm. Wajahku dielus-elus lembut olehnya. Aku ingin mengatakan I miss you tapi malu, betapa leganya aku mengetahui pak Alvin sudah bersama lagi

”Oh ya aku bawa sesuatu lho Mel buat kamu, mau lihat ?

“Apa itu pak...?”

“Aku bawain mahkota buat kamu.” Pak Alvin pun memasangkan mahkota di atas kepalaku, bukan mahkota biasa tetapi mahkota yang cukup mengkilap..

“Melany kamu persis seperti siswi SMA yang sedang merayakan acara pesta sweet 17 nya cantiknya kamu"


"Paak,, buat apa aku didandanin, pakein aku baju pesta, pakein aku mahkota? Buat apa aku dijadikan seperti ini kalau aku diikat terus?” protesku

Pak Alvinpun diam saja.. Justru mengambil fotoku yang di matanya begitu cantik dengan mahkota baru akupun berusaha menyembunyikan wajahku karena malu.. Tetapi tetap tidak bisa karena tanganku diikat ke belakang.

"Buat apa bapak foto aku? Bapak mau sebarkan foto ini?" tanyaku lagi

Pak Alvin menjawab.. "Udah kamu diam aja. Kalau banyak protes aku plester nihh.? Kamu masih mau ngomong khan?”

==================================

Huh.. aku membuang muka.. menunjukan sedikit kekesalan pak Alvin pun keluar untuk mengambilkan Melany makanan.. Menyuapinya pelan-pelan, sikapku pun melunak, setelah makan pak Alvin sedikit memanjakanku. Mengajakku menonton acara televisi sambil memelukku, tangan dan kakinya masih terikat erat tapi tak lama menonton televisi tiba tiba pak Alvin mengambil lakban perak yg ada di dekatnya.. Tiba-tiba........

Creeetttt..!! akupun terkejut tiba-tiba lakban menempel erat di mulutku

“eemmmppphhh...” Aku meronta ronta protes ingin dibebaskan..

“Maaf yaa Mel. Waktu kamu bicara dah habiss.. Sekarang kamu nikmati dl lakban yg menempel di mulut mu.. Rekat yaa? Apa kurang?” godanya

"mmmppphhh....mmmppphhh!!!" aku protes sambil melihat keadaan tubuhku.. Kemudian menggerakan kaki yg terikat, tangan, meronta dengan hebat. tangan dan kakinya tetap terikat erat

“ ... mmmmppphhhh...” pak Alvin membopong tubuhku pelan pelan.. agar mahkota di kepalaku tidak terlepas..

“ ... mmmmppphhhh...” sementara pak Alvin mendudukan aku di kursi aku sedikit bersantai dah menyenderkan tubuhnya ke kursi.. Tetapi tiba tiba pak Alvin mengambil tali dan kembali mengikatkannya di tubuh dan tanganku

Aku langsung sadar apa yang akan terjadi, akupun menonta ronta dan berusaha melepaskan diri lagi.. Mmmppphhh!!! pak Alvin jangan!! Tapi yang keluar dari mulutnya hanya mmmppphhh.... mmmppphhh! aku sangat takut digantung seperti itu lagii.. pak Alvin tetap berkonsentrasi mengikat tubuhku..

“ ... mmmmppphhhh... “ aku masih meronta-ronta.. Setelah selesai pak Alvin memperhatikan aku yang sibuk meronta-ronta.

“Puas puasin deh Mel mau meronta-ronta..“
pak Alvin mengelus pipiku.

“seorang SPG cantik yang disandera..” gumam pak Alvin sambil menyembunyikan kepuasan yang tertahankan

“... mmmmppphhhh...”
aku merasa tangan dan kakiku mati rasa, tapi aku pasrah saja

Kembali pak Alvin mengambil sapu tangan lalu menyemprotkannya dengan sedikit cloroform.. Seperti biasa sebelum aku tertidur pak Alvin ingin membiusku.

Akupun bereaksi dengan hebat.. Mmmppphhh!!! Sambil menggeleng-gelengkan kan kepalanya..

“ ... mmmmppphhhh... zzzzzzz” aku tak sadarkan diri......

***

Hari ini hari Minggu pak Alvin pun terbangun dari tidurnya agak siang.. dia bisa sedikit santai pada hari ini..

lalu pak Alvin mengunjungi kamar dimana Melany disekap. Melany masih tertidur dengan mahkotanya yang masih berada di kepalanya.Pelan-pelan pak Alvin pun menurunkan Melany dan mendudukkannya di kursi yang biasa ia diikat, sambil menunggu Melany sadar pak Alvin membeli makanan untuk sarapan mereka

Kreekkk,, pintu pun dibuka.. ternyata Melany sudah sadar sekembalinya pak Alvin setelah membeli makanan..

mmmppphhh.... mmmmppphhhh! Aku memohon meminta dilepaskan, ingin mengatakan sesuatu, sebelum melepaskan lakban di mulutnya alvin mencium bibirku yang tertutup lakban tersebut. Seperti biasa pak Alvin tdk langsung membukakan.. Ia membopong tubuhku yang terikat ke sofa di ruang depan sementara pak Alvinpun makan di ruang makan..aku masih sibuk meronta ronta

“Sabar Mel.... Nanti aku bukain yaa.. Kamu mau ngomong apa sih sebenarnya?” pak Alvin penasaran


“ ... mmmmppphhhh....Hari ini aku temenin kamu kok.. Ohh yaa,, nanti aku panggil orang lagi ya buat merawatmu mendadani dan memandikan kamu Mel, bajumu juga kayaknya harus diganti tuhh..Kamu mau pake baju apa?”

“ ... mmmmppphhhh....”

“Mau pake baju apa Mel ? Ngomong yang jelas donk"
. Akupun hanya terdiam hanya meronta kecil pak Alvin pun selesai makan.. dan creeettt, lakban pun dilepas.

“Pak Alvin, saya usul boleh gak break dulu? Dua jam aja, nanti diiket lagi terserah deh.....” aku memohon

“Tangan kamu pegel ya? Oke gini ya sebentar..” pak Alvin membawaku kembali ke kursi tempat pertama kali aku diikat pak Alvin pun melepaskan ikatan yang mengikat tanganku jadi satu.. Tapi pak Alvin mengikat tangan kiriku ke kursi bagian samping ikatan kakiku tidak dilepas sepenuhnya tapi hanya dikendurkan di bagian mata kaki dan lakban yg mengikat bagian paha maupun lutut dilepaskan..

“Bagaimana Mel? Cukup kan?”

“Terima kasih Pak...”
tak terasa mataku berlinang senang serasa lega setelah berhari-hari diikat

“Kamu seneng yach Mel.. oh yaa makan dulu ya Mel, pak Alvinpun menyuapiku dengan makanan"

“kamu mau pake baju apa nanti?”

“Mau dipakein baju apa lagi pak? Khan aku cuma diikat aja?”
tanyaku polos....


“Ya aku kan mau kamu tampil cantik waktu diikat..”

“Aku bingung nih Mel.. Aku nggak punya pakaian lagi buat kamu.. Kamu pengen baju apa?"

"Bajuku mana pak?"
aku balas bertanya

“Kamu mau pake bajumu waktu pertama kali diculik?” Setelah satu setengah jam berlalu si juru rias datang. Aku yang masih dalam keadaan terikat satu tangan, merasa di keramas, di creambath sehingga aku terlelap. Ketika aku terbangun aku mendapati diriku dengan tangan kiri yang terikat di sandaran tangan kursi, kepalaku bermahkota. Baru beberapa menit terbangun lalu kurasakan bau yang menyengat melemahkan syarafku dan aku tak sadarkan diri

***

Aku pun sadarkan diri dan terkejut, sepertinya keadaannya lebih baik aku tidak diikat di kursi ataupun digantung.. aku merasa tanganku terikat ke belakang, dan tubuhku terikat dalam keadaan berdiri di sebuah tiang aku berusaha menggerakkan badannya ugh... Ugh.. tidak bisa, pandangan mataku gelap dan ia mencoba mengingat apa yg terjadi..

"... mmmmppphhhh...?" aku bertanya tanya pada Pak Alvin yang tidak terasa kehadirannya kemudian ikatan di mataku dilepas, kulihat ada handycam mengabadikan keadaanku. Aku ingat! kalau aku tertidur saat dipijat.. Apa yang dilakukan pak Alvin? kucoba memanggil pak Alvin tapi mmmppphhhh.. lalu terlihat pak Alvin sibuk mengabadikan keadaanku dengan handycamnya...

“eemmmppphhh... eemmmppphhh....!!” aku sangat terkejut pandangan mataku belum kembali sempurna.. Tapi aku sungguh kaget melihat kondisiku saat itu hanya BH dan celana dalam hitam yang dikenakan..

“eemmmppphhh... eemmmppphhh....!!” pak Alvin pun tetap merekam dan hanya tertawa melihat aku yang meronta-ronta pak Alvin meninggalkanku sejenak ke luar dan membiarkan handycam memantau

Ugh...mmmmppphhhh...aku malu hanya berpakaian dalam, berdiri terikat di pilar dan tetap bersepatu; spontan aku meronta-ronta tak menyadari handy cam menuding padaku.. Tak menyadari juga sia sianya usaha melepaskan diri, karena aku terikat oleh lilitan tali dan lakban. satu jam kurasa setelah Pak Alvin meninggalkan aku begini, aku hanya bisa pasrah tak berdaya tapi aku tak henti meronta ronta dan melenguh


“mmmmppphhhh.....” walau demikian aku mensyukuri keberadaanku tidak tergantung seperti kemarin.

...mmmmppphhhh... sesungguhnya aku bosan dengan kesendiriaan seperti ini, terikat lagi.Dua jam sudah, belum ada tanda tanda pak Alvin pulang,lelah aku menunggu, aku pun tertidur dalam keadaan berdiri terikat pada pilar sejenak terbayang olehku, bagaimana nasibku yang terculik ini, rasanya ini sudah hari ke lima aku disekap di sini, teringat aku dengan blackberryku yang kumatikan sinyalnya ketika aku datang ke kantornya pak Alvin, ugh tas tanganku khan tertinggal di kantornya. Melany sesungguhnya tidak tahu ketika tubuhnya yang tak sadarkan diri di angkut dengan karung goni bersama-sama dengan barang bawaannya dan diletakkan di apartemen pak Alvin, yang tepat diatas perkantoran pak Alvin Pikiranku menerawang, Aapakah teman kostnya akan mencarinya? Sahabatnya Gita pasti kehilangan dirinya....

"...mmmmppphhhh....... mmmmppphhhhh......"


Aku terbangun karena hari sudah senja tak terasa perutku lapar, ruang tamu ini masih gelap hanya lampu lampu dari luar yang memberi penerangan... Ku coba meronta, ugh ! Aku masih terikat di pilar ini, tanganku kebelakang pilar lalu pergelangan tanganku terikat,.. lenganku terlilit tali membentuk di atas dan bawah payudaraku, kemudian ada lakban yang mengikat tubuhku ke pilar itu.... Ketika aku menunduk, lutut ku terikat lakban dan tersambungkan dengan pilar, kakiku masih bersepatu putih.. Pergelangan kakiku terlilit erat oleh tali putih dan diatasnya lakban melilit dan memutar melewati pilar dan mengikat ketat, aku tak perlu berdiri dengan membebani higheelku karena ikatan dan rekatan yang sungguh cukup kuat menopang tubuh mungilku..

"....mmmmppphhhhh......" pak Alvin pun sudah tiba di depan apartment

tok...tok...tok..... pak Alvin pura-pura mengetuk pintu.

“.....mmmmppphhhhh......”
Aku bingung dan bimbang.. Ia takut jika yang masuk adalah petugas kebersihan..akan kugunakan kesempatan itu untuk meminta di bebaskan dari tali-tali yang mengikatku. Asa itu menghampiriku menghibur jiwa yang tertawan. Kemudian kurasa ada sosok mendekatiku dan mengelus-elus wajahku

"....mmmmppphhhhh.... mmmmppphhhhh......?" siapa orang ini

Sosok itu memeluk tubuhku yang terikat erat, kemudian sedikit mengelitiki pinggangku.
Aku tak tahan geli sehingga meronta ronta hebat, dan lampu menyala, oh pak Alvin...

Aku meminta dilepaskan, dengan nada sedikit marah atas apa yg dilakukan pak Alvin barusan..

"mmmpphhhh....mmmmppphhhhh!?!"


“Sebentar sayangkuu..”
Creeettt..lakban mulutnya dilepaskan

“Gimana keadaanmu, baik baik khan di sini? Enak nggak diikat di tiang begini?

“Paaakk.... Lepasin dong!? Pegel nih...!”

“Kalau aku lepasin kamu,, kamu kasih aku apa?

“Pak Alvin mau apa? Bukannya pak Alvin punya segalanya?”


“Ehm.. Apa yaa? Iyaa sihh.. Maka itu aku hanya menyekapmu di sini..” pak Alvin pun kembali mengambil lakban yang baru.. Lakban pun ditarik creeettt... Tapi belum ditempelkan ke mulut mila karena mila kelihatannya masih ingin bicara..

“Paakk....!!” pak Alvin pun meletakkan lakban tadi dilakban..


Kenapa Mel, Kamu cape yaa?”

“Kog baru pulang pak,... Melany kesepian...” rengekku manja

“Ohhh aku pikir kenapa Mel.. Tadi kamu ngapain aja pas aku pergi?"

“Tadi yang datang itu nggak mungkin orang lain karena aku pasang kode don't disturb”

“Iya Pak,...”
Aku tersipu malu oh.. aku tersenyum lega, rupanya pak Alvin benar benar memperhatikan aku, aku merasa dilindunginya berkembanglah rasa kagum kepada penculikku

“Melany, kamu pasti laper yaa.. Aku bawa makanan buat kamu."
Pak Alvin pun menyuapiku dengan makanan untuk perlahan aku disuapinya..

Batinku, pak Alvin ini sukses tajir masih sendiri pula; gantengnya kaya Delon Idol... aku merasakan kesempurnaan pada sosok penculikku..

“Melany kamu tampil begitu cantik hari ini.. Dengan busana yang hanya BH dan celana dalam, pakai sepatu, kamu terlihat seksi” entah kenapa pak Alvin seolah menjawab apa yang sedang aku pikirkan.

“Gimana Mel makanannya, Suka?”


“Enak pak,”
tuturku santun

“Bagus deh kalo kamu sukaa.. Hehehe.. Oh yaa kamu lebih suka dilakban apa dibekap pakai kain Mel??"

“Paakk, ga usah deh pak,.. Ya pak? Pliiisss aku khan sudah terikat, aku gak mungkin juga minta tolong,.. Ya Pak Alvin, pliiss !”

“ Ehm.. Emank kamu nggak suka aku lakban?”

Sebenarnya aku pengen ngobrol sama bapak, aku pengen melanjutkan wawancara rahasia kesuksesan bapak 2 minggu lagi libur semester selesai dan aku harus mengumpulkan tugas khan... Ujarku mengingatkan.

“2 minggu lagi Mel?”

“Iya pak...”.

“Ehm.. Okay.. Kam mau nanya apa Mel ama aku?”

“Mmm Paak... Bapak belum menjawab di usia berapa Bapak memulai usaha Bapak?”

"Ehem,.... 25 tahun. Yach lima tahun lalu deh “

“Kog bapak belum menikah?

“terlalu sibuk dalam kerjaan dan belum terpikir kesana...”
jawab pak Alvin

“Terus, Kenapa kamu berniat wawancara aku?” pak Alvin balik bertanya

“aku terkesan ketika bapak jadi membeli mobil waktu kita bertemu di mall, dan ketika ada tugas mewawancara pengusaha sukses, aku ingat kartu nama yang bapak berikan.....” sejenak aku melupakan keadaanku yang terikat erat ditiang, aku merasa puas dengan hasil wawancara yang kuperoleh dari pak Alvin...

“Ini tugas sekolah Pak” aku semakin tidak menghiraukan keberadaanku yang terikat erat..


Oh.. iya iya.. Waktu itu kamu jadi SPG yang ke berapa kali Mel? pak Alvin juga tidak menyadari enaknya suasana mengobrol dengan lawan bicara gadis yang terikat

“Itu pengalaman jadi SPG yang kedua, khan lagi menunggu pengumuman masuk perguruan tinggi....”

“Waktu itu kamu pakai baju apa ya Mel?”

“baju merah muda...yang aku pakai waktu ke kantor bapak.... Lupa yach!?”

“Bajumu pas pertama aku culik? aduh lupaa, abis aku cuma inget muka cantikmu doang”

“Ah bapak....”
aku tersipu sipu dengan pujian pak Alvin

“Bapak juga cakep... Mirip Delon Idol, “ aku jadi berani sekaligus detik itu aku merasa harus menyumpakmulutku sendiri karena kelancanganku...

“Masaa sihh? Kamu jangan merayu aku ya Mel..

“waktu tugas jadi SPG dandan sendiri apa di dandanin ? Aku sangat suka cewek ketika ia dandan dengan cantik"

“Maaf ya Pak” pertahananku sudah runtuh oleh perhatian pak Alvin...aku sudah jatuh cinta,

“aku dandan rame-rame dengan sahabat sahabatku pak...”

“Oh waktu itu kamu cantik kok Mel.. beneran..aku sangat suka kamu dandan begitu tapi saat ini lebih cantik sih"

“Cantik Pak? Tapi maaf ya (takut dimarahi) kog aku diculik dan diikat terus Pak? Aku bingung dan tidak mengerti.”sambil tersipu malu.

”Maaf lho Pak aku mau jujur, awalnya aku takut sekali ketika bapak ikat dan meninggalkan aku di kantor bapak... Juga di hari pertama ketika aku sadar aku diculik di tempat ini....

“Aku ingin memiliki kamu Melany.. Makanya aku nggak suka ketika kamu mau kabur kemaren.. Tapi kenapa kamu mau kabur kemaren?”

“Aku juga gak tahu pak, itu naluriah setelah berhari-hari diikat, aku menyesal sekali pak, maaf ya pak....”

“Iya aku maafin deh cantik, asal kamu jangan mengulanginya lagi yach.”

“Aku benar-benar menyesal pak... aku percaya aku tidak akan selamanya diculik dan terikat begini...aku benar benar menyesal tapi kata bapak aku cantik, bukannya lebih cantik kalau aku tidak diikat pak? Aku pasti lebih cantik kalau tidak diikat pak, Maaf ya Paak (takut kurang ajar) waktu itu aku kurang sabar, mestinya aku percaya Bapak pasti akan melepaskan aku suatu saat....”
jelasku

pak Alvin merasa puas berbincang dengan ratunya lalu dengan sedikit kata-kata dia mengikat mulutku lagi dengan saputangan

“Iya kamu betul Mel.. Tapi sayangnya aku nggak akan lepasin kamu, aku masih terikat tak berdaya dan berdiri terikat di tiang.“

" ..mmmmppphhhh..!!” aku masih meronta-ronta, aku semakin tidak terima akan kondisiku yang terus diikat apalagi dengan make up yang mempercantik wajah. Apa guna nya dandanan ini? hanya untuk disekap..

Aku tak henti meronta ronta. Aku tak mengerti apa yg terjadi atasku namun aku hanya percaya pak Alvin.

"sudahlah kamu istirahat sudah malam”
jawab pak Alvin

“ ....mmmmppphhhhh.......mmmmppphhhhh.....”
ketenangan yang menyelimutiku berubah menjadi kecemasan.. aku kembali meronta dan sadar keberadaan diriku yang terikat.



“Selamat malam Melany”.

“ ....mmmmppphhhhh.....”
Kupikir dengan dialog tadi aku bisa berhasil mendapatkan kebebasan walau hanya semalam saja pak Alvin pun kembali mengambil sehelai kain..

"....mmmmppphhhhh....." Jangan pak!! batinku. Aku membayangkan ikatanku mau ditambah lagi. aku sama sekali tidak bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku merasa ikatan yang melilit di tubuhku masih cukup erat.Ternyata sreeettt.. Kain pun diikatkan ke mataku..

"....mmmmppphhhhh....."
"....mmmmppphhhhh....." Protesku akupun berusaha meronta dan menggerakan kepalanya.. Sehingga pak Alvin sulit mengikatnya, namun tetap berhasil.. aku semakin tak berdaya sekarang.. Tak lama kemudian aku yang masih protespun dibekap oleh saputangan yang memberikan bau yang melemahkan syaraf

zzzz zzzzz..... aku kembali tak sadarkan diri.

Rasanya sudah hari ke lima ini hari Senin, pagi itu pak Alvin terbangun dari tidur, melihat pemandangan dihadapannya gadis remaja duduk terikat..

“Melany, kamu cantik banget..!”

“..mmmmppphhhh..!!”
Aku tak henti meronta ronta

“Kenapa Mel? Kamu nggak suka yaa sama pakaiannya?” aku berpakaian tank top hitam rok mini hitam dan stocking hitam, sejak kapan aku berbusana dan duduk terikat? misteri menyelubungi benakku.

“Mau bicara?”

“..mmmmppphhhh..!!”
Aku tak henti meronta ronta

“Sebentar.. Aku lepasin ya..” Creeett,, lakban pun dilepas

“Pak lepaasiinn saakiittt”

“Kalo aku nggak mau lepasin gimana Mel?”
kata-kata yang menyebalkan dan kekanak-kanakan pun terucap

Seperti yang biasa dilakukan pak Alvinpun cuma mengelus elus rambut panjangku.

“Maaf pak kapan Melany dilepasin? mmhhh.... kapan ?” sejenak setelah tenang lalu lanjutnya

“Aku suka sekali pakaian ini, buatku ?”

“Yaaa baju itu buat kamu, Melany..”


Selama kamu terikat manis, baju itu untuk mu kok..

“Kamu mungkin selamanya akan di sini,.. Selamat bersenang-senang yaa"

“Semuanya pak?”
mataku berbinar senang dan khawatir dengan kata-kata ‘selamanya” yang diucapkan pak Alvin, tapi aku masih percaya tidak akan selamanya aku berada di sini.

“Yaa hanya selama kamu terikat di sini lho, saat aku lepaskan semua aku ambil..” Aku kurang memahami kata-kata ini, memangnya siapa yang mau pakai kalau aku bebas? Pikirku bersamaan dengan itu rasa khawatir akan kemungkinan bahwa aku tidak akan dilepaskan, menghantui.


“Maksudku, baju-baju yang Melany pakai selama diculik, untukku pak?"

“Boleh kamu pakai selama kamu aku culik”
tegas pak Alvin sambil berbincang

"paak..." 

"kenapa lagi Mel?"

"mau pipis...." dan seperti biasa tanpa banyak kata, tali-tali yang mengikat di kakiku di lepas, dan dalam keadaan tangan yang tetap terikat ke belakang dengan celana dalam yang diturunkan ke paha, aku berjalan di antar pak Alvin ke kamar kecil. Seusai membuang hajat dan dibersihkan, kakiku kembali diikat. Aku hanya duduk berdiam di kamar tempatku di sekap. Kemudian menjadi rutinitas kalau aku disuapi makan pagi seperti biasa. Selesai semua urusan pagi itu, pak Alvin kembali menyumpal mulutku dengan saputangan merah yang ditengah-tengahnya ada simpul yang tepat menutup bagian mulutku.

“aku pergi dulu yach.... sampai sore”
pamit pak Alvin

“mmmpphhhh....”
jawabku seperti biasa.

Hari kelima ini kujalani seperti biasa, kali ini tubuhku tidak diikatkan ke kursi atau ke tiang, aku meronta-ronta, lalu aku berniat pindah dari tempat dudukku,.... dengan susah payah aku mengambil remote TV di meja, berbalik membelakangi TV lalu menyalakan TV, kemudian Hop...! aku melompat kecil ke sofa bed yang ada di kamar itu, dan terduduklah aku setengah berbaring sambil menonton TV tanpa bisa bersuara. Sesekali aku meronta-ronta ketika kurasakan gatal yang tak tergarukkan. Meski waktu berjalan lambat namun siang berlalu dan senja datang, tak ada yang kulakukan selain menonton TV dalam keadaan tangan terikat ke belakang, kaki terikat dan mulut tersumpal. Sesekali aku memang tertidur di sofa bed itu. Waktu menunjukkan pukul 17.28 ketika pintu kamar tempatku disekap terbuka,

“wah....ternyata lagi santai yaa....?” sapa pak Alvin yang baru saja pulang

“eemmmpphhhh.....” pak Alvin mendekati aku mencium bibirku yang terikat saputangan, kemudian melepaskan saputangan yang menyumpalku.

“pulangnya cepat ya pak....?”
sambutku

“khan aku ada tamu di rumahku.....”
sahutnya ramah

“Pak....”

“Iya ?”

“Pak Alvin khan baik yach,...”

“bukain dong,... sakit nich”
pintaku tak pernah berubah.

“memang perlu yach,...?”
kali ini godaan pak Alvin berbeda.

“Iya dong, paak”

“hmm.... nanti yach kalau aku kepingin”

“yaach bapak....”
harapanku luntur lagi.

Kami berdua berbincang-bincang, pak Alvin menanyakan pribadiku, keluargaku yang tinggal tidak sekota, pokoknya semua ditanyakan. Suasana mengobrol dengan pak Alvin, membuat aku melupakan sejenak keadaanku yang terikat erat karena selama ngorbrol dengan dia, aku tidak meronta-ronta sedikitpun. Sesungguhnya aku menyukai suasana seperti ini, mengobrol dan tukar pikiran dengan pak Alvin. Obrolan kamipun sampai ke hubungan pacaran, ketika dia tanyakan

“Melany, kamu sudah punya pacar?”
tanya pak Alvin

“belum pak, emang ada yang mau?”
ujarku merendah

“becanda kamu, secantik ini pasti banyak yang mau!”
bantah pak Alvin


“ah Bapak,..... tapi faktanya enggak ada yang dekat denganku,... “

“takut kali..... walaupun cowo-cowo suka tapi gak ada yang berani yach”
timpal pak Alvin

“Ha ha ha haa....” kami berdua tertawa riang tak terasa sudah pukul 7 malam. Pak Alvin pun menyuapiku dengan makan malam yg baru saja dibelinya. Usai makan, mulutku kembali disumpal. Malam semakin larut, dalam keadaan setengah sadar karena aku kelihatannya di bius, dengan tangan terikat menyatu di kepala, mulut yang diikat saputangan, lutut dan pergelangan kaki yang memakai sepatu terikat aku pun dibaringkan di tempat tidur, dengan tangan dan kaki terikat ke tempat tidur. Hari ke lima penculikanku berlalu.

Pagi telah tiba, ini hari Selasa aku terbangun dengan suara adzan subuh yang membangunkan, ini hari ke enam aku dalam penculikan pak Alvin. Narasumber yang aku datangi kantornya untuk mencari rahasia keberhasilannya memiliki usaha yang cukup besar di usia mudanya, malah akhirnya menculikku. Aku diikatnya di kantornya, kemudian di tinggal pergi setelah menerima telepon, dan malamnya seusai kantor aku mendapati tubuhku terikat dan terlilit tali di sebuah apartemen yang belakangan ku ketahui sebagai tempat tinggalnya, satu gedung dengan kantornya yang berada di lobby. Namun selama aku diculik, aku berhasil mendapat informasi untuk tugas akhir semester pertamaku. Kendati dalam keadaan tangan yang terikat kebelakang, aku masih mengingat semua informasi tentang dirinya dan usahanya yang ditopang kredit ringan dari bank tempat ayahnya menjabat. Sebuah usaha yang membutuhkan pengorbanan diri, membiarkan tangan dan kaki terikat dan diculik, sungguh akhirnya aku mendapatkan apa yang aku inginkan.

“Selamat pagi cantik,...tidurnya nyenyak ya?” sapaan lembut pak Alvin membuyarkan lamunanku. Pak Alvin masuk ke kamar tempatku disekap dengan membawa sepiring nasi goreng,

“eeemmmmppphhh......” aku bermaksud menjawab sapaannya,

“sebentar sayang,...” kain yang mengikat dan menyumpal mulutku di lepasnya.

“mau makan dulu atau mau ke toilet?”

“toilet dulu pak,...” tali yang mengikat tangan dan kakiku ke ujung tempat tidur di lepas, tali yang mengikat dilutut pahaku dilepas, kemudian tali yang mengikat di pergelangan kakiku di kendorkan namun aku tetap di gendongnya, dan didudukkannya di toilet lalu pak Alvin keluar meninggalkan ku setelah celana dalam dan stockingku di turunkan.

“Mel,.... sudah ?” beberapa menit kemudian

“sudah pak,....” pak Alvin masuk membersihkan bagian bagian ditubuhku, kemudian kali ini aku dibopongnya dipundaknya, didudukkannya di tempat tidur dan kembali mengikat lutut pahaku dan pergelangan kakiku.

Setelah aku meneguk teh hangat dengan tanganku sendiri yang terikat ke depan, aku menikmati suapan nasi goreng pemberian pak Alvin. Usai sarapan, mulutkupun kembali disumpal, kali ini dengan lakban perak yang mempunyai daya rekat sempurna.

“mmmmppphhh....” Aku menyandarkan tubuhku ke tembok sisi tempat tidur dan masih mengantuk. Kulihat pak Alvin meninggalkan ruangan tempat aku disekap.

Dalam keadaan terkantuk kantuk aku mencium bau yang melemahkan syaraf dan tak sadarkan diri.

Aku siuman dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul 11.00, aku terkejut dengan keadaanku, aku tak dapat melihat kakiku karena aku seperti dikenakan jubah putih, di kepalaku rupanya sudah terbungkus oleh jilbab,...aku tak merasa nyaman, karena aku tidak pernah berbusana seperti ini ada cadar yang menutup mulutku yang tersumpal lakban.

“bangun Melany,.... ayo!” pak Alvin membantuku berdiri.

“Hari ini aku mau mengajakmu jalan-jalan” ujarnya sambil melepaskan ikatan di lutut pahaku dan di pergelangan kakiku.

“eeemmmmppphhh......?” aku bingung di ajak jalan-jalan dalam keadaan tangan yang sudah terikat kembali kebelakang selama aku pingsan. Aku mencoba melangkah, kendati masih lemas. Pak Alvin pun menuntun dan memegang lengan kiriku, kami keluar dari apartemen, masuk lift kebetulan ada penumpang lain di dalam.

Aku merasa sangat tidak percaya diri dengan berjilbab dan bercadar seperti ini namun sesama pengguna lift itu tidak memperhatikanku sama sekali.

Kami berjalan di sebuah mall di bawah apartement itu. Pak Alvin membawaku ke counter arloji dan membeli arloji warna pink dengan motif rantai yang menutupnya mesti dengan cara menggembok. Itu arloji perempuan dan aku tertarik. Kamipun berjalan jalan mengitari toko-toko di mall tersebut. Selama itulah aku berdebar dan berharap orang-orang menaruh curiga. Di dekatku ada seorang anak laki-laki yang sangat aktif dan jahil. Ia menggoda teman main perempuannya dengan menyingkap roknya. Ugh,... aku berharap anak laki-laki itu melakukannya padaku, oh itu hanya angan. Kami mampir di photo studio, dan kami berpose dengan jilbab dan cadar yang menyelubungiku.

“apa bagusnya yach aku di photo begini, hanya mataku yang terlihat...”
batinku. Photopun dicetak dan pak Alvin memperoleh Cdnya lalu aku dipegang lenganku olehnya dan kami melanjutkan window shopping ini, hingga....

“sudah 3 jam lebih, aku mengajakmu jalan,... kita pulang yuk, makan siang di kamar.” ajak pak Alvin

“eeemmmmppphhh......” jawabku. Kami menuju lift yang langsung terhubung ke kamar-kamar apartement.

“Seventeen Floor....” lift itu berbicara kami pun keluar dan sampai di apartemen pak Alvin. Aku duduk di ruangan tamu dengan keadaan berpakaian dengan telaten pak Alvin melepas jilbab di kepalaku, kemudian melepaskan kancing jubah yang ku pakai dan terlihatlah olehku pakaian pink yang pertama kali kupakai ketika menghampiri kantor pak Alvin, sebelum diculik. Merasa bisa bergerak kendati tangan terikat kebelakang, aku mermaksud berdiri mau berjalan menuju jendela satu kesempatan di sore hari, memancing perhatian sesama penghuni apartemen

“ugh.... eeemmmmppphhh......?” ternyata kakiku terborgol dan juga dirantai ke kaki meja. Sejak kapan kakiku sudah terbelenggu seperti ini. Hmm.... mungkin ketika pak Alvin melepaskan jilbab di kepala, dia sudah memborgol kakiku ? Aku kecewa dan terduduk lemas. Tak lama kemudian pak Alvin datang dengan makanan

“waktunya makan, Mel...” lalu membuka lakban yang menyumpalku ternyata di dalam mulutku ada saputangan di masukkan.

“Paak....? kog ada saputangan yach...?” tanyaku bingung

“antisipasi, siapa tahu kamu bersuara tadi di mall...” cetusnya singkat

“kok kakiku di borgol dan dirantai pak?” pak Alvin tak menjawab dan sibuk menyuapi aku dengan makanan.

“Gimana, rasanya jalan-jalan tadi....?” tanyanya seolah tidak menggubris pertanyaanku

“senang pak....” jawaban spontan yang tidak kuharapkan terungkap.

“Oh ya !? bagus deh...” sahut pak Alvin setelah makan dan minum pak Alvin membuka borgol di kaki dan rantai yang mengikat kakiku ke kaki meja, kemudian menggantinya dengan tali di lutut paha dan pergelangan kakiku. Aku hanya pasrah tidak meronta-ronta. Kemudian tubuh mungilku digendongnya dan diikat di tiang di sudut ruang tamu itu.

“Paak...” aku berniat protes namun saputangan merah mengakhirinya dan mengikat mulutku dengan simbul di tengah yang menutupi mulutku.

“eeemmmmppphhh......”

“Mel,.. aku pergi dulu yach sampai jam 7 malam kira-kira” pamit pak Alvin tak sengaja mataku tertuju ke jam dinding... tiga jam aku ditinggal sendiri terikat, bahkan sampai gelap, karena pak Alvin tidak menyalakan lampu di ruangan tamu.

Kembali aku melanjutkan lamunanku pagi tadi. Pak Alvin berhasil karena mendapatkan kredit lunak dari Bank tempat ayahnya menjabat. Rupanya keberhasilan membutuhkan modal koneksi yang kuat kesimpulanku. Lalu apa yang terjadi dengan diriku, hampir seminggu aku disekap di sini,Entah apa yang dipikirkan teman-teman kosku karena sudah 5 malam tidak pulang, teringat Mega yang baru pasang kawat gigi, Gita sahabatku dan Merry, biasanya kami bertiga suka jalan-jalan di masa liburan semester ini, terlebih sekarang memasuki minggu-minggu terakhir liburan semester. Inikah harga yang harus aku bayar ketika mengerjakan tugas akhir semester. Aku tidak habis pikir, mengapa pak Alvin seolah-olah hobby mengikatku, mendandaniku, memakaikan aku baju cinderella dengan mahkota, kemudian baju pesta, dan terakhir aku dipakainya jilbab. Semua itu tidak luput dari kamera, bahkan ketika kami berdua berjalan-jalan di mall. Kurasakan pak Alvin mempunyai kelainan hobby, yaitu mengikatku dengan berpakaian cantik. Suatu bidang psikologi yang ingin ku pelajari tentunya. Aku pun ingat kesempatan tanganku tidak terikat, adalah ketika aku mandi dan sekali ketika pak Alvin dengan murah hati melepaskan ikatan tanganku ketika rasa pegal dan sakit memuncak. Langit mulai temaram, senja muncul ditengah cerahnya cuaca, aku masih terikat erat di sini, di tiang di ruang tamu apartemen pak Alvin, sudah menjelang pukul 18 namun pak Alvin tak kunjung pulang. Merasa lelah dan pegal akhirnya aku memilih tidur.

Zzzz.....

Aku terbangun, mendapati ruang tamu masih sepi, gelap hanya mengandalkan penerangan dari lampu yang menyoroti apartemen mewah ini, mataku mencari jam dinding... pukul 21.15 menit berarti sudah 6 jam aku terikat berdiri di tiang ini, pak Alvin benar-bena belum juga pulang, ataukah dia sudah pulang dan langsung istirahat di kamarnya? Hmm rasanya tidak mungkin, karena biasanya dia memberiku makanan untuk makan malam. Ugh... aku merasa lapar... Kecemasan kini membelengguku, kecemasan karena penculikku tak kunjung muncul dan juga cemas, karena terikat sendiri di ruang tamu yang asing ini. Hampir pukul 22 ketika aku tersentak dari lamunan kosongku ketika pintu terbuka, dan kulihat pak Alvin masuk dengan keadaan agak sempoyongan. Tanpa menyapaku, dia ambruk di sofa di ruangan tamu.

“eeemmmmppphhh......eeemmmmppphhh......!!” aku berusaha memanggil pak Alvin dalam kondisiku, tak berhasil rupanya pak Alvin habis mabuk-mabukan. Aku yang terikat di tiang hanya bisa pasrah kesepian dan membiarkan keadaanku dan tertidur.

“Melany....” aku terkejut ketika namaku disebut, memang aku tertidur tetapi sulit untuk tidur nyenyak malam ini

Kulihat pak Alvin mulai sadar, dan tak sengaja aku melihat jam yang menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Pak Alvinpun bangun, menyalakan lampu dan menutup tirai, kemudian menyalakan televisi, rupanya sedang menyiarkan siaran langsung Liga Champions antara Manchester United melawan Barcelona. Pak Alvin duduk dan menonton siaran itu seolah tidak memperdulikan keadaanku. Ini sungguh menyiksaku, karena selama ini perhatian pak Alvinlah yang membuatku bertahan dalam kondisi ini.

“Mel... kamu suka nonton sepakbola?” tiba-tiba dia menyapaku

“eeemmmmppphhh......” jawabanku membuat pak Alvin beranjak melepaskan ikatan saputangan yang menyumpalku.

“Paak,... bukain dulu paak,... saakiittt...” spontan kata-kata itu yang keluar dari mulutku

“........ssssttt” jawab pak Alvin assyik menonton. Selama 90 menit menonton aku hanyut dalam olahraga yang kurang ku sukai lalu ikut berteriak

“GOOOLLLL...!!!” ketika pemain nomor 10 bertubuh kecil berkaus biru merah mencetak gol.

“Gol bagus Messi!” pak Alvin bersemangat.

“Rupanya yang mencetak gol dari tim Barcelona. Lionel Messi yang bernomor punggung 10” jelas pak Alvin. Usai pertandingan, yang menghasilkan kemenangan Barcelona.dengan skor 3.- 1 mengalahkan Manchester United yang malam itu berkostum putih. lalu mulutku di sumpal lagi oleh pak Alvin, dan dia meninggalkanku tidur di kamarnya.

Aku tetap terdiam, berdiri sementara kantukku hilang hanya kesepian yang kurasa dalam ketidak berdayaan.

Seiring adzan subuh, maka pagipun datanglah. Namun pak Alvin belum juga terjaga dari tidurnya. Baru kira-kira pukul 6.30 pagi ia muncul, melepaskan tali yang mengikatku ke tiang dan kakiku, menurunkan celana dalamku, lalu membiarkan aku berjalan menuju toilet. Aku duduk di toilet, mengingat ingat ini hari yang ke tujuh, genap seminggu aku dalam cengkraman pengusaha muda yang menculikku.

“Paaak....” panggilku setelah semua usai, pak Alvin datang dan dengan telaten seperti biasanya aku dibersihkan. Lalu aku dipegangnya dan berjalan ke kamar tempat aku biasanya di sekap. Tubuhku kini diikatkan ke kursi setelah kakiku yang tetap bersepatu diikat menjadi satu. Sarapan pagi pun disuapkan seperti biasanya namun hal yang mengejutkan...

“Mel...Melany, ehm...aku..... sayang sama kamu, mau enggak kamu jadi pacarku....” ungkap pak Alvin lancar tanpa ragu

“ah....eh....ehm” aku tak mampu menjawab, speechless rasanya jantungku berdetak kencang

“bagaimana Mel,.... mau khan?” semakin percaya diri pak Alvin bertanya. Jika saja aku tidak terikat ke kursi ini, ingin rasanya aku jatuh kepelukannya.

“Pak, maaf tolong lepasin saya dari kursi ini?” tanyaku ragu takut dimarahi ternyata pak Alvin langsung melepaskan tali yang mengikat tubuhku ke kursi. Aku mencoba meronta-ronta namun ternyata tangan dan kakiku masih terikat hanya tubuhku tidak terikat ke kursi.


“Melany,.. mau enggak kamu jadi pacarku....??” tanyanya lagi tanpa kusadari aku tersipu menundukkan kepala

“iya......” jawabku pelan dan kurang jelas dengan suara yang parau akibat keringnya tenggorokan ini

“Apa Mel,.... aku nggak jelas” pak Alvin seolah minta pengulangan dan tubuhnya mendekat ketika usai menyuapkan sendok terakhir. Akupun merebahkan kepalaku ke pundaknya dan disambut pelukan hangat dari Delon Idol eh pak Alvin Wijaya. Oh pelukan itu dan tali yang mengikatku seakan menguatkan pelukan cinta dari penculikku tercinta Alvin Wijaya. Sungguh aku tidak merasa tak berdaya. Kekaguman akan phisiknya dan kelembutan yang kurasakan selama 7 hari di sini meruntuhkan pertahananku. Kini bukan hanya tubuhku yang tertawan terikat, tapi juga hatiku tertawan dan terikat olehnya.

Setelah usai sarapan pak Alvin berinisiatif melepaskan tali yang mengikatku, mulai dari tali yang mengikat di kakiku, lutut pahaku lengan dan dadaku, lalu perlahan tapi pasti simpul terakhir yang membelenggu tanganku dilepasnya.

“terima kasih pak,...” spontanku sambil mengelus-elus bilur-bilur bekas tali di pergelangan tanganku

“kog masih panggil pak?” protes pak Alvin mesra

“eehh..... em mm mas Alvin,.. “ jawabku.

“Melany, kamu mandi gih air panas sudah terkumpul di bathtub”

“pak eh mas..... panggil aku Lany aja”
ujarku melepaskan sepatu putihku lalu beranjak menuju kamar mandi, sambil mengelus-elus pergelangan tanganku karena aku rasakan tanganku mati rasa....

“pak eh mas...., tanganku........?” nada cemas terungkap

“Enggak apa apa Lany,.... kamu berendamlah di air panas sambil memijat-mijat lengan dan pundakmu, nanti juga pulih...”
kata-kata lembut yang menenangkan. Aku masuk ke kamar mandi, uap air panas sudah memenuhi kamar mandi. Kulepas blus pinkku yang membawaku ke apartemen ini, aku terkejut ternyata aku tidak dipakaikan beha, karena aku lihat behaku tergantung di kamar mandi.Kulepas celana dalamku dalam lilitan handuk. Lalu pelan-pelan aku mulai berendam sambil memijat mijat tangan kiriku yang mati rasa.

“arrgghhhh..... nikmatnya” aku membayangkan seusai mandi mungkin mas Alvin akan kembali mengikatku dan meninggalkanku seharian seperti kemarin-kemarin namun aku tidak ambil pusing karena aku kini sedang memanjakan tubuhku yang penat, ini adalah kesempatan langka, aku belum pernah dilepas ikatanku selama aku di culik. Maka berlama-lamalah aku berendam, satu jam lebih aku memanjakan tubuhku yang penat setelah satu minggu diikat. Aku keluar kamar mandi dengan berbalut handuk seperti kemben, kemudian aku duduk di meja rias di depan kamar mandi dan mulai merawat kulit dan wajahku dan meriasnya biar mas Alvin senang. Kulihat tak jauh dari situ ada tank top putih dengan rok biru mini 5 cm di atas lutut, aku mencobanya ternyata memang ukuranku, lalu aku merias sesuai dengan pakaianku putih.

“Kamu memang cantik Mel, aku sungguh beruntung memilikimu” sapa mas Alvin di pintu menatapku penuh kekaguman.

“ah.... mas Alvin bisa aja...” jawabku tersipu malu kemudian aku kembali memakai sepatu sexyku yang putih dan duduk santai menunggu mas Alvin waktu menunjukkan pukul 1 siang ketika

“sayang,... aku ikat sebentar yach....!”
rayunya, aku pun dengan sukarela meletakkan tanganku kebelakang, menanti lilitan tali di pergelangan tanganku entah kenapa walau tali-tali mengikat kencang di pergelangan tanganku aku tidak begitu merasakannya Kakikupun sudah terikat satu, demikian lutut dan pahaku, dan payudaraku di bagian atas dan bawah, yang talinya di ikat menyambung ke pergelangan tanganku. Tubuhku di telungkupkan kemudian tali yang mengikat pergelangan kakiku tersambung dengan tali yang mengikat pergelangan kakiku.

“ini ikatan dalam bentuk hogtied” jelas mas Alvin setelah mulutku kembali di sumpal, diikat dengan kain menyerupai saputangan, dengan simpul di mulutku.

“aku hanya ingin ambil beberapa photo Mel,....” lalu tubuhku dihujani cahaya blitz berkali-kali. Usai mengambil photoku, mas Alvin pamit keluar sebentar. Dalam keadaanku yang baru akupun mencoba meronta-ronta, memastikan bahwa ikatan mas Alvin cukup erat.


=========================


“ eemmmmppphhh.....” kali ini rasanya lenguhanku bernada mesra

“ eemmmmppphhh.....” aku masih meronta, merasakan setiap rontaan berefek semakin eratnya ikatan dan simpul yang mengikatku. Duh mas Alvin, kemana lagi... pikiranku dalam kepasrahan tak ku ketahui kalau itu adalah kesempatan terakhirku aku diikat dengan gaya yang baru lagi. Rupanya mas Alvin kembali ke apartemennya, beberapa menit kemudian ikatan yang melilit di tubuhku dilepas semua seperti biasa mulai dari kaki, sampai ke saputangan yang menyumpalku, lalu terakhir tanganku

“ayo, aku antar kamu pulang” kata mas Alvin sungguh suatu surprise di hari yang ketujuh, saat aku mendapatkan cinta, akupun mendapatkan kebebasan. Sambil mengucap bilur-bilur di pergelangan tanganku, tas tangan putih yang ku bawa, di kembalikan dengan isi yang utuh ditambah tas yang berisi baju pink ku dan beberapa baju lain yang dipakaikan padaku selama aku diikat.Kemudian mas Alvin mengeluarkan amplop coklat dari sakunya

“untuk transport pulangmu” katanya dengan alasan basa basi, mas Alvin mengajakku makan di coffee shop di apartemennya, aku sedikit risih makan siang bersamanya. Sebelumnya pak Alvin memakaikan arloji warna pink dengan motif rantai dan menguncinya dengan model seperti gembok.

“ini buat Lany mas,...?” tanyaku senang sambil menunjukkan pergelangan tangan kiriku yang masih berbilur bekas tali.

“hmm kenang-kenangan setelah seminggu menjadi tawananku...” bisik mas Alvin. Usai makan siang sekitar pukul 14.45 kami beranjak menuju parkiran di basement, kami masuk ke mobil Audi yang pernah kutawarkan pada pak Alvin ketika menjadi SPG di suatu mall, sebelum mobil berjalan, entah kenapa mas Alvin menutup mataku dengan kain dan kami menempuh perjalanan menuju kost/rumah susun yang kusewa dengan mata tertutup hingga di daerah tertentu

“sayang,.... kamu boleh lepas penutup matamu!” ketika kulihat aku sudah berada dekat di daerah Bendungan Hilir, sudah hampir tiba. Kamipun berpisah, ketika aku tiba di kamarku pukul 16.00, aku menyalakan Televisi 21 inch lalu terdiam, aku belum melepas sepatu atau apapun. Tiba tiba aku teringat untuk mengaktifkan smartphoneku,...bertubi-tubi pesan singkat masuk ke dalam telponku.

“Melany. Kamu di mana kog menghilang?”
pesan dari Gita sahabatku

“Hey Fitri,... lagi sibuk shooting ya, ke mana aja loe...” pesan bernada canda dari Sony tiga hari yang lalu dan ada kira-kira 8 pesan serupa.

“Happy Birthday Melany...” atau serupa ada 15 pesan,.. Oh iya aku baru sadar, ini hari ulang tahunku, hari ini genap 20 tahun usiaku, aku mengalami penculikan menjelang penambahan usia, aku mendapatkan cintaku di usia ke 20, dan aku dapat apa lagi...... kulihat isi amplop ada gepokan mata uang Rp 100.000,- tebal... ada 10 gepok, wow! aku dapat uang banyak,.. aku bisa traktir teman-temanku!

Ti amo mas Alvin..... gumamku sambil mencum amplop itu membayangkan apa yang telah terjadi selama satu minggu ada upahnya kemudian aku mengambil smartphoneku, dengan cepat aku bebeem dengan Gita sahabatku

“PING!!!”

“Hi,.... makan malam yuk.... aku traktir deh!”
tantangku kepada sahabatku.

“Eh, kemana aja kamu,.... ayo mau dong di traktir sama yang ulang tahun,....bentar lagi aku jemput ya?” jawab Gita

“Ok aku tunggu yach, bebeem lagi kalau sudah dekat, nanti aku turun deh!” sahutku. Gita sahabatku adalah anak tunggal sehari-hari dia mengemudikan kendaraannya Honda Jazz,...

“Lany, aku sudah mau sampai” ku baca dari bebeemku

“Siap,... aku turun” jawabku, dengan tergesa-gesa aku memakai parfum, menyisir sedikit rambut panjangku memasukkan amplop itu ke lemari bajuku sebelum mengambil beberapa lembar, mematikan TV dan langsung turun masih dengan pakaian tank top putih dengan rok biru mini 5 cm di atas lutut, pemberian pacar baruku mas Alvin.

“Hi....!” sapaku penuh senyum.

“Hey, kemana aja, udah seminggu menghilang tanpa kabar?” sambut Gita dari balik kemudi

“ada ajah,.... nanti deh aku cerita yach” jawabku berteka-teki

“baju baru yach?” Gita cukup memperhatikan koleksi bajuku

“begitulah...” jawabku

“sepatu? Baru ?”

“Lho kamu lupa ini khan sepatu yang sering aku pakai?”


Kami tiba di restoran Jepang di kawasan Jakarta Pusat. Sesuai janjiku aku bercerita kepada Gita, seminggu terakhir, kukaranglah sebuah cerita fiksi untuknya

“Iya,... Hari Jumat khan aku wawancara pak Alvin, yang dulu beli mobil di mall waktu kita jadi SPG, ingat?” aku memulai karanganku yang dijawab anggukan Gita.

“Habis wawancara, pak Alvin mengajakku berekreasi dengan karyawan kantornya, mereka mengadakan wisata kerja ke Yogya selama 5 hari kebetulan salah satu karyawannya sakit jadi gak bisa ikut, kita jalan darat kog”

“Jadi selama seminggu kamu di Yogya ?”
Gita menanggapi

“Kog gak bilang-bilang?”

“Sorry, aku lupa banget kalau BBku aku matikan sinyalnya, khan lagi penelitian....”
jawabku

“Sorry yach Git....”

“dan surprisenya,...... pak Alvin meminta aku jadi pacarnya..!”
tuturku sebagai klimaks cerita

“Kamu mau,...?” tanya Gita

“Cowok ganteng dan tajir pula,... aku tak kuasa menolak...” jawabku setengah canda

“Assyik dong,.... selamat yaa”
ujar Gita yang ikut senang.

Tak mungkin aku ceritakan kepada sahabat-sahabatku bahwa aku diculik selama satu minggu; jadi kukarang cerita kepada mereka agar tidak ada masalah apa-apa, karena pada akhirnya aku ikhlas diperlakukan begitu, karena aku jatuh cinta kepada penculikku.

==oo0oo==

2 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    BalasHapus
  2. SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI DANU BERKTAKA BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI DANU YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI DANU DI 082 332 608 333

    BalasHapus