Tampilkan postingan dengan label bondage. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bondage. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 April 2013

Ketika Jenny Diculik Erick

Namaku Ni Made Jenny, panggil aku Jenny saja. Ayahku orang Bali, ibuku orang Solo. Aku kuliah jurusan Teknologi Informasi Komunikasi di Solo, kebetulan sekarang lagi praktek kuliah di kota Surabaya. Aku berkenalan dengan Erick, cowo ganteng supervisorku ditempatku praktek kerja. Suatu ketika ditengah pergaulanku di Surabaya :

Mataku tertutup, mulutku terisolasi lakban, tanganku terikat erat kebelakang. Rambutku dijambak, dipaksa keluar dari mobil. Aku masih bisa mendengar suara berderak. Pasti suara bagasi mobil ditutup. Pandanganku semakin gelap. Tanganku ditarik, klotek klotek, pintu dibuka. Aku didorong memasuki sebuah ruangan. Agak besar. Deb...!! Suara pintu kulkas. Belebek2.... Suara air dituang kedalam gelas. Gleg gleg … aku membayangkan betapa nikmatnya air itu mengalir di kerongkonganku yang sudah 2 jam di sumpal scarf plus dilakban. Lagi-lagi aku menelan ludah.


Aku diduduki disofa. Bret!!! Lakban dimulutku dilepas. Begitu juga scarf penyumpal. Ilerku belepotan. Tanganku masih terikat erat. Erick, cowok yang dari tadi menawan ku melap iler aku.

“Kamu ga takut aku giniin?’tanya Erick. Aku menggelengkan kepala.

“Katanya kamu mau memperkosa aku? Kamu gak napsu ya sama aku?" Aku balik bertanya sembari mengingatkan pembicaraan di kantor 3 jam yang lalu.

“Napsu. Tapi ada yg mau aku tanya dulu.” Erick mulai memberondong aku dengan pertanyaan.

“Kenapa kamu mau diperkosa?”

“Karena aku mau dijadiin pelampiasan nafsumu.” jawabku.

“Kamu mau aku perkosa karena kamu butuh uang?”

“Aku memang butuh uang.”

“Berapa?”

“Sebanyak-banyaknya.”

“Kalo aku ga ngasih kamu sepeser pun?”

“Ga apa apa.”

“Kenapa?”

“Karena kamu keren.”

“Kalau aku bukan cuma sekedar memperkosa tapi aku juga menyiksa kamu?”

“Ga apa apa”, jawabku lagi.

“Kalo kamu babak belur? kamu lapor polisi?” tanyanya lagi. Aku menggeleng.

Plak! Satu tamparan mendarat di pipiku. Lumayan keras. Aku sedikt meringis.

“Sakit?” tanya Erick lagi. Aku diam tidak menjawab juga tidak memberikan isyarat.

Drrrrrt … drrrrrttt … hpnya bergetar tanpa dering. Erick beberapa langkah menjauh.

Beberapa menit kemudian dia kembali lagi sambil mengumpat. Anjing .. babi ….

“Kalau kamu lagi kesal kamu lampiasin aja ke aku.” Kataku lagi.

Secepat kilat kedua tangannya menyambar, meremas payudaraku yang masih lengkap dibalut kemeja … dengan sangat kuat…. Aku diam tanpa ekspresi.

Lalu dengan beringas, Erick merobek kancing kemejaku. Mengeluarkan boobs aku dari wadahnya alias BH, lalu menarik nipple aku, kencang lalu mencubit nipple aku.

Aku mendesis. Ahhh … Erick meraih kepalaku hingga aku tersungkur miring di atas sofa.

Erick mulai mengkulum tits aku sambil menggigit nippleku. Aku teriak, jerit jerit, sakit2 keenakan. Kemejaku kusut masai. Erick membuka ikatan di tanganku. Kemejaku dibuka seluruhnya. Ia melemparnya begitu saja. Erick berdiri , mengambil sesuatu dari mungkin dari laci. Pashmina panjang. Erick mengikatkannya lagi di tanganku, lebih keras.

Aku dalam posisi duduk di atas sofa. Erick berdiri di depanku sambil memilin milin nippleku, sebentar sebentar menarik dan mencubitnya dengan keras. Sesekali aku meringis.

“Kamu suka diginiin?” tanya Erick. Aku diam.

4 kali tamparan keras beruntun mendarat di pipiku. Ahhhh .. desahku.

“Kamu suka diginiin?” tanya Erick lagi.

“Jangan tanya aku. Aku terikat erat, kamu lakuin aja apa yang kamu mau.” Kataku.

Erick menampar aku dengan semakin membabi buta sampai aku tidak lagi bisa menghitung berapa tamparan yang mendarat di pipiku. Yang keluar dari mulutku hanya aw aw aw.

Erick menjambak rambutku, sambil menyeretku menaiki anak tangga. Keletek keletek. Suara pintu dikunci. Bbeerreet, pintu terkuak. Brragghhh !! Erick menghempaskankanku di tempat tidur dengan posisi tertelungkup. Empuk. Aduh enak banget kena bantal n guling. Kalo udah kena bantal n guling bawaannya jadi ngantuk. Hampir saja aku mau tidur. Rupanya Erick tidak membiarkan itu terjadi.

Erick menarik kakiku. Kepala dan setengah badanku berada di tempat tidur, sedangkan kakiku menginjak lantai. Dengan lihai Erick membuka kancing dan resleting jeansku, kemudian didodorin beserta celana dalamku. Selepet2 … owww… ikat pingganggnya kini mendarat di pantatku … aku berusaha mengusap2 pantatku dengan tangan terikat, tapi malah tanganku yang diselepet. Entah berapa cambukan yang kuterima, belum puas erick mencambukku badanku… lagi2 aku berusaha mengusap punggungku sambil meringis. Erick membalikkan badanku. Kakiku dinaikkan ke atas tempat tidur. Ia mulai mencambuki payudaraku. Ohh … sakit …. Sakit … aku mengerang. Erick rupanya tidak menyukai suara eranganku. Erick beranjak sebentar, lalu kembali lagi, membuka ikatan dimataku. Lalu Erick mempeloroti jeans n celana dalamku. Sekarang aku tanpa sehelai pakaian alias telanjang. Erick meremas2 celana dalamku kemudian disumpalkannya ke dalam mulutku lalu dibalut lakban. Erick mulai lagi mencambuk dadaku. Aku bisa melihat dadaku kemerah2-an. Tapi aku ga tega melihatnya jadi aku merem saja.

Erick memasukkan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam hidungku. Aaahhhh .. aku teriak lagi. Dalam hati was2, aduh malu kalo upilnya sampe kecongkel.

“Mmmmmppphhhhh.” Aku berusaha teriak. Maksudku untuk mengalihkan kegiatannya dari mencongkel hidungku. Aku benar2 takut upilku kecongkel.

Erick membukanya dengan kasar. “Kenapa?” tanyanya. Aku masih belum bisa menjawab. Mulutku masih penuh dengan celana dalamku. Erick mengeluarkannya dari mulutku.

“Hah?” kata lain dari “Apa?”

“Aku haus mau minum”, Kataku.

Lagi2 Erick menjambak rambutku. Erick menyeretku ke kamar mandi. Aku di suruh berlutut di pojokan di samping closed toilet. Erick memerintahkan aku untuk menengadahkan muka, lalu menyuruhku membuka mulut lebar. Erick memasukkan penisnya yang besar, panjang dan berurat. Serrrr…. Cairan hangat dari tititnya masuk ke dalam mulutku … mengalir melewati tenggorokanku. Rasanya lebih brrrrrrrrr dari coca cola.

“Telan. Jangan sampai ada yg bersisa sedikit pun.” Perintah Erick.

Aku menelannya tapi tetap saja air pipisnya belecetan di sekitar mulutku. Erick berang, menganggapku tidak menuruti perintahnya. Erick mendekatkakan kepalaku ke mulut closed. Aku diperintahkan untuk menjilati air dalam closed itu…

Aku bukan saja menjilati closed itu tapi juga beberapa kali menghirup airnya. Airnya bersih, tidak kotor. Erick jongkok di sampingku, ternganga melihat aku asyik menikmati air closed. Aku nyengir melihat ekspresi Erick yang mangap.

“Senyum2 apa kamu?” tanya Erick.

“Abis kamu mangap gitu, untung aja ga ada nyamuk yang masuk. Hik hik hik.”

Erick tidak mengomentari gurauanku, malah membalas gurauanku dengan membenamkan wajahku ke dalam closed beberapa kali, sambil menekan gagang penyiram air di closed (apa sih namanya), sampai aku kesulitan bernafas. Wajah dan sebagian rambutku basah kuyup. Setelah beberapa kali dicelupin kaya cucian kotor, lagi2 Erick menyeretku sambil menjambak rambutku. Erick menempatkanku di dekat pintu kamar mandi. Posisiku sekarang duduk deprok. Rupaku mungkin sudah seperti pengemis jalanan.

“Kamu sekarang sudah gak terikat tapi aku borgol lagi. Tapi, kamu harus tetap duduk di sini. Karena kamu itu kotor dan bau, nanti kamu aku mandiin baru kamu boleh keluar dari kamar mandi. Sekarang, aku mau keluar dulu cari makan. Pintu kamar aku kunci dari luar. Jangan bersuara sekalipun. Kamu ngerti?” kurasa tanganku diborgol ke depan.

Aku mengangguk. Erick mengambil kunci yang tergeletak di atas meja komputer dalam kamarnya. Ketika Erick hendak menghampiri pintu, aku merintih. “Erick,” panggilku dengan suara lemah. Sekonyong2, air mata mengambang di pelupuk mataku.

“Kamu kenapa? Kamu sakit? Erick meraba keningku.”

Aku memegang tangannya erat. “A aa ku aaa aku takut …” kataku sedikit gagap.

“Takut apa?” tanya Erick memastikan.

“Sssssussster Ngessssottt.” Kataku sambil terengah2.

“Apa?” Erick mendelik. Wajahnya keliatan panik. Dikiranya aku bisa melihat makhluk gaib dan saat itu dikiranya lagi aku melihat penampakan Suster Ngesot.

“Aku duduknya, kok, kaya Suster Ngesot? Aku jadi takut.” Kataku memperjelas keadaan.
Erick membuang nafas lega. “Kan ikatan kamu udah aku lepas. Yah kamu ga usah duduk kaya Suster Ngesot gitu… posisinya kayak Suster Ngen*** aja.” Kata Erick sambil nyengir kuda. (Ini orang lagi nyengir aja keliatan sadisnya).

Aku mengambil posisi wenak. Aku duduk bersandar di pintu. Kaki kulipat hingga lutut menyentuh dagu. Lalu tanganku yang di borgol di depanmemeluk erat kedua kakiku. Dingin. Hawa dari AC kamar.

“Jangan lama2 yah.” Kataku mengingatkan.

“Aku ga lama tapi begitu aku kembali, kamu harus sudah siap dengan semua gojlokan aku.”

Erick lantas keluar. “Aku mau pecel lele!” teriakku.

Entahlah Erick dengar atau tidak. Tidak berapa lama, sekitar 30 menit Erick datang dengan membawa 2 plastik kresek dan 2 botol sirop berisi air putih di tangan. Satu plastik kresek biasa, satu lagi plastik kresek Alfamart. Oh, senangnya hatiku karna aku mencium harumnya lele goreng. Erick membuka plastick kresek alfamart. Isinya dihamparkan di atas tempat tidur. Ada lilin merah (yang aku ketahui belakangan namanya lilin anti polusi), pinset, alat n pisau cukur, ketimun Prancis, jepit baju, jepit kertas, sari roti tawar, pisang sun pride, tali laso, n kue tart kecil.

Kemudian Erick membuka plastik kresek hitam. Tidak salah, 2 bungkus lele goreng. Erick membukanya satu, kemudia memakannya dengan lahap. Tidak sampai 5 menit, lele dan nasi uduk itu berpindah ke perutnya.

Aku menelan ludah. “Kok pelit banget sih, aku ga dibagi?”

Kemudian, Erick membuka plastik kresek satunya. Isinya sama, pecel lele. Aku berharap dengan amat sangat segera diberikannya pecel lele itu untukku.

Erick menghampiriku. Diletakkannya pecel lele itu di perbatasan kamar tidur dan kamar mandinya. Aku segera meraihnya. Menjumput nasi dengan tanganku. Belum juga aku mengangkat hasil jumputanku itu untuk kumasukkan dalam mulutku agar segera bersarang di perutku yang merintih2 lapar, Erick menginjak tanganku. Tentu saja bungkusan itu, nasi, dan pecelnya juga ikut terinjak. Aku mengangkat tanganku, setelah Erick melepaskan injakannya. “Bukan begitu caranya makan….” Belum selesai Erick bicara aku meraih makanan tersebut lalu berdiri, kemudian membanting pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

“AKU PALING GA SUKA KALO AKU LAGI MAKAN TERUS DIGANGGU !!!!!” teriakku kesal.

“Buka pintunya atau kamu akan menyesal seumur hidup.” Ancam Erick.

Waduh, Erick mau ngapain nih sampe ngomong kaya gitu. Karena takut dengan ucapannya aku segera membuka pintu kamar mandi. Erick merebut makanan itu dari tanganku, kemudian dilemparnya ke lantai kamar mandi, hingga sebagian nasinya berserakan. Erick masuk ke kamar mandi, berdiri di belakangku, menendang kakiku.

“Makan itu sambil nungging, langsung pake mulut kamu!” katanya sambil menunjuk nasi lele yang masih tersisa.

“Bersihkan juga nasi-nasi yang berceceran di lantai. Jangan sampai ada sisa.”

Aku nungging sesuai dengan perintahnya. Kini Erick pindah posisi dengan melangkahiku. Erick berada di depan ku, kakinya mengulek kepalaku. Aku berusaha makan dengan cara yang seperti dia inginkan. Hatiku melonjak kegirangan, sampai2 sesekali aku menggoyangkan pantatku, seolah2 aku menggoyangkan buntutku. Oh, I feel like Shiro, (anjingnya Shincan). Sejak dulu… dulu …. Sekali entah sejak kapan, aku sudah terobsesi menjadi anjing. Oh, siapakah Erick ini yang telah merealisasikan hayalku.

Sayang sekali, aku tidak bisa menikmati lelenya. Karna susah sekali menghisap-hisap lele dengan cara seperti itu. Lalu, aku menjilati nasi2 yang berserakan. Tidak bersih semua, memang. Aku menoleh ke belakang, ke arah closed. Ingin sekali lagi aku minum dari situ. Aku tau Erick senang melihat aku minum dari closed itu. Atau biarkan aku minum kocoran pipisnya. Tapi, aku malu untuk melakukannya. Aku malu untuk menu menunggu perintahnya.

Erick beranjak ke lemari dekat tempat tidurnya. Lalu membuka lemari gatakan pada Erick, aku suka diperlakukan seperti ini, suka sekali. Ia mengambil sesuatu dari sana. Mangkuk kecil. Kemudian, diisinya mangkuk itu dengan air dari botol sirop, lalu disodorkan padaku. Aku tau maksudnya. Ia menyuruhku untuk minum. Aku menghirupnya. Segar, tapi perutku masih lapar. Erick mengambil sisa2 makanan yang tidak termakan olehku, lalu memasukkannya ke dalam tong sampah plastik bergambar hello kitty dengan warna pink. Ih anak laki2 kok suka hello kitty pink lagi ???!!

Lalu Erick menyiram kamar mandinya dengan shower closed dari sisa2 nasi yang belum selesai kubersihkan dengan mulutku. Erick tidak marah, aku tidak membersihkan kamar mandinya dengan sangat bersih. Tapi aku mau Erick marah, aku mau Erick marah. Aku suka melihat ekspresi wajahnya saat marah.

Aku masih nungging. Erick menyirami badanku dengan shower closed. Dari pantatku, punggung, dan juga kepala. Lalu menggosok2 an seluruh badanku dengan sabun cair dan shampo. Erick memandikanku seperti memandikan anjing Aku suka sekali saat Erick menggosok payudaraku sambil meremas2. Lalu Erick menyuruhku duduk sambil berkangkang. Miss V ku disemprotnya,,, uuhhh… rasanya nyer2 geli. Selesai memandikanku, Erick melapku dengan handuk, kok lagi2 handuknya motif hello kitty. “Bencong !!!” kataku spontan. Ups, aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku.

“Apa?” kata Erick.

Aku menggelengkan kepala. Untung aja Erick ga sadar aku mencelanya.

“Udah, kamu ke sana.” Katanya.

Aku melangkahkan kakiku menuju depan tv, yang ditunjuk Erick.

“heh heh heh, siapa suruh kamu jalan pake kaki. Jalan sambil nungging!!” perintahnya lagi. Horeeee aku disuruh jadi Shiro lagi. Aku suka sekali. Aku suka sekali.

Aku langsung mengikuti perintahnya dengan senang hati.

Aku berhenti di depan tv. “Kamu suka diginiin?” tanya Erick mengulang pertanyaannya tadi.

Suka sekali!!! Suka sekali!!! Aku diam tidak menajawab. Aku malu mengakuinya.

“AKU BOSAN!!! DARI TADI AKU DISURUH BEGINI, DISURUH BEGITU! KAMU TUH KAYA ORANG YANG GA ADA KERJAAN!!! Protesku.

“Ikutin aja semua perintahku. Kamu di sini karena aku bayar kan? Kalo kamu ga mau pulang dengan tangan hampa ikuti semua perintahku. Aku akan bayar berapa aja yang kamu minta.”

Aku bangkit dari nunggingku. Lalu melotot ke arahnya sambil berkacak pinggang, aku berteriak padanya.

“HEH ORANG KAYA!!! AKU DI SINI BUKAN KARNA UANG KAMU!!! AKU DI SINI KARNA TADI KAMU BILANG MAU MEMPERKOSA AKU!!! KALO KAMU GA NAPSU YA UDAH AKU PULANG AJA!!!”

Plak!!! Lagi2 Erick menamparku dengan keras.

Erick meraih tanganku, lalu mengikatkan di sisi tempat tidurnya. Mengikuti gerakannya, aku terjongkok lalu berlutut. Aku ingin pura2 meronta, tapi aku urungkan niatku. Karena aku sangat suka dengan perlakuannya.

“Aku ingin kamu jadi slaveku. Dan kamu, harus panggil aku Master.”

Slave? Budak? Mendengar kata budak yang pertama muncul diotakku adalah William Wilberforce. Sosok ganteng yang berjuang untuk melawan perbudakan. Dan pada saat aku menonton film itu dari cd pinjaman, yang aku bayangkan bukanlah aku menjadi Barbara Spooner yang selalu mendukung William sampai akhirnya menjadi isteri William. Tapi aku ingin merasakan menjadi budak. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya terikat rantai sambil disuruh kerja rodi. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya dicambuk sampai darah segar meangalir dari tubuhku yang imut ini.

Master? Wong Fei Hung kah? Yang anaknya Wong Ka Ying itu? Jagoan Kung Fu Shaolin Utara itu? Penguasa Kung Fu Hung Gar? Wow. Keren. Jadi, orang yang mau memperkosa aku ini adalah seorang Master?

“Wow. Keren! Keren! Ajarin aku jurus tendangan tanpa bayangan dong.!” Teriakku kegirangan sambil melompat2 sambil jongkok dan tangan terikat.

“Apa?” Erick mendelik.

“Itu kan jurus andalan Master Wong Fei Hung.”

Deg!!! Aku merasakan mual luar biasa, mendapat sebuah tendangan tanpa bayangan dari Erick tepat di perutku. Rasanya ingin muntah.

Erick membuka jeansnya. Lalu celana dalamnya. Ga jadi muntah, Erick menyumpal mulutku dengan celana dalamnya yang bau juice wortel. Lalu mengikat mulutku dengan syal ditambah ditambal lakban.

“Kamu dari tadi udah banyak ngomong. Aku ga suka sama ocehan kamu. Daripada kamu nyama2 in aku sama Wong Fei Hung, panggil aku Tuan, Goblok!!”

Kok malah marah sih, yah .. Wong Fei Hung si emang kalah ganteng sama Erick, tapi kan ga kalah keren. Penguasa Hung Gar geto loh.

Erick membuka kaosnya. Erick bugil. Wow sexy sekali. Dadanya bidang, perutnya hampir six pack, “Panggil aku Tuan.” Perintahnya.

Aku diam. “Per_x, panggil aku Tuan!” Aku tetap diam, tapi dalam hati aku bilang Tuan.

“Mmmepph h.” Gimana mau ngomong, kalo mulutku ditekep gini.

“Kalo ngerti, ngangguk tolol!!!” Aku mengangguk.

“Madep sana!” perintah Erick. Aku menghadap merapat ke arah tempat tidur. Beberapa detik tidak ada reaksi dari Erick. Lalu Erick membuka ikatan tanganku. Aku disuruh nungging lagi. Erick mengambil sesuatu dari tempat tidur, dan mengambil sesuatu dari meja tv. Aku tidak melihat dia ambil apa, kan aku lagi nungging.

Rupanya, barusan dia mengambil lilin dan gretan. Oughhh… satu lelehan panas mengenai kulit punggungku. Ini pasti lilin. Beberapa tetesan. Lalu, lilin itu dibawanya ke bawah tubuhku, didekatinya ke putingku. Aku melonjak bangkit merespon rasa panas itu, sampai kepalaku kejedut dagu Erick. Untung aja ga kena bibirnya, kalo kena bibirnya pasti berdarah. Erick meniup lilin itu lalu melemparnya ke atas meja.

“Oke…Tuan buka sumpelan mulut kamu. Tapi kamu ga boleh ngomong sepatah katapun, kecuali Tuan perintahkan. Kalo kamu melanggar, Tuan kasih hukuman.”

Jenny mengangguk tanda mengerti. Erick membuka lakban. Sret, lalu ikatan, kemudian mengeluarkan celana dalamnya yang basah dari mulutku.

“Bilang, terimakasih, Tuan.” Perintah Erick sambil menyuruhku berdiri.

“Terimakasih, Tuan BARON ARARUNA.” Plak. Sudah pasti ini bunyi tamparan. Erick mengambil karet gelang bekas pembungkus pecel lele. Lalu dikaitkannya ke putingku dua-duanya sampai ketat. Putingku jadi mengeras. Lagi, Erick menggamparku. Plak.

“Tadi, Tuan itu cuma nyuruh kamu bilang, Terimakasih Tuan.. kok pake ada kata2 BARON ARARUNA, siapa dia?”

“Orang kaya. Tanahnya luas. Budaknya banyak.” Jawabku.

“Heh, ngomong berarti hukuman.” Erick mengambil jepit jemuran, lalu menjempitnya di putingku, satu. Aku meringis. “Aw… sakit..” Erick mengambil lagi satu jepit jemuran, kali ini dijepitnya di daun telingaku. Aku meringis lagi…. Sakit ….

Yah ampun aku sadar, ngomong berarti hukuman. Berarti aku ga boleh bilang sakit.

Erick tersenyum tipis.

“Sekarang, kamu slave aku. Kamu berada di bawah kekuasaanku….. Slave ….. Aku sangat menyukai kalimat itu. kalimat Kamu berada dibawah kekuasaanku slave … kamu berada di bawah kekuasaan ku slave …. Kamu berada di bawah kekuasaanku slave …

Erick tampak berpikir, “Aku mau kasih kamu nama.”

“ESCRAVA!!! Aku mau Tuan memanggil aku dengan nama itu.”

“Apa? Es Kelapa?” Erick nyengir.

Aku ga bisa nyengir menahan rasa sakit di putingku yang mengeras karena karet gelang lalu gepeng karena jepit baju.

Aku tau bicara berarti hukuman. Tapi aku ingin dipanggil Escrava.

“ESCRAVA, Tuan.” Aku meralat. Erick menggoyang-goyangkan jepit jemuran di putingku. Raut wajahku mungkin sudah berubah. Warna kulitku juga mungkin berubah menjadi kuning karna menahan rasa sakit.
Oow… Erick menyentuh miss V ku, merabanya pada bagian luar. Miss V ku sebenarnya sudah basah dari tadi. Lalu, jari telunjuknya masuk ke dalam lubang kenikmatanku. Aaaaahhhh … aku mendesah… dikeluarkannya lagi jarinya … lalu dimasuki lagi… begitu terus berulang2 … secara perlahan …tapi ga lama cuma sebentar. Nafasku terengah2 Aku berharap, inilah saatnya Erick memperkosaku. Tapi, setelah Erick mengeluarkan jarinya dari Miss V ku, ia diam hanya memandangku tanpa kedip. Ayolah Tuan perkosa aku … aku mohon …

Erick mengambil lilin dari meja tv, kemudian meletakkannya di atas kasur juga gretan. Erick mengambil tali pramuka. Diikatkannya dengan keras di pergelangan tanganku di belakang. Juga mataku diikat dengan syal yang lainnya Erick duduk di sisi tempat tidur, lalu menarik tubuhku dan mengangkatku ke pangkuannya..
Erick menjenggut rambutku, lalu membenamkan mukaku di ketiaknya. Nggak asem kok meski banyak rumputnya. Aku disuruh menjilatinya. Lalu pindah ke putingnya. Aku juga menjilati dadanya… dadanya yang bidang, dan keringatnya .. aku suka sekali keringatnya. Sekitar 15 menit aku melakukan kegiatan ini. Erick menurunkanku dari pangkuannya. Lalu menyuruhku duduk di bawah sambil berlutut. Erik melonjorkan kakinya ke arah mukaku, lalu memasukkan jarinya kedalam mulutku. Lagi, aku menjilatinya, dan menghisapnya seperti sedang menikmati permen kaki, permen kesukaanku yang bisa bikin sariawan. Aku menjilati bahu kakinya, naik ke mata kakinya, lalu ke betisnya… ohhh … aku ingin menjilati buah zakarnya, tapi sampai di pahanya aku merasakan lagi… tetesan lilin… Ahhh .. aku mendesah pelan… lalu aku naik lagi … naik lagi …meski lilin terus menetes di punggungku … ahhh.. sampai … aku mendapatkan buah zakarnya … lalu kuemut penisnya dengan begitu bergairah seperti bayi mendapatkan botol susunya.

==oo0oo==

Senin, 08 April 2013

Kisah Nyata Via

Tahun yang lalu aku bekerja di suatu hotel bintang lima di jakarta sebagai Sales Executive.

Hari itu kami kedatangan boss baru (director of sales =dos) pindahan dari Bandung waktu itu umurnya masih 36 tahun menikah dan punya anak 3....

Aku bertanggung jawab untuk sales kepada perusahaan2 Jepang, dan konon DOS baruku adalah sarjana bahasa jepang sebuah perguruan tinggi negeriSingkat cerita, dalam waktu 4 bulan sejak kedatangannya kami semakin dekat, punya selera music sama seperti fourplay, incognito, dewa 19 dan lain2nya.


Suatu ketika dia menanyakan ukuran sepatuku,...
"38,... kenapa? Mau beliin sepatu??" godaku keesokannya dia panggil aku ke ruangannya,..

"Via, kamu mau pakai sepatu ini tiap hari,... please!" pintanya

"Ohh mau,... dengan senang hati,...!" kataku kulihat sepatu yang dia belikan sejenis pantofel dengan tali yang melingkar dari mata kaki (bisa kebayang nggak?) Hmmm.... manis juga modelnya.. kupakai sepatu itu hari esok. Malamnya dia telpon aku dan konon dia tertarik padaku (padahal dia sudah menikah dan punya anak? tinggal di Bandung...). entah kenapa aku bilang iya!

****

Didin, nama boss baruku masih mendapat akomodasi sementara di hotel tempat kerja kami

Sering kali secara curi-curi, aku diajak ke kamarnya,…. Suatu kali dia keluarkan saputangan dari sakunya lalu meminta aku meletakkan tanganku dibelakang,…

 “untuk apa?" Tanyaku bingung,….

“tenang vie,… it’s a game…” sambil mengikat tanganku ke belakang dan menyimpulkan sapu tangan ikatan erat,… lalu Didin memelukku dan aku meronta-ronta karena merasa geli…. setelah lelah merinta-ronta aku diam dalam tangan terikat di sofa kamarnya sambil menonton sebuah film yang dipasang di TV, pas adegan ikat mengikat...

“Aku pernah lihat adegan di TV,… ceweknya diikat dan diperkosa…” ujarku

“rasanya kepingin deh ngerasain pengalaman seperti itu,… rasanya sensual banget!” akuku pada Didin yang sedang memutar VCD Birthday Girl yang diperankan Nicole Kidman,… adegan yang terlihat, Nicole Kidman sedang bermain sex dan kedua tangannya diikat di tempat tidur.

“Vie, kebetulan orientasi sexku adalah soft bondage,…aku perlu mengikat perempuan baru si otong bangkit tegap dan beraksi…” aku Didin dengan jujur.

“OK aku mau, tapi talinya mesti yang ada yang warna hijau, ada yang biru, dan ada yang kuning,..” gurauku

Sejak itu, setiap kali berkencan,… Didin selalu menyempatkan mengikat tangan dan kakiku. Seperti suatu ketika kita janjian di suatu hotel di Slipi,…. malam itu aku diikatnya dengan tali jemuran (tali plastik) warna hijau, biru dan kuning. Aku diikat dalam keadaan bugil … aku tidak menyangka Didin punya tali berwarna warni.

Malam itu tidurku tidak nyenyak disampingnya,… sementara Didin nyenyak, aku tidak bisa tidur karena tanganku pegal terikat..…

“Didiiinn,… bangun,…!! Pegel niii…!” rengekku

Didin berusaha bangun dan menanggapi,..

hmmmhhh.... aku lepasin yaa”

“Jangan,… aku nggak mau dilepas… nanti Didin marah... khan Didin suka aku diiket!” Akhirnya aku terlena dalam pelukan Didin masih dalam keadaan terikat.


Tinggal bersama
Didin telah mendapatkan tempat tinggal tetap di sebuah apartement tidak jauh dari hotel tempat kami bekerja. Aku menemaninya menemui si pemilik kamar, disela-sela kegiatan sales call kami…. Setelah sepakat, sang pemilik rumah menyanyakan padaku,….

“Apa Ibu juga tinggal di sini?” matanya menatapku

“Oh ibu akan datang sesekali dari Bandung” jawab Didin. Hal yang berakibatkan akhirnya kami tinggal bersama di sebuah apartemen. Selama ini aku hanya kost dengan saudaraku di bilangan Tebet. Sejak tinggal serumah dengan Didin dan kerja sekantor dengannya, tiap malam sebelum tidur lepaslah semua busanaku, baju tidurku adalah tali-tali yang mengikat erat tangan dan kakiku

Suatu ketika, kami baru pulang tapi kulihat Didin tidak berganti pakaian,

”Vie, aku ke hotel lagi bentar ya,.. Mamaku dan kakakku mau menengok aku...”

“Kamu di kamar aja yach,.. jangan ke mana-mana,.. kamu aku ikat aja yach,... paling cuma sejam lebih aku sudah kembali...!” lanjut Didin sambil memegang tali tali

“Tapi Didin iketnya jangan keras-keras yach.....” jawabku manja.

Lalu Didin mengikat tangan dan kakiku dalam busana lengkap, menyumpal mulutku dan pamit meninggallkan ku di kamarnya dan mengunciku dari luar … namun Didi tidak mengikat tanganku kebelakang seperti biasanya tetapi tanganku diikatnya ke depan dengan simpul yang mudah (dengan sekali tarik dan gigit ikatan itu melonggar) Aku hanya sesekali meronta-ronta kecil sambil sebenarnya menikmati ketidak berdayaan ini dalam kamar yang terkunci dari luar,… dan sendiri hanya ditemani tayangan televisi selanjutnya enggan meronta-ronta untuk melepaskan ikatanku karena aku percaya Didin tidak akan lama meninggalkanku. Tanpa terasa aku tertidur dalam keadaan terikat. Sepulangnya Didin dari makan malam, alangkah terkejutnya Didin mendapati diriku masih terikat dan tidak berusaha melepaskan ikatannya, saat itu aku malah tertidur nyenyak. Didin menyambutku dengan hangat dan melepaskan ikatanku.

Suatu malam,… aku baru usai menstruasi,…baru menjelang bersih,… malam itu aku diikatnya, tanganku ke belakang dan kakiku dipakaikannya sepatu pemberiannya, diikat terpisah ke kaki tempati tidur secara mengangkang…. Mulutku di sumpalnya dengan lakban. Entah setan apa, Didin begitu bergairah dan aku ‘diperkosanya’ Keluarlah dengan deras cairan spermanya membasahi vaginaku. Entah tidak biasanya aku merasakan Didiku mencapai ejakulasi dan tidak biasanya ia menyemprotkannya di vaginaku.

Hari-hari tinggal seranjang dengan Didin, penuh dengan adegan soft bondage. Sebelum berangkat, pulang kantor, kala senggang,.. bahkan saat kami ke Bandung, Didin pesankan kamar buat kami, walau dia akhirnya muncul pula dirumahnya untuk menemui istrinya. Malam itu adalah 1 malam sebelum ulang tahun istrinya. Didin memesan kamar di suatu hotel berbintang 3 di pusat kota Bandung,... setelah check in , Didin meminta aku tanpa busana tapi tetap memakai sepatu (pemberiannya) kemudian aku di suruh duduk di kursi kamar itu.. dalam keadaan bugil, tanganku diikat ke sandaran tangan di kursi. tubuhku juga diikat, kakiku diikatkannya ke kaki kursi dan lalu mulutku di lakbannya. Usai mengikatku demikian, Didin keluar dari kamar rasa takut menyelimuti tubuhku yang terikat tak berdaya dan tak berbusana,... takut ada petugas housekeeping yang mau membersihkan kamar dlsb. Aku tidak keberatan tangan dan kakiku diikat, tapi hal yang menakutkan adalah bila aku ditinggal terikat sendirian dalam kamar, seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Lama rasanya ditinggal sendirian terikat di kamar, kira-kira satu jam kemudian Didi datang,... tersenyum melihat keadaanku serta mendekat dan menciumku. Malam itu seperti malam-malam sebelumnya aku tidur dalam pelukannya dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Esok paginya Didi minta ijin padaku untuk ditinggal sendiri, Didin kembali ke rumahnya merayakan HUT istrinya dan kami janjian akan bertemu nanti malam di stasiun kereta dan bersama kembali ke Jakarta.

Aku hamil
Suatu ketika aku terasa mual-mual dan belum juga datang bulan karena memang datang bulanku tidak tentu harinya. Diam-diam aku beli alat test kehamilan,... ketika aku test terkejutlah aku bahwa ternyata aku hamil... pas Didin pulang kantor,...

”Didin, selamat yaa... aku hamil” ucapku

Didin hanya diam dan terkejut, tanpa berkata apa-apa.... akupun bingung, ingin rasanya menolak kelahiran anak ini, tapi aku takut tertangkap dan dipenjara karena aborsi aku langsung mengkonsumsi jamu-jamu yang kiranya bisa menggugurkan kandungan secara natural, hingga akhirnya kami ke Bandung mengetahui konon ada dokter yang bersedia.... namun usia kandungan sudah berjalan 3 bulan,.. sehingga dokter menyatakan ketidak sanggupannya.. Aku dan Didin pasrah... Akupun memutuskan untuk berhenti bekeja, khawatir tubuhku dan perutku membesar dan ketahuan teman kantorku. Yach,... hari2 kujalani di apartemennya Didin, kadang pagi-pagi aku diikatnya namun Didin tidak tega lagi menyumpal mulutku karena rasa mualku... selama itulah aku jadi tawanan cintanya Didin,... biarpun sedang berkunjung ke dokter, malamnya dalam keadaan perut membesar, aku mesti ’naik kuda dengan tangan terikat’ alias em el dengannya.

****

Akhir tahun lalu, entah kebetulan apa, Didin mendapat pekerjaan di Bali,... kami berangkat saat kandunganku mendekati 6 bulan... tinggallah aku dengannya di Bali, sementara keluarga Didin baru akan menyusul saat usai tahun ajaran.

Anak hasil ’perkosaan Didi’ lahirlah di bulan Maret, bayi laki-laki yang lucu di namai Marcello; kami menyayanginya. Bulan Mei 2001 aku membawa Didin & Marcello, dan memperkenalkan sambil mengaku dosa pada Papaku (yang sudah menikah lagi dengan istri mudanya Baby) di Cibubur. Kami dinikahkan di Sukabumi.

Kini aku tinggal sendiri di Bali, menghidupi Marcello bekerja di sebuah tempat atraksi, aku telah memohon cerai pada Didin (ini konsekwensi, karena aku tahu, kejadian ini murni kesalahan Didi bukan ketidak puasan atau ketidak harmonisannya dengan keluarganya).

==oo0oo==

Minggu, 07 April 2013

Jenny dan Kawan Kawan

Nama saya Ni Made Jenny, saya adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Surakarta, usia saya 20 tahun, teman teman saya bilang saya cantik, memang kulit saya putih dengan tubuh yang sintal dan buah dada yang lumayan besar, rambut lurus panjang sebahu dan saya mempunyai darah Bali dan Solo, tapi saya tidak peduli dengan kecantikan yang saya punyai, karena saya lahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai nilai agama, makanya sampai saat ini saya belum pernah sekalipun berhubungan badan dengan siapapun, termasuk dengan pacar saya sendiri, saya mempunyai 2 orang sahabat yang sangat setia.



Yang pertama, Karina, dia yang paling muda di antara kita, umurnya baru 18 tahun, asalnya dari Manado. Perangainya agak tomboy, dia cantik walaupun kulitnya agak sedikit gelap tapi dia mempunyai tubuh yang lumayan sexy. Sahabatku yang ke dua, Gadis, Manado tulen juga, umurnya sekitar 19 tahun, dia yang paling cantik di antara kita bertiga, kulitnya putih dan bersih wajahnya imut dan kekanak kanakan. Tapi dia sangat benci kalau dianggap masih anak anak, makanya dia memotong rambutnya sampai sebatas leher, supaya wajahnya terlihat lebih dewasa, tapi, dengan rambut pendeknya itu, leher jenjangnya malah terlihat dengan jelas, menurutku dia lebih terlihat menarik dengan rambut panjangnya. Tubuhnya sangat sexy dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, tangannya putih mulus dan di tumbuhi dengan bulu bulu halus, kakinya panjang dan jenjang, apalagi jika dia sedang mengenakan pakaian yang minim dan rok pendek, dia selalu membuat banyak cowok melirik dengan penuh nafsu ke arahnya, walaupun payudaranya agak sedikit kecil, tapi dia memang yang paling cantik di antara kita bertiga. Singkat cerita kami bertiga berencana berlibur ke luar kota untuk melepas stress di kota karena selalu berkutat dengan kesibukan kami masing-masing, kami berencana untuk menikmati suasana pantai di Anyer, dengan pertimbangan kami tidak perlu repot-repot menyewa villa di Anyer, karena Gadis mempunyai villa di sana dan kebetulan Tantenya juga akan berlibur ke sana bersama dengan saudara suaminya. Berangkatlah kami pada hari yang telah kami tetapkan bersama dengan menumpang opel blazer ku, tiga jam kami menempuh perjalanan Jakarta-Anyer, setelah lelah di perjalanan akhirnya sampailah kami di villa milik Gadis yang Gadis sendiri hampir lupa tempatnya, rupanya Tante Linda berpakaian santai, dengan atasan kaos oblong di padu dengan rok pantai yang belahannya sampai sebatas paha. Kulit Tante Linda sangat putih dan mulus sama seperti Aku dan Gadis, hanya saja postur tubuh Tante Linda lebih tinggi, wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang di miliki Gadis.

“Hai, maaf telat habis tadi sempat nyasar” jawabku sekenanya menyambung pembicaraan mereka, setelah ngobrol cukup lama, kami pun mulai membuat acara untuk liburan kami di anyer ini, saya kebagian jatah belanja bahan bahan makanan bersama dengan saudaranya Gadis. Namanya Prita Laura, usianya sama dengan Gadis, bertubuh sintal dan padat, tapi menurutku lebih cocok kalau di katakan montok. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya manis dengan rambut lurus sebatas bahu, sekilas aku melirik ka arah dadanya, payudaranya terhitung besar untuk gadis seusia dia mungkin sekitar 36B, sedikit lebih besar dari buah dadaku. Setelah berbagi tugas dan berganti pakaian aku dan Prita berangkat ke pasar terdekat untuk belanja barang-barang yang diperlukan dan semuanya harus lengkap karena saya tidak mau bolak balik ke pasar hanya karena ada barang yang kelupaan di beli. Saat itu saya hanya mengenakan pakaian santai berupa rok biru sebatas paha dan kaos blong tipis, Prita malah tampil lebih berani dengan hanya memakai rok tipis pendek dengan t’shirt u can see merah. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.

Awal terjadinya penculikan

Waktu sudah menunjukan pukul lima saat tiba-tiba opel blazer yang ku kemudikan oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, untungnya aku sigap menginjak pedal rem dan dengan perlahan kupinggirkan mobilku ke tepi jalan.

“Kenapa Kak” seru Prita agak panik.

Aku bergegas turun dari mobil, ternyata ban depan sebelah kiri kempes, aku sempat panik karena aku bingung bagaimana caranya mengganti ban itu dengan hanya mengandalkan tenaga dua orang perempuan.

Pada saat itu tiba-tiba muncul dua orang laki-laki, menawarkan bantuan untuk mengganti ban mobilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dua orang itu karena hari sudah menjelang sore. Selesai ban mobilku di ganti oleh mereka aku mengucapkan terima kasih seraya berjalan ke arah pintu depan mobilku untuk mengambil uang sebagai tanda terima kasih, saat tiba-tiba aku merasakan ada tangan kasar yang memeluk tubuhku dan saputangan yang membekap mulutku, aku kaget dan berusaha berontak tapi kurasakan tubuhku tiba-tiba lemas dan mataku berkunang kunang. Akhirnya aku tak sadarkan diri.

****

Aku kaget bukan kepalang saat aku siuman, aku berada di suatu tempat yang asing, seperti sebuah gubuk.. dengan mata yang masih berkunang kunang kulihat puting buah dadaku sebelah kiri sedang di kulum dengan buas oleh salah satu orang yang menolongku tadi sementara buah dadaku yang sebelah kanan pun tak luput dari remasan tangannya. Posisiku terlentang dengan kedua tangan diikat erat kebelakang, kaos oblong tipisku entah di mana, hanya sepatu sandal masih menempel di kakiku, bra ku sudah melorot sebatas perut saat orang itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.

“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan.....!!!” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.

“Diam kamu, gua cuma mau mencicipi kamu aja koq jangan cerewet.. kalau tidak gua bunuh loe…” bentak orang itu sambil tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggut nya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pemuda itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.
Kemudian orang itu membuka kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang yang aku katupkan sebagai pertahanan terakhir dan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.

“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.

Aahh?Ohhh?Agk? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang Miss V ku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.

Dreet.. Dreet kurasakan selaput daraku robek saat orang itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.

“Sakitt.......!! Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.

“Sakitt.... Tolong..... Hentikaaann.......!!” jeritku meratap, tapi orang itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.

Dia tetap memperkosaku, memompa vaginaku dengan ganas sambil mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang miss V.

“Jangan..... Jangan di dalam!!” teriakku panik, dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.

“Ah..” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan pergi meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit dan berdiri walaupun rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, dengan susah payah dalam keadaan tanganku terikat erat kebelakang, aku lihat bercak putih bercampur merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.

Aku mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih mendera seluruh badanku setelah barusan diperkosa dan dengan terhuyung huyung berjalan menuju pintu yang rupanya tidak terkunci, aku mencoba mengintip ke arah luar dan rupanya kedua orang itu sedang sibuk menggarap Prita.

“Gila Jack cewek yang tadi masih perawan lho, sempit banget vaginanya, yang ini gimana?” tanya orang yang tadi memperkosaku.

“Masih perawan juga Man, nih Deh liat darah perawannya” jawab orang yang di panggil Man itu sambil mencabut batang penisnya dari kemaluan Prita lalu mencelupkan jarinya dan menunjukkan jarinya yang berbercak darah.

“Tapi cewek ini belum sadar dari pingsannya nih Man” sungut orang yang di panggil Jack.

“Sudah pompa aja terus, ntar juga sadar” kata si Man.

Sambil tangannya menggerayangi payudara Prita yang besar dan padat. Kulihat tangan Prita terikat kebelakang, diperkosa dengan posisi terlentang, pakaiannya masih lengkap dan masih bersepatu hanya celana dalamnya saja yang menjuntai di kaki kirinya, kaosnya tersingkap ke atas dan branya di tarik ke atas hingga payudaranya mencuat dari bawah branya. Tubuhnya terguncang guncang, karena si Jack memompanya dengan sangat kasar. Tiba-tiba Prita melenguh pelan dan membuka matanya, mungkin dia sudah mulai sadar dari pingsannya dan pasti dia akan sangat kaget karena saat ini dia sedang diperkosa, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, aku hanya menontonnya saja dari balik pintu tanpa bisa berbuat apa apa.

“Ohh.. Ssakitt.. Jangann.. Lepaskan saya.” rintih Prita sambil berusaha berontak dari dekapan si Jack, tapi terlambat kegadisannya sudah melayang.

Tiba-tiba kulihat si Jack mendengus keras dan mempercepat pompaanya di vagina Prita. Si Jack menceng keram tubuh Prita dengan keras dan menusukan batang penisnya dalam dalam ke lubang vagina Prita.
“Saakkitt..” Prita menjerit keras saat si Jack memuntahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Prita, kulihat cairan putih kental bercampur darah berlelehan di selangkangan Prita saat si Jack mencabut batang penisnya.

Mengantarkan kepada korban perkosaan lain
Sore itu si Jack dan si Man memperkosa kami secara bergantian, sampai aku dan Prita kembali pingsan karena tidak tahan di gagahi oleh kedua orang itu secara terus menerus.

Saat aku siuman rupanya aku sudah berada di jok belakang mobilku sendiri dengan kedua tanganku tetap terikat ke belakang, tapi untungnya aku sudah memakai pakaianku kembali, entah siapa yang mengenakannya di tubuhku, kulihat ke samping Prita berpakaian, masih pingsan dengan tangan juga terikat kebelakang.

“Mau dibawa ke mana kami” tanyaku memberanikan diri.

“Mau ke villa elu, mau perkosa teman lu, tadi gua denger suaranya di HP lu, dari suaranya kayaknya teman lu lumayan juga” jawab si Jack sambil tertawa diikuti oleh tawa si Man.

Aku langsung bergidik mendengar jawabannya, rupanya mereka tahu alamat villa kami yang memang kuletakkan di atas dasbor mobilku. Waktu sudah menjelang tengah malam saat kami tiba di depan pintu villa saat Tante Linda menghampiri mobil kami.

“Lu sergap dia Man” kata si Jack sambil mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arahku.

Aku tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa duduk dan diam. Benar juga saat Tante Linda sampai ke pintu samping mobilku, si Man langsung keluar dan dengan sigap mendekap tubuh Tante Linda dari belakang, sementara satu tangannya langsung membekap mulut Tante Linda, mungkin karena kaget Tante Linda tidak sempat berteriak. ”Mmmppphhh....!!” hanya itu yang keluar dari mulut Tante Linda saat si Man mendekap dan menelikungnya lalu mendorong Tante Linda ke arah pintu pagar vila kami.

“Jangan macem macem lu, diem di sini kalau nggak gua bunuh lu” ancam si Jack sambil menodongkan pistolnya ke arahku.

Aku hanya bisa mengangguk sambil ketakutan mendengar ancamannya itu, lagipula seluruh tubuhku terasa sangat lemas dan selangkanganku pun masih sangat nyeri dan ngilu akibat perkosaan yang aku alami tadi, sehingga aku tidak mungkin melarikan diri dengan keadaan tubuhku yang demikian, apalagi kedua tangankupun masih terikat erat.

Lalu si Jack ke luar dan membantu si Man menangani Tante Linda, kulihat si Jack mengikat ke dua tangan Tante Linda ke terali pintu pagar villa, sementara si Man menempelkan lakban di mulut Tante Linda sambil kedua kakinya berusaha merenggangkan kaki Tante Linda dari belakang.

Saat itu kulihat dari kaca belakang mobilku, Tante Linda masih berusaha keras meronta dan melawan sekuat tenaganya, sampai akhirnya Tante Linda lemas kehabisan tenaga. Bret.. Bret.. si Man merobek bagian belakang rok pantai Tante Linda sehingga paha dan pantat Tante Linda yang putih mulus terlihat jelas. Lalu si Man memelorotkan celana dalam Tante Linda sampai sebatas lutut dan mulai memainkan jarinya di kemaluan Tante Linda yang berbulu cukup lebat, sementara si Jack sibuk menciumi leher jenjang Tante Linda sambil tangannya meremas remas buah dada Tante Linda yang menyembul di antara kaos bagian atasnya yang sudah robek besar.

Tiba-tiba tubuh Tante Linda tersentak, kepanya terdongak ke atas dan mimik mukanya menunjukan kesakitan yang luar biasa, rupanya si Man sudah mulai mencobloskan batang penisnya ke dalam miss V nya Tante Linda. Tubuh Tante Linda terguncang hebat saat si Man mulai memompa penisnya ke luar masuk, bibir kemaluan Tante Linda sampai melesak masuk saat si Man menghujamkan kemaluannya, amblas ke dalam liang miss V Tante Linda, pasti sangat sakit rasanya, sama seperti rasa sakit yang kurasakan saat aku diperkosa tadi pikirku. Kulihat lelehan air mata di pipi Tante Linda, wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa, sepertinya Tante Linda sangat tidak rela menerima kenyataan kalau tubuhnya saat itu sedang di garap oleh orang yang bukan suaminya.

“Hh.. Oughh..” tiba-tiba si Man mendengus dengan keras, sepertinya dia sudah akan berejakulasi di dalam liang vagina Tante Linda.

“Jangann..” jerit Tante Linda lirih, sambil berusaha menarik tubuhnya ke arah depan. Tapi si Man malah menarik sisa sisa rok pantai Tante Linda yang masih melingkari pinggulnya ke arah belakang, sehingga membuat pinggul Tante Linda yang putih mulus itu juga ikut tertarik ke belakang, otomatis batang penis si Man malah makin terbenam di liang vaginanya

“Tidakk..!!” jerit Tante Linda saat si Man menyemburkan cairan spermanya ke dalam liang vagina Tante Linda, Tante Linda pasti sangat terhina karena diperlakukan seperti itu oleh si Man.

Tapi itu belum berakhir karena sedetik kemudian si Jack langsung menghujamkan batang kemaluannya di dalam vagina Tante Linda, yang membuat tubuh Tante Linda kembali terguncang guncang karena diperko sa oleh si Jack, aku kembali panik saat si Man menghampiriku, membuka pintu mobil dan menarikku keluar, sekilas kulihat Prita masih tergolek pingsan saat si Man berusaha mendekapku dengan kasar.

“Jangann.. Jangan perkosa saya lagi, saya sudah tidak kuatt. Lepaskan saya” seruku, saat si Man menjabak rambutku dan menyeretku memasuki villa.

“Siapa yang mau perkosa lu, sekarang lu tunjukin dimana teman-teman lu yang lain” teriak si Man,

Aku agak lega mendengarnya sebab paling tidak aku tidak akan diperkosa lagi. Dengan rambut dijambak dan punggungku ditodong pistol, terpaksa aku menuruti kemauannya, dengan selangkangan yang masih ngilu dan sakit, aku berjalan menuju kamar yang ku tahu itu kamar pribadi Gadis, dengan perlahan pintu kamar itu yang rupanya tidak di kunci oleh Gadis terbuka, kamarnya masih terang benderang dan kulihat Gadis sedang tidur di ranjangnya dengan posisi terlentang, kakinya yang jenjang terjuntai ke bawah, rok pendek coklat yang dikenakannya tadi siang masih menempel di tubuhnya dan agak sedikit tersingkap sampai sebatas pangkal paha kirinya, memperlihatkan sebagian kaki dan pahanya yang putih mulus.

Sementara kemeja putih yang di kenakan Gadis juga tersingkap di sedikit di bagian atasnya, karena 2 kancing atasnya terbuka, sehingga buah dada Gadis yang tertutup bra hitam itu tampak sedikit terlihat, mengintip dari balik kemeja putihnya, apalagi dengan posisi tidur Gadis yang terlentang seperti itu, dengan ke dua tangannya yang membuka ke arah samping, semakin membuat payudaranya terlihat membusung ke atas.
Kasihan Gadis, mungkin dia kelelahan karena menunggu aku dan Prita sehingga dia ketiduran dan lupa berganti pakaian serta mematikan lampu pikirku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat si Man tak berke dip melihat kemolekan tubuh Gadis yang sangat menantang itu, beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri.
Gawatt..!! sepertinya pemerkosa ini kembali terangsang, pikirku. Kasihan Gadis kalau dia harus mengalami perkosaan seperti yang aku alami, gumanku dalam hati. Dan parahnya lagi Gadis tidak tahu kalau sebentar lagi kejadian yang mengerikan akan menimpa dirinya.. Aku harus berbuat sesuatu..!! pikirku sambil berusaha memberanikan diri.

“Lu harus bantuin gua menyetubuhi teman lu itu kalau nggak awas..” Bisik si Man pelan tapi dengan nada mengancam.

“Jangann..!!.. Jangan perkosa dia.. Dia masih terlalu kecil.. Lebih baik lu garap aja lagi gua.. Sepuas lu..!!” seruku berusaha menghalangi niatnya, walaupun sebenarnya aku juga tidak rela di setubuhi dan di garap lagi oleh si Man.

“Elu mau mampus..!!” bentak si Man sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepalaku..

“Kalau lu nggak bantuin gua.. Gua ledakin kepala lu..!!” sambung si Man dengan nada geram, tubuhku lemas saat kurasakan ujung laras pistol si Man menempel di keningku, akhirnya aku hanya bisa mengangguk lemah dan menuruti semua kemauannya, tanpa bisa melakukan perlawanan lalu Si Man melepaskan tali-tali yang mengikat kedua tanganku kebelakang kemudian kembali mengikatkan tanganku didepan.

Lalu si Man beranjak pelan mendekati Gadis yang masih tertidur dengan lelap, sejenak si Man memandangi kemolekan dan kemulusan tubuh Gadis yang menantang, menyapukan pandangannya yang penuh nafsu mulai dari wajah Gadis yang cantik, lehernya yang jenjang, buah dadanya, pahanya, sampai ke kaki Gadis yang kecil dan indah. Aku merasa jijik melihat cara si Man memandangi tubuh Gadis dengan pandangan yang begitu mesum.

Gadis masih belum bangun dari tidurnya saat si Man berlutut di antara ke dua kaki Gadis, lalu dengan pelan dan lembut si Man mulai merenggangkan ke dua belah kaki Gadis setelah sebelumnya menyingkapkan bagian depan rok coklat yang di kenakan Gadis ke arah atas, sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan jelas, si Man makin melotot saat melihat vagina Gadis yang di tumbuhi bulu bulu halus tampak membayang dari balik celana dalam hitam dan tipis yang menempel di selangkangan Gadis, lalu si Man mengangkat kaki kanan Gadis dan meletakkanya di atas pundaknya sendiri.

Sekarang posisi kepala si Man sudah berada di antara kedua paha Gadis, lalu dengan tak sabar si Man mulai menciumi dan menjilati paha Gadis yang putih mulus itu, sambil tangannya berusaha menyibakkan celana dalam hitam Gadis ke arah pinggir sehingga vagina Gadis yang di tumbuhi bulu bulu halus terlihat dengan jelas, sementara tangan si Man yang satunya sudah mulai membuka bibir kemaluan Gadis memperlihatkan liang vaginanya yang kemerahan dan perawan, sekarang mulutnya sudah berada di bagian luar bibir vagina Gadis, lidahnya menjilati liang vagina Gadis dengan bernafsunya.

“Aahh..” Gadis mendesah tapi belum sadar dari tidurnya, tapi tiba-tiba Gadis tersentak dan langsung tersadar saat si Man mulai memasukkan jarinya ke dalam vagina Gadis.

“Siiapaa kamu.. Lepaskan saya.. Toloonng..!!” jerit Gadis kaget dan ketakutan sambil mencoba beringsut berusaha menjauhkan tubuhnya dari si pemerkosa, saat itu juga si Man dengan sigap berdiri dan langsung memeluk tubuh Gadis dengan erat, sambil tangan yang satunya lagi tetap mengerjai vagina Gadis.

“Kamu sini pegangin tangannya..!!” Bentak si Man kepadaku.

Karena ketakutan kupatuhi saja perintah si Man, lagipula memang tidak ada kesempatan buat menolong Gadis. Aku duduk di atas ranjang, kuletakkan kepala Gadis di atas pangkuannya dan aku pegang ke dua tangan Gadis dengan tanganku yang terikat kedepan.

“Jangan kak Jenny..... Tolonng..!!” jerit Gadis putus asa, sementara si Man makin buas menggerayangi tubuh Gadis, sekarang dia menciumi leher jenjang Gadis yang putih mulus, membetot kemeja putih yang di kenakan Gadis dengan kasar sehingga kancingnya lepas semua, lalu si Man menjilati buah dada Gadis yang masih tertutup bra. Dan tiba-tiba si Man menarik lepas bra yang di kenakan Gadis sehingga buah dadanya menyembul keluar.

“Toketnya nggak sebesar punya lu, tapi kenceng banget” seru si Man kepadaku, aku hanya diam saja. Tidak tega melihat Gadis diperlakukan seperti itu, sementara si Man mulai mengulum payudara Gadis dengan buasnya, sementara tangan yang satunya memilin milin putingnya yang kemerahan, sambil lidahnya terus menjilatinya dengan penuh nafsu.

“Jangann.. Ouhh.. Lepasskann..” jerit Gadis dengan suara parau, sambil terus berusaha berontak.
Tiba-tiba si Man berdiri, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang hitam dan besar.

“Sekarang gua jejelin vagina lu dengan ini..!! Dan lu harus tetep pegangin dia..” Bentak si Man ke arahku.
Karena ketakutan aku malah makin mempererat peganganku ke kedua tangan Gadis yang masih berusaha berontak ingin melepaskan diri.

“Jangann.. Lepaskan saya..” teriak Gadis panik sambil mengatupkan kedua kakinya yang jenjang itu sekuat kuatnya, tanpa pikir panjang si Man langsung berdiri di antara kedua kaki Gadis yang menjuntai ke bawah, memegangnya dan berusaha merenggangkan kedua kaki mulus Gadis yang terus melejang lejang.
?Ahh?Ohh?Tidak?Jangan?.!?

Akhirnya si Man berhasil merenggangkan ke dua kaki Gadis dan memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal paha Gadis, sambil sebelah tangannya kembali menyibakkan celana dalam Gadis ke arah pinggir, sekarang selangkangangan Gadis terbuka lebar, siap untuk di tembus batang kemaluan si Man yang besar, dan memang sekarang si Man sudah menempelkan kemaluannya di bibir vagina Gadis.

“Jangann.. Tolonng.. Jangan di masukinn.. Kak Jenny.... Tolong Gadis kak..!!” jerit Gadis histeris sambil berusaha menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan, berusaha mengelakan vaginanya dari batang penis si Man, tapi usahanya sia sia, karena ujung kemaluan si Man sudah berada di bibir vaginanya dan siap menerobos masuk. Gadis menjerit, menangis dan meronta sejadi jadinya.

“Gila sempit banget nih cewek” guman si Man sambil terus mendorong batang penisnya dengan perlahan melewati sela-sela celana dalam Gadis.

Seperempat sudah penis si Man masuk ke dalam vagina Gadis, rontaan Gadis semakin kencang, matanya membelalak dan mulutnya megap megap seperti orang kehabisan nafas, saat si Man mulai mendorongkan lagi batang penisnya, tapi rontaan Gadis malah makin membenamkan batang penis si Man ke dalam liang vaginanya yang kering kerontang itu. Tiba-tiba Gadis berhenti meronta, badannya melenting, dadanya terangkat ke atas dan kepalanya mendongak, matanya semakin membelalak dan mulutnya membentuk huruf O, menahan sakit yang luar biasa, saat batang penis si Man sudah masuk setengahnya, rupanya batang penis si Man sudah mengenai selaput dara Gadis.

“Sakitt.. Jangann.. Tolong kak Jenny.... Sshh.. Jangan teruskan..” jerit Gadis.

Melihat itu si Man bukannya menghentikan sodokannya malah langsung menghujamkan batang penisnya sekuat kuatnya, dengan satu kali sodokan, amblaslah seluruh kemaluan si Man ke dalam liang vagina Gadis, sekaligus menjebol keperawanan Gadis. Dret.. Dret kurasakan getaran terenggutnya kegadisan Gadis saat itu.

“Sakitt.. Keluarkan itu dari sana.. Tolong kak Jenny....” jerit Gadis kesakitan.

Mendengar jerit tangis Gadis si Man malah semakin bernafsu dan mulai memompa liang vagina Gadis yang masih sempit itu dengan kasar, sehingga Gadis makin kesakitan, tubuhnya terguncang guncang maju mundur dan buah dadanya ikut bergetar akibat pompaan si Man yang ganas.

Terus terang aku mulai terangsang saat si Man mulai memompa batang penisnya maju mundur di dalam vagina Gadis yang masih sangat sempit itu.

“Sshh.. Buka paha mu ke.. Biar nggak terlalu sakit” bisikku setengah mendesah sambil kubelai rambutnya, Gadis tidak menjawab hanya terengah engah sambil melemparkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan sakit yang luar biasa, sementara si Man terus menyodokan batang penisnya dan memompa vagina Gadis sambil satu tangannya terus meremas remas buah dada Gadis.

Tiba-tiba si Man menghentikan pompaannya dan membenamkan batang penisnya dalam dalam ke liang vagina Gadis, lalu tangannya memegang dan mengangkat kedua kaki jenjang Gadis dan memposisikannya di atas pundak kiri kanannya, dengan posisi ini penis si Man bisa masuk seluruhnya ke dalam kemaluan Gadis, kemudian pantatnya mulai maju mundur lagi di antara selangkangan Gadis sambil sesekali mencabut dan memasukkan kembali batang penisnya sehingga bibir vagina Gadis tampak melesak dan tertarik mengikuti irama pompaan batang penis si Man yang membuat Gadis makin menjerit jerit kesakitan, tapi jeritan Gadis tampaknya malah membuat si Man makin bersemangat menggagahi tubuh mulus Gadis, akupun juga semakin cepat mempermainkan jariku di vaginaku sendiri sampai akhirnya aku merasakan seluruh tubuhku menegang.
“Oohh.. Sshh..” aku telah mencapai orgasme saat tiba-tiba si Man menyodokan penisnya dengan sangat keras tiga kali berturut turut dan seluruh tubuhnya menegang dengan hebat sambil tangannya mencengkeram buah dada Gadis dengan kuat, rupanya si Man sudah akan berejakulasi.

“Ahh.. Sakit..!!” Gadis kembali menjerit kesakitan.

“Jangan.. Jangan dikeluarin di dalam.. Nanti dia hamil..” teriakku sambil berusaha menarik tubuh Gadis ke atas, berharap supaya batang penis si Man terlepas dari lubang vagina Gadis dan spermanya tidak sampai masuk ke dalam liang rahimnya, gerakanku yang tiba-tiba itu membuat batang penis si Man tertarik setengah keluar dari vagina Gadis.

Merasa batang penisnya akan terlepas dari liang vagina Gadis, si Man buru-buru mencekal rok coklat yang masih melilit di pinggang Gadis dan menariknya ke arah tubuhnya, sehingga pinggul Gadis juga ikut tertarik ke belakang, lalu si Man kembali menyodokan batang kemaluannya beberapa kali dan menghujamkannya ke dalam liang kemaluan Gadis sehingga kini batang penisnya terbenam seluruhnya di dalam vagina Gadis, tiba-tiba si Man mengejang beberapa kali dan menyemburkan spermanya ke dalam liang vagina Gadis, lalu menghentakkan pantatnya sekali lagi sehingga seluruh spermanya keluar membanjiri liang rahim Gadis.

“Tidakk..!!” lolongan Gadis memenuhi seluruh ruang kamarnya.

Si Man masih sempat menyodokkan batang penisnya beberapa kali sebelum akhirnya mencabut kemaluannya dari vagina Gadis, tampak cairan sperma si Man berlelehan di antara liang vagina dan selangkangan Gadis, bercampur dengan darah perawan, lalu si Man beranjak keluar kamar, setelah sebelumnya mengikat tangan Gadis yang tengah lemas, kebelakang lalu meninggalkan kami begitu saja sambil tertawa puas.

Sementara Gadis masih terlentang di atas tempat tidurnya dengan pakaian yang terbuka dan acak acakan, matanya nanar menatap kosong ke arah langit langit kamarnya, sepertinya dia sangat syok, tak menyangka kalau kegadisannya telah dibobol oleh orang yang tak di kenal, kemejanya kusut dan berantakan, branya entah terlempar ke mana, rok coklatnya masih tersingkap sebatas perut. Hanya celana dalamnya yang masih menempel di selangkangannya, itupun posisinya agak tersingkap ke samping dengan noda sperma dan darah perawan yang menempel di sekitar celana dalam hitam dan bibir vaginanya.

Gadis sepertinya sudah tidak lagi mempedulikan keadaan dirinya, dia hanya bisa menangis sesenggukan menyesali nasibnya yang tragis hari itu.

Aku lalu beranjak turun dari ranjang tanganku yang sudah diikat lagi kebelakang dan berjalan ke pintu, mencoba melihat, apakah kami bisa melarikan diri dari villa ini, tapi pemandangan di ruang tamu makin membuatku putus asa. Aku lihat Tante Linda dan Prita diikat ke dua tangannya dan didudukan di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, sementara si Jack sedang sibuk menggagahi Prita dengan posisi si Jack duduk dan memangku tubuh Prita yang sintal sambil kedua tangannya memegang pinggul Prita dari belakang, tampak batang penis si Jack keluar masuk menerobos vagina Prita yang saat itu masih menggunakan rok dan kemejanya, hanya saja roknya sudah terangkat sebatas perut dan kemeja bagian atasnya sudah terbuka sehingga salah satu buah dadanya tampak menyembul ke luar dari sela sela branya, tapi tampaknya Prita sangat menikmati perkosaan tersebut.

Prita tidak berontak sedikitpun bahkan, malah Prita yang aktif menaik turunkan pantatnya, mulutnya mendesah desah tak karuan sambil tangannya menjambak dan meremas-remas rambutnya sendiri, tiba-tiba si Jack menggeram dan menurunkan pinggul Prita sehingga membenamkan seluruh batang kemaluannya di dalam vagina Prita, sementara Prita makin giat memutar-mutarkan pantatnya di atas pangkuan si Jack, tampaknya mereka telah mencapai orgasme. Tampak sperma si Jack berlelehan di antara bibir vagina Prita dan batang penis si Jack yang masih terbenam di kemaluannya.

Malam itu Aku, Prita, Tante Linda dan si cantik Gadis kembali diperkosa dan digagahi secara bergiliran oleh mereka, kami berempat dalam keadaan tangan terikat kebelakang. Aku merasakan vaginaku sempat diterobos oleh batang penis si Man, sementara kulihat Gadis juga sedang di kerjai oleh si Jack dengan posisi menungging tepat di samping si Man yang sedang menggagahi aku, sampai akhirnya aku pingsan dalam keadaan tangan terikat kebelakang, karena kelelahan, entah sudah berapa kali kami diperkosa oleh mereka malam itu.

Rabu, 20 Maret 2013

Terjebak Dalam Ketidakberdayaan


Namaku Melany, usiaku masih 19 tahun. Aku mahasiswi semester I Fakultas Ekonomi Universitas terkemuka di pusat Jakarta.Sahabat-sahabatku suka memanggilku “Fitri”, kata mereka aku mirip Shireen Sungkar, pemeran Fitri dalam Sinetron Cinta Fitri.

Hari Kamis ini aku punya janji menemui pengusaha muda, dalam rangka wawancara menyelesaikan tugas akhir semester pertama yang diberikan dosen kepadaku. Ini adalah hari Jumat, hari itu aku berpakaian rapih, blus pink tanpa kerah dengan kancing berwarna emas berjejer dari atas ke bawah dengan rok dibawah lutut yang sewarna, aku mengunjungi bapak Alvin Wijaya, yang kukenal ketika bulan lalu aku menjadi SPG kendaraan Eropa yang mewah di sebuah mall. Kini aku berada di ruang kerjanya. Pak Alvin adalah pengusaha muda yang ganteng menurutku sehingga aku sering curi pandang melihat mimik wajahnya. Aku seperti terhipnotis ketika Pak Alvin berdiri menarik tanganku kebelakang dan mengikatku di kursi tempat aku duduk berseberangan dengan mejanya. Masih tidak sadar apa yang terjadi, tahu-tahu kakiku sudah terikat menyatu



“Pak Alvin,....Kenapa kog saya diikat begini?” tanyaku dengan sopan campur heran ketika menyadari tangan dan kakiku sudah terikat begini.

Pak, apa yang bapak lakukan? Jangan paaeemmmpphhhh....! belum selesai kata-kata itu terucap sebuah lakban berwarna abu-abu perak telah menempel di mulutku, mulutku dibekapnya sehingga lakban abu-abu perak itu merekat dengan pasti di mulutku

eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....! lenguhan yang masih bernada sopan

“Aku pergi dulu ada meeting diluar sampai jam 17, nanti kita lanjutkan wawancaranya” jelas Pak Alvin terburu-buru sambil beranjak dari ruangannya. Di luar ruangan tak ditemukan sekretarisnya, Ia menunggu sebentar lalu dikatakan ke sekretarisnya,

“Ruangan saya kunci, saya tidak mau ada yang masuk...” Via sekretarisnya menyanggupi, dia paham pesan Pak Alvin jika mejanya penuh dokumen rahasia, meski Via punya kunci cadangan, Via tentu tidak berani membuka kamar bossnya.Sementara di dalam ruangan Pak Alvin
“eeemmmmppphhhh......mmmmppphhhhhh.....!!” Aku duduk terikat sendiri, tanganku terikat kebelakang, kakiku juga terikat menyatu, mulut dilakban dan mataku ditutup. Aku bertemu Pak Alvin untuk ngobrol saja tiba tiba tanpa sadar dia mengikat tangan dan kakiku, belum habis terkejutku, mulutku sudah dilakban, Pak Alvin pamit mau pergi dan menutup mataku serta meninggalkan aku disini diruang kerjanya... Aku berharap ada jika orang masuk, dan membebaskanku.

“eeemmmmppphhhh......mmmmppphhhhhh.....!” aku harus melepaskan tali-tali yang mengikatku, aku tidak mungkin menunggu, pak Alvin membebaskanku, aku meronta ronta semakin hebat.

“eeemmmmppphhhh.....” Sudah 2 jam aku ditinggal terikat begini, tanganku lemas, pegal dan kesemutan tak berdaya.

“eeemmmmppphhhh......!!” aku mengatur nafasku dalam dalam.

Ugh, hasil meronta hanya bisa melepaskan ikatan yg menutup mata, rupanya kain yang diikatkan ke mataku tidak tersimpul erat, ku lihat ruangan pak Alvin gelap jelang senja, aku masih terikat sendirian dalam ruangan ini mmmmppphhhhhh.....!!! Mataku tertuju pada jam digital di ruangan pak Alvin 18:27

'Pak Alvin, katanya kembali jam 17 ini lewat jam 18...' batinku,

“eeemmmmppphhhh......!” waktu telah menunjukkan 18:52 saat kudengar pintu terbuka

“Aku sudah pulang nihh.. maaf aku terlambat..”

“Melany, Kamu nggak nakal kan?” itu suara pak Alvin

“eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....” lenguhku tetap bernada santun

“Mau ngomong yaa kamuu?” sahut Pak Alvin sambil membelai-belai rambutkuyang panjang

“eeemmmmppphhhh..” aku berusaha menyahut

“sebentar yach.... “ CREETTT lakban dilepasnya

“Kenapa Mel? Lama ya nunggu aku?”

“Pak Alvin... Lepasin pak, saakiitt...” aku memohon

”Mau dilepasin, nanti kamu kabur gimana kalau aku lepasin?”

“Pegel banget Pak.... “ suaraku terdengar memelas

"Oh ya, tapi kamu cantik deh kalau terikat begini.....” ujarnya, aku bingung dengan pujian seperti ini

“Tapi pak, aku mesti pulang pak..”
“Lepasin aku.....pliiisss” aku memohon dengan sangat

“Kalau aku tidak mengijinkan kamu pulang gimana dong?” godanya

“Jangan pak......” tak terasa mata ini basah

“Tenang sayang.. Kamu aman kog di sini....” suara lembut Pak Alvin sambil mengusap air mataku

“Kamu belum makan khan? Pasti lapar deh”. Pak Alvin menyuapkan makanan yang dibawanya padaku.

“Kamu dari tadi ketakutan yaa?"

“banget dan Laper juga.... “

“Kenapa kamu takut begitu Mel? Khan ruangannya terkunci, dan nggak mungkin ada org yang masuk.

Sesendok demi sesendok Pak Alvin menyuapi aku makanan

“Hmm....” sahutku

“Kenapa?” tanya pak Alvin yang sedang membelai-belai aku

“Lepasin pak, saakiitttt....nanti boleh deh diiket lagi” tuturku pasrah karena pegel banget ingin dipijit dulu tetapi

“Mau di lepasin? Bentar bentar.. “ tiba-tiba mulutku kembali di plester lakban

“waktumu dilepaskan belum tiba sayang..” kata Pak Alvin

“eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....!!! aku meronta ronta hebat

“Ehm.. Mau aku bius ajaa?” ancamnya

“Jangan nakal yaa melany sayang..nanti aku bius nihh.. Mau?”

“eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....!!!
“ eeemmmmppphhhh......! mmmmppphhhhhh.....!!!” tentu saja aku menolak

Lalu tangan Pak Alvin membekap mulutku dengan sapu tangan. Bau itu melemahkan syarafku dan aku tak sadarkan diri.

Pakaiankupun diganti dengan gaun pesta yg cantik dan berwarna putih.. Aku merasa seperti seorang putri yg terikat dalam ketidakberdayaannya.. Sesampainya di apartment ikatankupun dilepaskan sejenak dan pak Alvin kembali mengikatnya di sebuah kursi.. Tangannya terikat ke belakang.. Dan kedua kakinya diikat menjadi satu.. Juga kakinya diikat di bagian paha sehingga dirinya terlihat begitu seksi.. Kali ini mulutnya tidak di lakban hanya di tutup dengan kain berwarna putih sehingga wajahnya tetap cantik dalam ketidak-berdayaannya.

“eeemmmmppphhhh......!” ketika aku mulai siuman malam itu aku mendapati diri tangan terikat kebelakang, masih bersepatu putih yang dipakainya sejak pagi dan terkejut dengan gaun putih yang dikenakan...

“eeemmmmppphhhh......!” disisinya dilihatnya Alvin pulas, dimana aku berada, aku benar benar diculik..!" pak Alvin pun masih tertidur dengan nyenyaknya.
Hanya menggerakan tubuhnya ke arahku.. Namun matanya masih terpejam.

“mmmppphhhhh.....” aku meronta Pak Alvin pun mulai sedikit tersadar.. Melihat aku terikat tak berdaya layaknya seorang putri yg tak berdaya..

“mmmpppphhh.. eemmmppphhhh.....!!”.

Aku masih saja berusaha mengeluarkan suara.. Aku bingung, baju siapa yang dipakaikan padaku, ukurannya pas dengan tubuh mungilku, gaun putih bak cinderella dengan kancing yang menghias dan berbaris manis dari atas ke bawah.

“eeemmmmppphhhhh!!! Apa yang terjadi pada diriku? batinku bertanya-tanya

Pak Alvin pun tersadar dan mulai terduduk sambil menatapku, aku masih meronta-ronta dengan tenaga yang ada.. Sayang semua ikatan itu terlalu erat..

“eeemmmmppphhhhh.....eeemmmmppphhhhh!!! protesku karena dari pagi gak dilepas-lepas

Pak Alvin pun mendekatiku dan merapikan poni rambutku ke atas alisku dan terlihat diriku begitu cantik menurutnya.

“Gimana sayangku tidurnya? cukup lama khan waktu kamu istirahat?"

“eeemmmmppphhhhh!!! istirahat? Pikirku tanganku udah mati rasa nich

“Iya iya aku lepasin mulutmu ya biar kamu bisa ngomong..” janji Pak Alvin

"Pak Alvin, lepasin dong, saakkiitt nich... please” mata tak terasa mulai berlinang

“Cup cup cup.. Jangan nangis dong Melany..” bujuk pak Alvin, aku yang sudah di dandani hingga begitu cantik katanya mulai mengeluarkan air mata..

“aduuuhhh pegel nich.......” keluhku

”Ok.. Kalau aku lepasin kamu nggak akan kabur yaa? Pak Alvin kendorin sedikit d ikatannya..”

“eh eemh” gelengku

Pak Alvin tidak tega, dia melepaskan tali yang mengikatku, namun tanganku masih lemas, ternyata pak Alvin mengikat tanganku ke bagian kepala tempat tidur, menyatu...

“Pak Alvin,...!!?!” tegurku menahan kesal

“eemmmmppphhhh.......” dalam sekejab mulutku dilakban lagi

“eemmmppphhhhh” pak Alvin pun kembali mengikat kaki ku ke tempat tidur seraya mengambil kamera dan mengabadikan foto-fotoku dalam keadaan terikat..

“eeemmmmppphhhh......!” aku berusaha menyembunyikan wajahnya karena malu diphoto dalam keadaan itu pak Alvin kemudian mendekatiku dan kurasakan belaiannya.

” eeemmmmppphhhh......!”

“Bagaimana perasaanmu sekarang? Lebih baik dari tadi kan?” pak Alvin pun mengecup bibirku yang tertutup lakban..

“Sekarang aku ikat kamu kembali di kursi ya” Akupun kebingungan..

"aku mau diapain lagii??"

“eemmmmppphhhh......eemmmmppphhhh......!

“Sudahlah kamu baik baik yaa malam inii.. “

Akupun hanya bisa protes menatap diriku yang menurut pak Alvin begitu cantik dengan make up dan baju pestaku kembali terikat tak berdaya..

“Ssssstttt.. !! Selamat istirahat Melany, simpan tenagamu untuk besok, apa mau di bius lagi untuk malam ini?” Wajahku menggeleng geleng menolak

“eemmmmppphhhh...... eemmmmppphhhh......!”

Dan kemudian creeettt,, pak Alvin mengikat bagian perutku yang terbalut ikatan dari gaun pesta dengan lakban perak dan dihubungkan ke kursi.. Sehingga pergerakanku menjadi terbatas dan tidak bisa beranjak dari kursi..

“eemmmmppphhhh......!”

“Kenapa protes ya? Rambutku di belai belai.. Selamat istirahat putri cantik.” ucapan selamat tidur untukku.

Di dalam ketidak berdayaanku aku bingung, ceritanya mau mencari rahasia keberhasilan pengusaha muda seperti pak Alvin, namun baru beberapa pertanyaanku dijawab, tiba-tiba dia pergi setelah sebelumnya mengikatku, apa maksudnya ? aku tidak habis pikir.

Hari ini hari Jumat, sudah 2 hari aku diculik pagi itu pak Alvin pun bangun.. Setelah bersiap untuk segera pergi pak Alvin ke kamar tempat ia meyekap Melany yang masih tertidur manis dengan gaun pestanya yang indah..

Setelah memastikan aku tetap terikat Pak Alvin pun pergi meninggalkanku di apartemen nya dan memasang kode don't disturb..

“eemmmmppphhhh......! teriakku ternyata Pak Alvin mendengar suaraku yang sudah sedikit tersadar..
Pak Alvin pun kembali masuk ke ke dalam apartemennya dan masuk ke kamar di mana aku disekap..

”eemmmmppphhhh......! eemmmmppphhhh......! pak Alvinpun melepas lakban yg sdh menempel dimulutku sejak semalam

“Pak Alvin, bukain...saakiiitt!

“Bukain apa Mel? Iketannya yaa?” pak Alvin hanya mengendurkan ikatan tangan dan kakiku kurasakan aku bisa sedikit leluasa bergerak..

“Kenapa pak Alvin menculik saya,.....?” tanyaku frustasi namun tidak digubrisnya.

“Gimana Mel? Sudah lebih baik kan?” pak Alvin pun keluar sebentar dan memgambil makanan lalu akupun disuapinya makan, aku menikmati makanan dengan baik dan tidak berusaha melawan saat disuapi makan..

“Paak, aku mau pipis....” pintaku

“Mau pipis?” sahut pak Alvin

Pak Alvin melepaskan ikatanku ke kursi lalu membopongku ke toilet . Gaun pendekkupun sedikit di singkap dan celana dalamku diturunkan, pak Alvin keluar dan membiarkanku di dalam toilet sejenak
Tanganku masih terikat kebelakang kaki masih terikat bersepatu putih

“Sudah Mel...?” suara dari luar setelah selesai pak Alvin pun kembali mengikat pahaku menjadi satu sehingga konon aku terlihat semakin seksi, aku pun dibopongnya dibawa kembali ke ruangan tempatku disekap

Pak Alvin pun pamit harus pergi karena urusan tertentu dan baru bisa pulang nanti siang..

Seperti biasa aku terikat di kursi setelah sebelumnya pak Alvin mengambil lakban perak dan creeettt mulutkupun kembali dilakban dan matanya juga ditutup oleh kain berwarna putih..

“Sampai nanti siang..Jangan nakal ya..” suara Pak Alvin ku dengar


“ eemmmmppphhhh......! eemmmmppphhhh......! eemmmmppphhhh......!” Aku cemas ditinggal dalam keadaan terikat begini, seperti kemaren walau mata masih mengantuk, merasa simpul ikatannya dikendorkan aku terus berusaha melepaskan diri meronta ronta

“eemmmmppphhhh......!” aku tak lelah meronta, mencoba melepaskan diri....

Beberapa jam kemudian...

“Hi Melany..kamu nggak nakal kan?
“ eemmmmppphhhh......!” jawabku sekenanya

“Sabar dong sayang.. mau cepat cepat dilepasin yaa, apa kamu mau ngomong?

“eemmmmppphhhh....”
tatapan mataku seolah menunjukkan bahwa aku ingin mengatakan sesuatu..

“eemmmmppphhhh.....” lakbanku dilepas pak Alvin lagi lagi mengelus wajahku

“Kamu ngapain aja Mel...? Capek yaa? Aku baru pulang nih” katanya

"Pak Alvin.... Bukain, saakkiittt" suaraku melemah

“ Iyaa....”

”Bukain apanya Mel, bajunya?”

“Talinya..”
aku menahan kesal karena dipermainkan

“Tali yang dimana? Tangan apa kaki?”
pak Alvin semakin menyebalkan

“ Semua.. Lepasin dong.... diiket terus ga bisa lepass... addu..uuhhh......tanganku lemes banget Pak,..”

“ Lemes ya? Kaciaaan,Iyaa sih wajahmu keliatan pucat”
sahutnya

“Bukain dong” desakku

“Ehm.. Ada syaratnya.. kalau aku bukain kamu mesti dandan yang cantik yaa? Aku bukain ikatan tangan kamu nihh nanti...”

“Iyaa”
jawabku

“Kakiku juga?” tanyaku lagi

"Nggak.. Kakimu aku tetap ikat jadi satu” tegasnya untuk memastikan aku nggak akan kabur

“Aaahhh....aku mau kabur gimana lagi lemas begini Pak?”
“Ehm... Bukain nggak yaa?? Sebentar dulu aku makan dulu sambil aku pikirkan.." sementara ikatan tangan dan kakiku masih belum dibuka..dan Pak Alvin kembali secara menyebalkan memplester mulutku sementara waktu

“eemmmmppphhhh......!!!” aku marah di sumpal lagi. Tatapanku yang marah justru membuat Pak Alvin mengancamnya..

“Apa mau aku bius ? Diam dulu yaa kamu..” ancam Pak Alvin

“eemmmmppphhhh......!” sahutku tak berdaya

Pak Alvin segera makan dan membiarkanku yang tampak sedih dan jengkel..

“ eemmmmppphhhh......!“ pak Alvin pun menyalakan televisi di depanku..

Rupanya diharapkan aku bisa melupakan sedikit keadaanku yang tak berdaya tersebut sementara TV sedang menyiarkan sinetron adegan artis Donita dalam penculikan.... Aku merasa senasib, serasa ada dalam sinetron itu..

“eemmmpphh”

“Ssssttt.. Mau ngomong apa kamu Mel? Kog nggak jelas gitu ngomongnya?”

Pak Alvin pun sedikit meledekku yang tidak bisa bicara karena rekatnya lakban perak

” eemmmmppphhhh......!” akupun protes karena merasa kesal.. Tapi ada daya.. aku tetap hanya bisa mengeluarkan suara eeemmmmppphhh

Aku Melany, seorang gadis remaja temanku bilang aku cantik mirip Shireen Sungkar kini aku yang terikat terlihat begitu cantik di mata pak Alvin dengan wajahku menunjukkan hasrat kuat dilepaskan

“ mmmpphhh....” Keringat mulai membasahi tubuhku

“eemmmmppphhhh......!”


Setelah selesai makan pak Alvin pun memanggil suster khusus untuk merawat dan memandikanku..

Aku masih protes dan meminta untuk dilepaskan. Setelah selesai tanganku kembali diikat ke belakang.. Tapi tidak dengen ikatan yg terlalu kencang agar aku bisa beristirahat sedikit, sebelumnya aku kembali dipakaikan gaun pesta hitam dengan lilitan pink di bagian pinggang. suster memakaikan stocking hitam kemudian memakaikan sepatu putihku sehingga sepatuku semakin kontras diatas stocking hitam. Aku merasa akan kembali di dandani oleh juru rias yang sudah dipanggil oleh pak Alvin..

“eemmmmppphhhh...... eemmmmppphhhh......!”
Wajah ku diberi foundation, kemudian bersihkan dengan masker dibedakin pakai eye shadow agak tebal, sementara aku lihat pak Alvin mengawasiku sambil terkantuk kantuk, aku dipakaikan maskara dan lipstik,

"mbak buat apa di lipstikin ntar juga ditutup lakban"
kataku, juru rias itu diam dan memakaikan aku lipstik mahal yang tak mudah luntur.

“ting....tong,....!!!” bunyi bell

“Pak...”. Aku membangunkan pak Alvin hanya dengan suara lembut, tangan dan kakiku terikat dan juru rias sudah lama menginggalkanku.. Pak Alvin bangun dan melakban dan membiusku lalu dimasukkan nya ke sebuah lemari

****

Aku siuman, mendapati diriku di ruangan gelap,... Di atasku baju baju bergantungan... Oh aku dalam lemari !? Aku berusaha bangkit susah payah. Ketika aku berhasil berdiri diatas kedua kakiku lalu aku mencoba mendorong pintu dengan bagian atas tubuhku, klek, pintu lemari terbuka.... Aku ingin keluar tetapi untuk melompat aku tidak yakin karena aku bersepatu highheel, yang sering kusebut sepatu sexy.

Setelah cukup seimbang, aku pun mencoba melompat keluar lemari hop! Berhasil,... mmmpphhhh! Rupanya latihan yoga yang biasa kulakukan membuat tubuhku tetap seimbang dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan tubuh seperti ini.. Hop lompatan kedua lalu aku melihat kondisi ruangan gelap yang mendapat sinar dari penerangan jakarta dan lampu-lampu gedung tinggi.

Ternyata ini adalah kamar tempat aku disekap, masih terlihat sebuah kursi kantor yang masih berlilit tali, tempat tadi malam aku 'tidur' di sana.. Hop! Aku melakukan lompatan lebiih jauh ke arah jendela. Memang aku ingin berdiri depan jendela berharap keadaanku ditemukan tetangga pak Alvin di apartemen, hop aku sampai di depan jendela, kulihat kekiri di teras sebelah ada seorang bapak dan ibu sedang berbincang bincang. Aku gerak-gerakkan tubuhku mereka tidak melihat kendati malam ini termasuk terang di luar sana,...baru kusadari, aku memakai gaun tank top warna hitam..Hmm dengan begini yang terlihat cuma tali putih yang melintas dibagian atas dan bawah payudaraku..

“.mmmmppphhhh.....!!

Aku pun berbalik badan 'sia sia...' pikirku dan hup! Beberapa kali lompatan kecil sampailah aku di pintu kamar tempat aku disekap. Kuputar tubuhku dan dengan tangan yang terikat kebelakang, aku berhasil membuka pintu kamar itu

“mmmmppphhhhh...”

Hop! Beberapa lompatan membawaku ke dapur, aku mencari pisau atau benda tajam yang bisa membantu membebaskan diriku yang terikat ini....

“Ugh....ugh....ugh....!” perlahan namun pasti tali-tali di tanganku teriris dan akhirnya putus! Lalu aku kembali meronta-ronta melepaskan tali yang sudah terputus,...

Lima menit,.... sepuluh menit.... berhasil!! Tali-tali yang mengikat tubuhku terlepas. Pelan-pelan aku melepaskan kain yang mengikat mulutku ke tengkuk. Ugh,... tangan ini lemas sehingga butuh sepuluh menit untuk mengembalikan tenagaku, dan lepas, kemudian aku merunduk dan dengan bantuan pisau aku berhasil memotong tali yang mengikat kakiku. Aku bebas,.... sebelum aku kabur dari apartemen ini aku masuk ke ka-mar pak Alvin, dan kutemukan tas tanganku, periksa dulu isinya dan dompetku ada dengan sisa uang Rp 80.000,- aku bergegas membuka pintu apartemen dan keluar, aku melangkah memencet tombol lift.

“Seventeen Floor....” lift itu berbicara dan pintu terbuka saat keberuntungan belum memihak kepadaku ketika aku melihat pak Alvin dan kedua orang pengawalnya keluar dan......

“Melany,....!! kamu mau kemana??” aku dikejutkan dengan wajah pak Alvin di hadapanku. Tangan kiri dan kanan sekejap diapit oleh kedua pengawal itu dan dengan setengah terangkat dan bergantung mereka menyeretku masuk ke apartemen kembali.

“Ugh.... lepaskan!!” aku melawan

Lalu dengan menahan amarah pak Alvin menempelkan saputangan ke hidung dan mulutku,... bau yang melemahkan syaraf membuat aku tak sadarkan diri.

***

“eemmmmpphhh....!” aku sadarkan diri dan mendapatkan diriku yang kembali terikat, eemmhh lenguhku kecewa, seandainya tadi bukan pak Alvin yang keluar dari lift, pasti ceritanya lain, saat ini semestinya aku sudah kembali ke kost-kostanku, berbaring atau berendam air hangat melepas penat dan pegal berhari-hari diculik dan diikat oleh pak Alvin narasumber yang aku kenal ketika aku menjadi SPG yang berhasil menawarkan mobil eksklusif untuknya. Aku ingat waktu itu pak Alvin yang ganteng ini memberikan kartu nama kepadaku sambil berucap

“Main-main yach ke kantor...” ajaknya dan itu adalah kunjungan pertamaku memanfaatkan hubungan kenal dengan pak Alvin yang membeli mobil yang aku tawarkan dulu. Karena transaksi itu aku kebagian bonus yang lumayan besar diluar honorku sebagai Sales Promotion Girl. Oh ternyata aku berandai-andai, dalam kegelapan ku tatap tubuhku yang berbalut gaun pesta rok mini terikat tergantung di langit-langit sebuah kamar dalam apartemen pak Alvin.

“eemmmmpphhh.... eemmmmpphhh!!” aku meronta-ronta mencoba lepas dari lilitan tali yang mengikatku namun apa yang terjadi, tubuhku terayun ayun dan rasa takut jatuh menghampiriku, aku berusaha menghentikan gerakan rontaanku, sungguh takut jatuh!

Ruangan itupun gelap, lampu dimatikan.. sementara rasa takut jatuh dan bingung menghentikan rontaanku waktu menunjukkan pukul 21.13 tergantunglah aku tak berdaya terikat, mulut dibekap kain putih dengan gaun tank top hitam dan stocking seksi nya.Pintu ruangan aku disekap, terbuka

"Awas kalau kamu melakukan hal seperti itu lagi" terdengar ancaman dari pak Alvin

“Mmpphh” aku mengangguk lemah kapok ! penuh sesal sudah cape cape lompat lompat ke dapur, berhasil melepaskan ikatan, keluar lalu tertangkap tepat di depan lift.... jika dipikir-pikir salama aku disekapnya, aku diperlakukan baik olehnya, aku mengingat kebaikan pak Alvin selama menawanku, pak Alvin juga kurasa cukup sayang padaku. Pak Alvinpun masuk ke ruangan itu lalu menurunkan aku dari gantungan yang mengayun lalu pak Alvin kembali melepas kain yg membekap mulutku dan menyuapiku dengan makan malam



“Makasih Pak! “ aku mensyukuri perhatiannya, selesai makan pak Alvin pun kembali mengambil kain yang tadi digunakan untuk membekap mulutku.. Tapi belum diikatkan ke mulutku

“Jangan Paak....mmmmppphhhhh.....!!! pak Alvin kembali mengikat mulutku dan tiba-tiba.. Sreeettt!!! Tali pun ditarik dan tubuhku tergantung ke atas, akupun spontan bereaksi..

“Mmmmppphhh.... mmmmppphhh..... eemmmppphhh!!!” pak Alvin pun sesekali iseng menggoyangkan tali yang menggantung tubuhku sehingga terayun ayun.

"eemmmmppphhhhh.....!!” rasa takut jatuh dan bingung, aku sangat takut terjatuh dalam keadaan tergan- tung tali di pergelangan kaki yang bersepatu diikat menyambung keatas demikian juga tali yang mengikat lengan dan dadanya diikat lagi menopang tubuh mungil yang tergantung....

Pak Alvin pun mengambil beberapa foto.. aku tak berani berontak seperti biasanya karena semakin banyak gerakan itu akan membuatku bergoyang goyang di atas..

“Istirahat ya Melany.. Selamat bermain main dengan keadaanmu saat ini mmpphhh,...” ejek pak Alvin.

Malam itupun berlalu dengan keadaan yang tidak membaik bagiku.

Pagi itu aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 5.40 pagi,... pagi itu masih hening dan terasa sejuk di kulitku, pintu ruangan itu terbuka dan pak Alvin masuk,

“Selamat pagi Melany,... sudah bangun khan?”

"mmmmppphhhh!"!!!
Pak Alvin masuk untuk memeriksa keadaanku, simpul tali yang mengikatku di telitinya satu persatu lalu pak Alvin pergi ke luar dari ruangan tersebut

Akupun kebingungan dan berusaha menyampaikan keinginannya dibalik bekapan kain itu

Ternyata pak Alvin hanya ke toilet..

Setelah kembali pak Alvin kembali naik ke kursi itu dan melepaskan kain di mulut Melany

Aku terayun ayunku terhenti

Kamu mau apa Melany? Kemudian pak Alvin sedikit iseng dan mengayunkan tubuhku.

”Paak toilet......? Uugh.”
‘Paaakkk.............”

Kalau aku nggak mau kasih kamu ke toilet bagaimana? Tubuhku didorong dan terayun seraya berputar

“aaaauuuuwww....!” teriakku ketakutan.. Tapi pak Alvin segera memegang tubuhku dan membekap mulutku dengan tangannya


"Melany, kamu diam yaa.. Aku hanya bercanda kog tadi" wajah ku masih menunjukkan ketakutan.. Tak lama kemudian tubuhku diturunkan. Lalu pak Alvin melepaskan tali yang mengikat kakiku dan sedikit menyingkap gaun hitam yang kupakai, serta stocking pun sedikit diturunkan, akupun dituntunnya ke toilet

Pak Alvin dengan sabar menyemprotkan air dan menyebokku aku risih dan malu tapi kata-kata ini yang terucap "terima kasih pak" wajahku merona

Setelah itu pak Alvin kembali menaikkan stocking hitamku kemudian kembali mengikat kakiku dengan tali yg sama. Aku dituntun kembali ke kamar tempatku disekap kali ini kakinya diikat di 3 bagian,di bagian mata kaki, sedikit di bawah lutut dan paha. Bagian lulut dan paha diikat dengan lakban perak sehingga kelihatan semakin seksi..

Pak Alvin menyuapinya dengan makan pagi, setelah itu bibirku yang tampak sedikit kering diberi lipgloss sehingga bibirnya lbh bersinar kemudian kembali dibekap dengan kain yg sama, akupun kembali digantung..

“mmmmppphhhhh....” sambutku

“Kamu mau apa Melany? Ngomong yang jelas dong.." dengan bodohnya pak Alvin berbicara.

“Mmhh...” tapi kenyataannya tidak justru pak Alvin kembali membiusnya, akupun tak sadarkan diri pak Alvin pergi meninggalkannya kembali dan mungkin br kembali sore

***

Aku tersadar dari dari bius yang membelengguku... rasanya sudah siang, kulihat matahari terik diluar jendela sana, waktu menunjukkan pulul 12.27 Tubuhku masih tergantung di langit2 apartemen, tali yang mengikat kakiku disambungkan dengan ring yang terpaku kuat di langit langit, sementara tali yang mengikat lengan yang meliliti bagian atas dan bawah payudaraku tersambung juga ke ring di langit langit. Aku meronta sedikit tubuhku terayun ayun... mmmmppphhhh... aku takut jatuh! Tak ada yang bisa aku lakukan selain pasrah terikat dan tergantung, akupun mulai menyukai kegantengan dan kelembutan pak Alvin, aku jadi rela di culik berapa lamapun olehnya. Aku takkan lagi melakukan kebodohan sepertii kemaren.. Aku suka pak Alvin, timbang2 jika aku kembali ke rumaah kosku. Aku menanti, kemanakah gerangan penculikku yang ganteng itu....

“ ... mmmmppphhhh...mmmmppphhhh...”

“ Melany.... aku sudah pulang nihh...” suara pak Alvin terdengar pak Alvinpun masuk dan langsung mengecek keadaanku yang digantung di atas..

“ ... mmmmppphhhh...!” pak Alvin membuka tali yang menggantungku dan menurunkan tubuhku yang masih terikat. Kain di mulutku pun dibuka..

“Maaf ya aku sibuk sekali hari ini” aku menghela napas ketika penutup mulutku dilepaskan. Hmmm. Wajahku dielus-elus lembut olehnya. Aku ingin mengatakan I miss you tapi malu, betapa leganya aku mengetahui pak Alvin sudah bersama lagi

”Oh ya aku bawa sesuatu lho Mel buat kamu, mau lihat ?

“Apa itu pak...?”

“Aku bawain mahkota buat kamu.” Pak Alvin pun memasangkan mahkota di atas kepalaku, bukan mahkota biasa tetapi mahkota yang cukup mengkilap..

“Melany kamu persis seperti siswi SMA yang sedang merayakan acara pesta sweet 17 nya cantiknya kamu"


"Paak,, buat apa aku didandanin, pakein aku baju pesta, pakein aku mahkota? Buat apa aku dijadikan seperti ini kalau aku diikat terus?” protesku

Pak Alvinpun diam saja.. Justru mengambil fotoku yang di matanya begitu cantik dengan mahkota baru akupun berusaha menyembunyikan wajahku karena malu.. Tetapi tetap tidak bisa karena tanganku diikat ke belakang.

"Buat apa bapak foto aku? Bapak mau sebarkan foto ini?" tanyaku lagi

Pak Alvin menjawab.. "Udah kamu diam aja. Kalau banyak protes aku plester nihh.? Kamu masih mau ngomong khan?”

==================================

Huh.. aku membuang muka.. menunjukan sedikit kekesalan pak Alvin pun keluar untuk mengambilkan Melany makanan.. Menyuapinya pelan-pelan, sikapku pun melunak, setelah makan pak Alvin sedikit memanjakanku. Mengajakku menonton acara televisi sambil memelukku, tangan dan kakinya masih terikat erat tapi tak lama menonton televisi tiba tiba pak Alvin mengambil lakban perak yg ada di dekatnya.. Tiba-tiba........

Creeetttt..!! akupun terkejut tiba-tiba lakban menempel erat di mulutku

“eemmmppphhh...” Aku meronta ronta protes ingin dibebaskan..

“Maaf yaa Mel. Waktu kamu bicara dah habiss.. Sekarang kamu nikmati dl lakban yg menempel di mulut mu.. Rekat yaa? Apa kurang?” godanya

"mmmppphhh....mmmppphhh!!!" aku protes sambil melihat keadaan tubuhku.. Kemudian menggerakan kaki yg terikat, tangan, meronta dengan hebat. tangan dan kakinya tetap terikat erat

“ ... mmmmppphhhh...” pak Alvin membopong tubuhku pelan pelan.. agar mahkota di kepalaku tidak terlepas..

“ ... mmmmppphhhh...” sementara pak Alvin mendudukan aku di kursi aku sedikit bersantai dah menyenderkan tubuhnya ke kursi.. Tetapi tiba tiba pak Alvin mengambil tali dan kembali mengikatkannya di tubuh dan tanganku

Aku langsung sadar apa yang akan terjadi, akupun menonta ronta dan berusaha melepaskan diri lagi.. Mmmppphhh!!! pak Alvin jangan!! Tapi yang keluar dari mulutnya hanya mmmppphhh.... mmmppphhh! aku sangat takut digantung seperti itu lagii.. pak Alvin tetap berkonsentrasi mengikat tubuhku..

“ ... mmmmppphhhh... “ aku masih meronta-ronta.. Setelah selesai pak Alvin memperhatikan aku yang sibuk meronta-ronta.

“Puas puasin deh Mel mau meronta-ronta..“
pak Alvin mengelus pipiku.

“seorang SPG cantik yang disandera..” gumam pak Alvin sambil menyembunyikan kepuasan yang tertahankan

“... mmmmppphhhh...”
aku merasa tangan dan kakiku mati rasa, tapi aku pasrah saja

Kembali pak Alvin mengambil sapu tangan lalu menyemprotkannya dengan sedikit cloroform.. Seperti biasa sebelum aku tertidur pak Alvin ingin membiusku.

Akupun bereaksi dengan hebat.. Mmmppphhh!!! Sambil menggeleng-gelengkan kan kepalanya..

“ ... mmmmppphhhh... zzzzzzz” aku tak sadarkan diri......

***

Hari ini hari Minggu pak Alvin pun terbangun dari tidurnya agak siang.. dia bisa sedikit santai pada hari ini..

lalu pak Alvin mengunjungi kamar dimana Melany disekap. Melany masih tertidur dengan mahkotanya yang masih berada di kepalanya.Pelan-pelan pak Alvin pun menurunkan Melany dan mendudukkannya di kursi yang biasa ia diikat, sambil menunggu Melany sadar pak Alvin membeli makanan untuk sarapan mereka

Kreekkk,, pintu pun dibuka.. ternyata Melany sudah sadar sekembalinya pak Alvin setelah membeli makanan..

mmmppphhh.... mmmmppphhhh! Aku memohon meminta dilepaskan, ingin mengatakan sesuatu, sebelum melepaskan lakban di mulutnya alvin mencium bibirku yang tertutup lakban tersebut. Seperti biasa pak Alvin tdk langsung membukakan.. Ia membopong tubuhku yang terikat ke sofa di ruang depan sementara pak Alvinpun makan di ruang makan..aku masih sibuk meronta ronta

“Sabar Mel.... Nanti aku bukain yaa.. Kamu mau ngomong apa sih sebenarnya?” pak Alvin penasaran


“ ... mmmmppphhhh....Hari ini aku temenin kamu kok.. Ohh yaa,, nanti aku panggil orang lagi ya buat merawatmu mendadani dan memandikan kamu Mel, bajumu juga kayaknya harus diganti tuhh..Kamu mau pake baju apa?”

“ ... mmmmppphhhh....”

“Mau pake baju apa Mel ? Ngomong yang jelas donk"
. Akupun hanya terdiam hanya meronta kecil pak Alvin pun selesai makan.. dan creeettt, lakban pun dilepas.

“Pak Alvin, saya usul boleh gak break dulu? Dua jam aja, nanti diiket lagi terserah deh.....” aku memohon

“Tangan kamu pegel ya? Oke gini ya sebentar..” pak Alvin membawaku kembali ke kursi tempat pertama kali aku diikat pak Alvin pun melepaskan ikatan yang mengikat tanganku jadi satu.. Tapi pak Alvin mengikat tangan kiriku ke kursi bagian samping ikatan kakiku tidak dilepas sepenuhnya tapi hanya dikendurkan di bagian mata kaki dan lakban yg mengikat bagian paha maupun lutut dilepaskan..

“Bagaimana Mel? Cukup kan?”

“Terima kasih Pak...”
tak terasa mataku berlinang senang serasa lega setelah berhari-hari diikat

“Kamu seneng yach Mel.. oh yaa makan dulu ya Mel, pak Alvinpun menyuapiku dengan makanan"

“kamu mau pake baju apa nanti?”

“Mau dipakein baju apa lagi pak? Khan aku cuma diikat aja?”
tanyaku polos....


“Ya aku kan mau kamu tampil cantik waktu diikat..”

“Aku bingung nih Mel.. Aku nggak punya pakaian lagi buat kamu.. Kamu pengen baju apa?"

"Bajuku mana pak?"
aku balas bertanya

“Kamu mau pake bajumu waktu pertama kali diculik?” Setelah satu setengah jam berlalu si juru rias datang. Aku yang masih dalam keadaan terikat satu tangan, merasa di keramas, di creambath sehingga aku terlelap. Ketika aku terbangun aku mendapati diriku dengan tangan kiri yang terikat di sandaran tangan kursi, kepalaku bermahkota. Baru beberapa menit terbangun lalu kurasakan bau yang menyengat melemahkan syarafku dan aku tak sadarkan diri

***

Aku pun sadarkan diri dan terkejut, sepertinya keadaannya lebih baik aku tidak diikat di kursi ataupun digantung.. aku merasa tanganku terikat ke belakang, dan tubuhku terikat dalam keadaan berdiri di sebuah tiang aku berusaha menggerakkan badannya ugh... Ugh.. tidak bisa, pandangan mataku gelap dan ia mencoba mengingat apa yg terjadi..

"... mmmmppphhhh...?" aku bertanya tanya pada Pak Alvin yang tidak terasa kehadirannya kemudian ikatan di mataku dilepas, kulihat ada handycam mengabadikan keadaanku. Aku ingat! kalau aku tertidur saat dipijat.. Apa yang dilakukan pak Alvin? kucoba memanggil pak Alvin tapi mmmppphhhh.. lalu terlihat pak Alvin sibuk mengabadikan keadaanku dengan handycamnya...

“eemmmppphhh... eemmmppphhh....!!” aku sangat terkejut pandangan mataku belum kembali sempurna.. Tapi aku sungguh kaget melihat kondisiku saat itu hanya BH dan celana dalam hitam yang dikenakan..

“eemmmppphhh... eemmmppphhh....!!” pak Alvin pun tetap merekam dan hanya tertawa melihat aku yang meronta-ronta pak Alvin meninggalkanku sejenak ke luar dan membiarkan handycam memantau

Ugh...mmmmppphhhh...aku malu hanya berpakaian dalam, berdiri terikat di pilar dan tetap bersepatu; spontan aku meronta-ronta tak menyadari handy cam menuding padaku.. Tak menyadari juga sia sianya usaha melepaskan diri, karena aku terikat oleh lilitan tali dan lakban. satu jam kurasa setelah Pak Alvin meninggalkan aku begini, aku hanya bisa pasrah tak berdaya tapi aku tak henti meronta ronta dan melenguh


“mmmmppphhhh.....” walau demikian aku mensyukuri keberadaanku tidak tergantung seperti kemarin.

...mmmmppphhhh... sesungguhnya aku bosan dengan kesendiriaan seperti ini, terikat lagi.Dua jam sudah, belum ada tanda tanda pak Alvin pulang,lelah aku menunggu, aku pun tertidur dalam keadaan berdiri terikat pada pilar sejenak terbayang olehku, bagaimana nasibku yang terculik ini, rasanya ini sudah hari ke lima aku disekap di sini, teringat aku dengan blackberryku yang kumatikan sinyalnya ketika aku datang ke kantornya pak Alvin, ugh tas tanganku khan tertinggal di kantornya. Melany sesungguhnya tidak tahu ketika tubuhnya yang tak sadarkan diri di angkut dengan karung goni bersama-sama dengan barang bawaannya dan diletakkan di apartemen pak Alvin, yang tepat diatas perkantoran pak Alvin Pikiranku menerawang, Aapakah teman kostnya akan mencarinya? Sahabatnya Gita pasti kehilangan dirinya....

"...mmmmppphhhh....... mmmmppphhhhh......"


Aku terbangun karena hari sudah senja tak terasa perutku lapar, ruang tamu ini masih gelap hanya lampu lampu dari luar yang memberi penerangan... Ku coba meronta, ugh ! Aku masih terikat di pilar ini, tanganku kebelakang pilar lalu pergelangan tanganku terikat,.. lenganku terlilit tali membentuk di atas dan bawah payudaraku, kemudian ada lakban yang mengikat tubuhku ke pilar itu.... Ketika aku menunduk, lutut ku terikat lakban dan tersambungkan dengan pilar, kakiku masih bersepatu putih.. Pergelangan kakiku terlilit erat oleh tali putih dan diatasnya lakban melilit dan memutar melewati pilar dan mengikat ketat, aku tak perlu berdiri dengan membebani higheelku karena ikatan dan rekatan yang sungguh cukup kuat menopang tubuh mungilku..

"....mmmmppphhhhh......" pak Alvin pun sudah tiba di depan apartment

tok...tok...tok..... pak Alvin pura-pura mengetuk pintu.

“.....mmmmppphhhhh......”
Aku bingung dan bimbang.. Ia takut jika yang masuk adalah petugas kebersihan..akan kugunakan kesempatan itu untuk meminta di bebaskan dari tali-tali yang mengikatku. Asa itu menghampiriku menghibur jiwa yang tertawan. Kemudian kurasa ada sosok mendekatiku dan mengelus-elus wajahku

"....mmmmppphhhhh.... mmmmppphhhhh......?" siapa orang ini

Sosok itu memeluk tubuhku yang terikat erat, kemudian sedikit mengelitiki pinggangku.
Aku tak tahan geli sehingga meronta ronta hebat, dan lampu menyala, oh pak Alvin...

Aku meminta dilepaskan, dengan nada sedikit marah atas apa yg dilakukan pak Alvin barusan..

"mmmpphhhh....mmmmppphhhhh!?!"


“Sebentar sayangkuu..”
Creeettt..lakban mulutnya dilepaskan

“Gimana keadaanmu, baik baik khan di sini? Enak nggak diikat di tiang begini?

“Paaakk.... Lepasin dong!? Pegel nih...!”

“Kalau aku lepasin kamu,, kamu kasih aku apa?

“Pak Alvin mau apa? Bukannya pak Alvin punya segalanya?”


“Ehm.. Apa yaa? Iyaa sihh.. Maka itu aku hanya menyekapmu di sini..” pak Alvin pun kembali mengambil lakban yang baru.. Lakban pun ditarik creeettt... Tapi belum ditempelkan ke mulut mila karena mila kelihatannya masih ingin bicara..

“Paakk....!!” pak Alvin pun meletakkan lakban tadi dilakban..


Kenapa Mel, Kamu cape yaa?”

“Kog baru pulang pak,... Melany kesepian...” rengekku manja

“Ohhh aku pikir kenapa Mel.. Tadi kamu ngapain aja pas aku pergi?"

“Tadi yang datang itu nggak mungkin orang lain karena aku pasang kode don't disturb”

“Iya Pak,...”
Aku tersipu malu oh.. aku tersenyum lega, rupanya pak Alvin benar benar memperhatikan aku, aku merasa dilindunginya berkembanglah rasa kagum kepada penculikku

“Melany, kamu pasti laper yaa.. Aku bawa makanan buat kamu."
Pak Alvin pun menyuapiku dengan makanan untuk perlahan aku disuapinya..

Batinku, pak Alvin ini sukses tajir masih sendiri pula; gantengnya kaya Delon Idol... aku merasakan kesempurnaan pada sosok penculikku..

“Melany kamu tampil begitu cantik hari ini.. Dengan busana yang hanya BH dan celana dalam, pakai sepatu, kamu terlihat seksi” entah kenapa pak Alvin seolah menjawab apa yang sedang aku pikirkan.

“Gimana Mel makanannya, Suka?”


“Enak pak,”
tuturku santun

“Bagus deh kalo kamu sukaa.. Hehehe.. Oh yaa kamu lebih suka dilakban apa dibekap pakai kain Mel??"

“Paakk, ga usah deh pak,.. Ya pak? Pliiisss aku khan sudah terikat, aku gak mungkin juga minta tolong,.. Ya Pak Alvin, pliiss !”

“ Ehm.. Emank kamu nggak suka aku lakban?”

Sebenarnya aku pengen ngobrol sama bapak, aku pengen melanjutkan wawancara rahasia kesuksesan bapak 2 minggu lagi libur semester selesai dan aku harus mengumpulkan tugas khan... Ujarku mengingatkan.

“2 minggu lagi Mel?”

“Iya pak...”.

“Ehm.. Okay.. Kam mau nanya apa Mel ama aku?”

“Mmm Paak... Bapak belum menjawab di usia berapa Bapak memulai usaha Bapak?”

"Ehem,.... 25 tahun. Yach lima tahun lalu deh “

“Kog bapak belum menikah?

“terlalu sibuk dalam kerjaan dan belum terpikir kesana...”
jawab pak Alvin

“Terus, Kenapa kamu berniat wawancara aku?” pak Alvin balik bertanya

“aku terkesan ketika bapak jadi membeli mobil waktu kita bertemu di mall, dan ketika ada tugas mewawancara pengusaha sukses, aku ingat kartu nama yang bapak berikan.....” sejenak aku melupakan keadaanku yang terikat erat ditiang, aku merasa puas dengan hasil wawancara yang kuperoleh dari pak Alvin...

“Ini tugas sekolah Pak” aku semakin tidak menghiraukan keberadaanku yang terikat erat..


Oh.. iya iya.. Waktu itu kamu jadi SPG yang ke berapa kali Mel? pak Alvin juga tidak menyadari enaknya suasana mengobrol dengan lawan bicara gadis yang terikat

“Itu pengalaman jadi SPG yang kedua, khan lagi menunggu pengumuman masuk perguruan tinggi....”

“Waktu itu kamu pakai baju apa ya Mel?”

“baju merah muda...yang aku pakai waktu ke kantor bapak.... Lupa yach!?”

“Bajumu pas pertama aku culik? aduh lupaa, abis aku cuma inget muka cantikmu doang”

“Ah bapak....”
aku tersipu sipu dengan pujian pak Alvin

“Bapak juga cakep... Mirip Delon Idol, “ aku jadi berani sekaligus detik itu aku merasa harus menyumpakmulutku sendiri karena kelancanganku...

“Masaa sihh? Kamu jangan merayu aku ya Mel..

“waktu tugas jadi SPG dandan sendiri apa di dandanin ? Aku sangat suka cewek ketika ia dandan dengan cantik"

“Maaf ya Pak” pertahananku sudah runtuh oleh perhatian pak Alvin...aku sudah jatuh cinta,

“aku dandan rame-rame dengan sahabat sahabatku pak...”

“Oh waktu itu kamu cantik kok Mel.. beneran..aku sangat suka kamu dandan begitu tapi saat ini lebih cantik sih"

“Cantik Pak? Tapi maaf ya (takut dimarahi) kog aku diculik dan diikat terus Pak? Aku bingung dan tidak mengerti.”sambil tersipu malu.

”Maaf lho Pak aku mau jujur, awalnya aku takut sekali ketika bapak ikat dan meninggalkan aku di kantor bapak... Juga di hari pertama ketika aku sadar aku diculik di tempat ini....

“Aku ingin memiliki kamu Melany.. Makanya aku nggak suka ketika kamu mau kabur kemaren.. Tapi kenapa kamu mau kabur kemaren?”

“Aku juga gak tahu pak, itu naluriah setelah berhari-hari diikat, aku menyesal sekali pak, maaf ya pak....”

“Iya aku maafin deh cantik, asal kamu jangan mengulanginya lagi yach.”

“Aku benar-benar menyesal pak... aku percaya aku tidak akan selamanya diculik dan terikat begini...aku benar benar menyesal tapi kata bapak aku cantik, bukannya lebih cantik kalau aku tidak diikat pak? Aku pasti lebih cantik kalau tidak diikat pak, Maaf ya Paak (takut kurang ajar) waktu itu aku kurang sabar, mestinya aku percaya Bapak pasti akan melepaskan aku suatu saat....”
jelasku

pak Alvin merasa puas berbincang dengan ratunya lalu dengan sedikit kata-kata dia mengikat mulutku lagi dengan saputangan

“Iya kamu betul Mel.. Tapi sayangnya aku nggak akan lepasin kamu, aku masih terikat tak berdaya dan berdiri terikat di tiang.“

" ..mmmmppphhhh..!!” aku masih meronta-ronta, aku semakin tidak terima akan kondisiku yang terus diikat apalagi dengan make up yang mempercantik wajah. Apa guna nya dandanan ini? hanya untuk disekap..

Aku tak henti meronta ronta. Aku tak mengerti apa yg terjadi atasku namun aku hanya percaya pak Alvin.

"sudahlah kamu istirahat sudah malam”
jawab pak Alvin

“ ....mmmmppphhhhh.......mmmmppphhhhh.....”
ketenangan yang menyelimutiku berubah menjadi kecemasan.. aku kembali meronta dan sadar keberadaan diriku yang terikat.



“Selamat malam Melany”.

“ ....mmmmppphhhhh.....”
Kupikir dengan dialog tadi aku bisa berhasil mendapatkan kebebasan walau hanya semalam saja pak Alvin pun kembali mengambil sehelai kain..

"....mmmmppphhhhh....." Jangan pak!! batinku. Aku membayangkan ikatanku mau ditambah lagi. aku sama sekali tidak bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku merasa ikatan yang melilit di tubuhku masih cukup erat.Ternyata sreeettt.. Kain pun diikatkan ke mataku..

"....mmmmppphhhhh....."
"....mmmmppphhhhh....." Protesku akupun berusaha meronta dan menggerakan kepalanya.. Sehingga pak Alvin sulit mengikatnya, namun tetap berhasil.. aku semakin tak berdaya sekarang.. Tak lama kemudian aku yang masih protespun dibekap oleh saputangan yang memberikan bau yang melemahkan syaraf

zzzz zzzzz..... aku kembali tak sadarkan diri.

Rasanya sudah hari ke lima ini hari Senin, pagi itu pak Alvin terbangun dari tidur, melihat pemandangan dihadapannya gadis remaja duduk terikat..

“Melany, kamu cantik banget..!”

“..mmmmppphhhh..!!”
Aku tak henti meronta ronta

“Kenapa Mel? Kamu nggak suka yaa sama pakaiannya?” aku berpakaian tank top hitam rok mini hitam dan stocking hitam, sejak kapan aku berbusana dan duduk terikat? misteri menyelubungi benakku.

“Mau bicara?”

“..mmmmppphhhh..!!”
Aku tak henti meronta ronta

“Sebentar.. Aku lepasin ya..” Creeett,, lakban pun dilepas

“Pak lepaasiinn saakiittt”

“Kalo aku nggak mau lepasin gimana Mel?”
kata-kata yang menyebalkan dan kekanak-kanakan pun terucap

Seperti yang biasa dilakukan pak Alvinpun cuma mengelus elus rambut panjangku.

“Maaf pak kapan Melany dilepasin? mmhhh.... kapan ?” sejenak setelah tenang lalu lanjutnya

“Aku suka sekali pakaian ini, buatku ?”

“Yaaa baju itu buat kamu, Melany..”


Selama kamu terikat manis, baju itu untuk mu kok..

“Kamu mungkin selamanya akan di sini,.. Selamat bersenang-senang yaa"

“Semuanya pak?”
mataku berbinar senang dan khawatir dengan kata-kata ‘selamanya” yang diucapkan pak Alvin, tapi aku masih percaya tidak akan selamanya aku berada di sini.

“Yaa hanya selama kamu terikat di sini lho, saat aku lepaskan semua aku ambil..” Aku kurang memahami kata-kata ini, memangnya siapa yang mau pakai kalau aku bebas? Pikirku bersamaan dengan itu rasa khawatir akan kemungkinan bahwa aku tidak akan dilepaskan, menghantui.


“Maksudku, baju-baju yang Melany pakai selama diculik, untukku pak?"

“Boleh kamu pakai selama kamu aku culik”
tegas pak Alvin sambil berbincang

"paak..." 

"kenapa lagi Mel?"

"mau pipis...." dan seperti biasa tanpa banyak kata, tali-tali yang mengikat di kakiku di lepas, dan dalam keadaan tangan yang tetap terikat ke belakang dengan celana dalam yang diturunkan ke paha, aku berjalan di antar pak Alvin ke kamar kecil. Seusai membuang hajat dan dibersihkan, kakiku kembali diikat. Aku hanya duduk berdiam di kamar tempatku di sekap. Kemudian menjadi rutinitas kalau aku disuapi makan pagi seperti biasa. Selesai semua urusan pagi itu, pak Alvin kembali menyumpal mulutku dengan saputangan merah yang ditengah-tengahnya ada simpul yang tepat menutup bagian mulutku.

“aku pergi dulu yach.... sampai sore”
pamit pak Alvin

“mmmpphhhh....”
jawabku seperti biasa.

Hari kelima ini kujalani seperti biasa, kali ini tubuhku tidak diikatkan ke kursi atau ke tiang, aku meronta-ronta, lalu aku berniat pindah dari tempat dudukku,.... dengan susah payah aku mengambil remote TV di meja, berbalik membelakangi TV lalu menyalakan TV, kemudian Hop...! aku melompat kecil ke sofa bed yang ada di kamar itu, dan terduduklah aku setengah berbaring sambil menonton TV tanpa bisa bersuara. Sesekali aku meronta-ronta ketika kurasakan gatal yang tak tergarukkan. Meski waktu berjalan lambat namun siang berlalu dan senja datang, tak ada yang kulakukan selain menonton TV dalam keadaan tangan terikat ke belakang, kaki terikat dan mulut tersumpal. Sesekali aku memang tertidur di sofa bed itu. Waktu menunjukkan pukul 17.28 ketika pintu kamar tempatku disekap terbuka,

“wah....ternyata lagi santai yaa....?” sapa pak Alvin yang baru saja pulang

“eemmmpphhhh.....” pak Alvin mendekati aku mencium bibirku yang terikat saputangan, kemudian melepaskan saputangan yang menyumpalku.

“pulangnya cepat ya pak....?”
sambutku

“khan aku ada tamu di rumahku.....”
sahutnya ramah

“Pak....”

“Iya ?”

“Pak Alvin khan baik yach,...”

“bukain dong,... sakit nich”
pintaku tak pernah berubah.

“memang perlu yach,...?”
kali ini godaan pak Alvin berbeda.

“Iya dong, paak”

“hmm.... nanti yach kalau aku kepingin”

“yaach bapak....”
harapanku luntur lagi.

Kami berdua berbincang-bincang, pak Alvin menanyakan pribadiku, keluargaku yang tinggal tidak sekota, pokoknya semua ditanyakan. Suasana mengobrol dengan pak Alvin, membuat aku melupakan sejenak keadaanku yang terikat erat karena selama ngorbrol dengan dia, aku tidak meronta-ronta sedikitpun. Sesungguhnya aku menyukai suasana seperti ini, mengobrol dan tukar pikiran dengan pak Alvin. Obrolan kamipun sampai ke hubungan pacaran, ketika dia tanyakan

“Melany, kamu sudah punya pacar?”
tanya pak Alvin

“belum pak, emang ada yang mau?”
ujarku merendah

“becanda kamu, secantik ini pasti banyak yang mau!”
bantah pak Alvin


“ah Bapak,..... tapi faktanya enggak ada yang dekat denganku,... “

“takut kali..... walaupun cowo-cowo suka tapi gak ada yang berani yach”
timpal pak Alvin

“Ha ha ha haa....” kami berdua tertawa riang tak terasa sudah pukul 7 malam. Pak Alvin pun menyuapiku dengan makan malam yg baru saja dibelinya. Usai makan, mulutku kembali disumpal. Malam semakin larut, dalam keadaan setengah sadar karena aku kelihatannya di bius, dengan tangan terikat menyatu di kepala, mulut yang diikat saputangan, lutut dan pergelangan kaki yang memakai sepatu terikat aku pun dibaringkan di tempat tidur, dengan tangan dan kaki terikat ke tempat tidur. Hari ke lima penculikanku berlalu.

Pagi telah tiba, ini hari Selasa aku terbangun dengan suara adzan subuh yang membangunkan, ini hari ke enam aku dalam penculikan pak Alvin. Narasumber yang aku datangi kantornya untuk mencari rahasia keberhasilannya memiliki usaha yang cukup besar di usia mudanya, malah akhirnya menculikku. Aku diikatnya di kantornya, kemudian di tinggal pergi setelah menerima telepon, dan malamnya seusai kantor aku mendapati tubuhku terikat dan terlilit tali di sebuah apartemen yang belakangan ku ketahui sebagai tempat tinggalnya, satu gedung dengan kantornya yang berada di lobby. Namun selama aku diculik, aku berhasil mendapat informasi untuk tugas akhir semester pertamaku. Kendati dalam keadaan tangan yang terikat kebelakang, aku masih mengingat semua informasi tentang dirinya dan usahanya yang ditopang kredit ringan dari bank tempat ayahnya menjabat. Sebuah usaha yang membutuhkan pengorbanan diri, membiarkan tangan dan kaki terikat dan diculik, sungguh akhirnya aku mendapatkan apa yang aku inginkan.

“Selamat pagi cantik,...tidurnya nyenyak ya?” sapaan lembut pak Alvin membuyarkan lamunanku. Pak Alvin masuk ke kamar tempatku disekap dengan membawa sepiring nasi goreng,

“eeemmmmppphhh......” aku bermaksud menjawab sapaannya,

“sebentar sayang,...” kain yang mengikat dan menyumpal mulutku di lepasnya.

“mau makan dulu atau mau ke toilet?”

“toilet dulu pak,...” tali yang mengikat tangan dan kakiku ke ujung tempat tidur di lepas, tali yang mengikat dilutut pahaku dilepas, kemudian tali yang mengikat di pergelangan kakiku di kendorkan namun aku tetap di gendongnya, dan didudukkannya di toilet lalu pak Alvin keluar meninggalkan ku setelah celana dalam dan stockingku di turunkan.

“Mel,.... sudah ?” beberapa menit kemudian

“sudah pak,....” pak Alvin masuk membersihkan bagian bagian ditubuhku, kemudian kali ini aku dibopongnya dipundaknya, didudukkannya di tempat tidur dan kembali mengikat lutut pahaku dan pergelangan kakiku.

Setelah aku meneguk teh hangat dengan tanganku sendiri yang terikat ke depan, aku menikmati suapan nasi goreng pemberian pak Alvin. Usai sarapan, mulutkupun kembali disumpal, kali ini dengan lakban perak yang mempunyai daya rekat sempurna.

“mmmmppphhh....” Aku menyandarkan tubuhku ke tembok sisi tempat tidur dan masih mengantuk. Kulihat pak Alvin meninggalkan ruangan tempat aku disekap.

Dalam keadaan terkantuk kantuk aku mencium bau yang melemahkan syaraf dan tak sadarkan diri.

Aku siuman dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul 11.00, aku terkejut dengan keadaanku, aku tak dapat melihat kakiku karena aku seperti dikenakan jubah putih, di kepalaku rupanya sudah terbungkus oleh jilbab,...aku tak merasa nyaman, karena aku tidak pernah berbusana seperti ini ada cadar yang menutup mulutku yang tersumpal lakban.

“bangun Melany,.... ayo!” pak Alvin membantuku berdiri.

“Hari ini aku mau mengajakmu jalan-jalan” ujarnya sambil melepaskan ikatan di lutut pahaku dan di pergelangan kakiku.

“eeemmmmppphhh......?” aku bingung di ajak jalan-jalan dalam keadaan tangan yang sudah terikat kembali kebelakang selama aku pingsan. Aku mencoba melangkah, kendati masih lemas. Pak Alvin pun menuntun dan memegang lengan kiriku, kami keluar dari apartemen, masuk lift kebetulan ada penumpang lain di dalam.

Aku merasa sangat tidak percaya diri dengan berjilbab dan bercadar seperti ini namun sesama pengguna lift itu tidak memperhatikanku sama sekali.

Kami berjalan di sebuah mall di bawah apartement itu. Pak Alvin membawaku ke counter arloji dan membeli arloji warna pink dengan motif rantai yang menutupnya mesti dengan cara menggembok. Itu arloji perempuan dan aku tertarik. Kamipun berjalan jalan mengitari toko-toko di mall tersebut. Selama itulah aku berdebar dan berharap orang-orang menaruh curiga. Di dekatku ada seorang anak laki-laki yang sangat aktif dan jahil. Ia menggoda teman main perempuannya dengan menyingkap roknya. Ugh,... aku berharap anak laki-laki itu melakukannya padaku, oh itu hanya angan. Kami mampir di photo studio, dan kami berpose dengan jilbab dan cadar yang menyelubungiku.

“apa bagusnya yach aku di photo begini, hanya mataku yang terlihat...”
batinku. Photopun dicetak dan pak Alvin memperoleh Cdnya lalu aku dipegang lenganku olehnya dan kami melanjutkan window shopping ini, hingga....

“sudah 3 jam lebih, aku mengajakmu jalan,... kita pulang yuk, makan siang di kamar.” ajak pak Alvin

“eeemmmmppphhh......” jawabku. Kami menuju lift yang langsung terhubung ke kamar-kamar apartement.

“Seventeen Floor....” lift itu berbicara kami pun keluar dan sampai di apartemen pak Alvin. Aku duduk di ruangan tamu dengan keadaan berpakaian dengan telaten pak Alvin melepas jilbab di kepalaku, kemudian melepaskan kancing jubah yang ku pakai dan terlihatlah olehku pakaian pink yang pertama kali kupakai ketika menghampiri kantor pak Alvin, sebelum diculik. Merasa bisa bergerak kendati tangan terikat kebelakang, aku mermaksud berdiri mau berjalan menuju jendela satu kesempatan di sore hari, memancing perhatian sesama penghuni apartemen

“ugh.... eeemmmmppphhh......?” ternyata kakiku terborgol dan juga dirantai ke kaki meja. Sejak kapan kakiku sudah terbelenggu seperti ini. Hmm.... mungkin ketika pak Alvin melepaskan jilbab di kepala, dia sudah memborgol kakiku ? Aku kecewa dan terduduk lemas. Tak lama kemudian pak Alvin datang dengan makanan

“waktunya makan, Mel...” lalu membuka lakban yang menyumpalku ternyata di dalam mulutku ada saputangan di masukkan.

“Paak....? kog ada saputangan yach...?” tanyaku bingung

“antisipasi, siapa tahu kamu bersuara tadi di mall...” cetusnya singkat

“kok kakiku di borgol dan dirantai pak?” pak Alvin tak menjawab dan sibuk menyuapi aku dengan makanan.

“Gimana, rasanya jalan-jalan tadi....?” tanyanya seolah tidak menggubris pertanyaanku

“senang pak....” jawaban spontan yang tidak kuharapkan terungkap.

“Oh ya !? bagus deh...” sahut pak Alvin setelah makan dan minum pak Alvin membuka borgol di kaki dan rantai yang mengikat kakiku ke kaki meja, kemudian menggantinya dengan tali di lutut paha dan pergelangan kakiku. Aku hanya pasrah tidak meronta-ronta. Kemudian tubuh mungilku digendongnya dan diikat di tiang di sudut ruang tamu itu.

“Paak...” aku berniat protes namun saputangan merah mengakhirinya dan mengikat mulutku dengan simbul di tengah yang menutupi mulutku.

“eeemmmmppphhh......”

“Mel,.. aku pergi dulu yach sampai jam 7 malam kira-kira” pamit pak Alvin tak sengaja mataku tertuju ke jam dinding... tiga jam aku ditinggal sendiri terikat, bahkan sampai gelap, karena pak Alvin tidak menyalakan lampu di ruangan tamu.

Kembali aku melanjutkan lamunanku pagi tadi. Pak Alvin berhasil karena mendapatkan kredit lunak dari Bank tempat ayahnya menjabat. Rupanya keberhasilan membutuhkan modal koneksi yang kuat kesimpulanku. Lalu apa yang terjadi dengan diriku, hampir seminggu aku disekap di sini,Entah apa yang dipikirkan teman-teman kosku karena sudah 5 malam tidak pulang, teringat Mega yang baru pasang kawat gigi, Gita sahabatku dan Merry, biasanya kami bertiga suka jalan-jalan di masa liburan semester ini, terlebih sekarang memasuki minggu-minggu terakhir liburan semester. Inikah harga yang harus aku bayar ketika mengerjakan tugas akhir semester. Aku tidak habis pikir, mengapa pak Alvin seolah-olah hobby mengikatku, mendandaniku, memakaikan aku baju cinderella dengan mahkota, kemudian baju pesta, dan terakhir aku dipakainya jilbab. Semua itu tidak luput dari kamera, bahkan ketika kami berdua berjalan-jalan di mall. Kurasakan pak Alvin mempunyai kelainan hobby, yaitu mengikatku dengan berpakaian cantik. Suatu bidang psikologi yang ingin ku pelajari tentunya. Aku pun ingat kesempatan tanganku tidak terikat, adalah ketika aku mandi dan sekali ketika pak Alvin dengan murah hati melepaskan ikatan tanganku ketika rasa pegal dan sakit memuncak. Langit mulai temaram, senja muncul ditengah cerahnya cuaca, aku masih terikat erat di sini, di tiang di ruang tamu apartemen pak Alvin, sudah menjelang pukul 18 namun pak Alvin tak kunjung pulang. Merasa lelah dan pegal akhirnya aku memilih tidur.

Zzzz.....

Aku terbangun, mendapati ruang tamu masih sepi, gelap hanya mengandalkan penerangan dari lampu yang menyoroti apartemen mewah ini, mataku mencari jam dinding... pukul 21.15 menit berarti sudah 6 jam aku terikat berdiri di tiang ini, pak Alvin benar-bena belum juga pulang, ataukah dia sudah pulang dan langsung istirahat di kamarnya? Hmm rasanya tidak mungkin, karena biasanya dia memberiku makanan untuk makan malam. Ugh... aku merasa lapar... Kecemasan kini membelengguku, kecemasan karena penculikku tak kunjung muncul dan juga cemas, karena terikat sendiri di ruang tamu yang asing ini. Hampir pukul 22 ketika aku tersentak dari lamunan kosongku ketika pintu terbuka, dan kulihat pak Alvin masuk dengan keadaan agak sempoyongan. Tanpa menyapaku, dia ambruk di sofa di ruangan tamu.

“eeemmmmppphhh......eeemmmmppphhh......!!” aku berusaha memanggil pak Alvin dalam kondisiku, tak berhasil rupanya pak Alvin habis mabuk-mabukan. Aku yang terikat di tiang hanya bisa pasrah kesepian dan membiarkan keadaanku dan tertidur.

“Melany....” aku terkejut ketika namaku disebut, memang aku tertidur tetapi sulit untuk tidur nyenyak malam ini

Kulihat pak Alvin mulai sadar, dan tak sengaja aku melihat jam yang menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Pak Alvinpun bangun, menyalakan lampu dan menutup tirai, kemudian menyalakan televisi, rupanya sedang menyiarkan siaran langsung Liga Champions antara Manchester United melawan Barcelona. Pak Alvin duduk dan menonton siaran itu seolah tidak memperdulikan keadaanku. Ini sungguh menyiksaku, karena selama ini perhatian pak Alvinlah yang membuatku bertahan dalam kondisi ini.

“Mel... kamu suka nonton sepakbola?” tiba-tiba dia menyapaku

“eeemmmmppphhh......” jawabanku membuat pak Alvin beranjak melepaskan ikatan saputangan yang menyumpalku.

“Paak,... bukain dulu paak,... saakiittt...” spontan kata-kata itu yang keluar dari mulutku

“........ssssttt” jawab pak Alvin assyik menonton. Selama 90 menit menonton aku hanyut dalam olahraga yang kurang ku sukai lalu ikut berteriak

“GOOOLLLL...!!!” ketika pemain nomor 10 bertubuh kecil berkaus biru merah mencetak gol.

“Gol bagus Messi!” pak Alvin bersemangat.

“Rupanya yang mencetak gol dari tim Barcelona. Lionel Messi yang bernomor punggung 10” jelas pak Alvin. Usai pertandingan, yang menghasilkan kemenangan Barcelona.dengan skor 3.- 1 mengalahkan Manchester United yang malam itu berkostum putih. lalu mulutku di sumpal lagi oleh pak Alvin, dan dia meninggalkanku tidur di kamarnya.

Aku tetap terdiam, berdiri sementara kantukku hilang hanya kesepian yang kurasa dalam ketidak berdayaan.

Seiring adzan subuh, maka pagipun datanglah. Namun pak Alvin belum juga terjaga dari tidurnya. Baru kira-kira pukul 6.30 pagi ia muncul, melepaskan tali yang mengikatku ke tiang dan kakiku, menurunkan celana dalamku, lalu membiarkan aku berjalan menuju toilet. Aku duduk di toilet, mengingat ingat ini hari yang ke tujuh, genap seminggu aku dalam cengkraman pengusaha muda yang menculikku.

“Paaak....” panggilku setelah semua usai, pak Alvin datang dan dengan telaten seperti biasanya aku dibersihkan. Lalu aku dipegangnya dan berjalan ke kamar tempat aku biasanya di sekap. Tubuhku kini diikatkan ke kursi setelah kakiku yang tetap bersepatu diikat menjadi satu. Sarapan pagi pun disuapkan seperti biasanya namun hal yang mengejutkan...

“Mel...Melany, ehm...aku..... sayang sama kamu, mau enggak kamu jadi pacarku....” ungkap pak Alvin lancar tanpa ragu

“ah....eh....ehm” aku tak mampu menjawab, speechless rasanya jantungku berdetak kencang

“bagaimana Mel,.... mau khan?” semakin percaya diri pak Alvin bertanya. Jika saja aku tidak terikat ke kursi ini, ingin rasanya aku jatuh kepelukannya.

“Pak, maaf tolong lepasin saya dari kursi ini?” tanyaku ragu takut dimarahi ternyata pak Alvin langsung melepaskan tali yang mengikat tubuhku ke kursi. Aku mencoba meronta-ronta namun ternyata tangan dan kakiku masih terikat hanya tubuhku tidak terikat ke kursi.


“Melany,.. mau enggak kamu jadi pacarku....??” tanyanya lagi tanpa kusadari aku tersipu menundukkan kepala

“iya......” jawabku pelan dan kurang jelas dengan suara yang parau akibat keringnya tenggorokan ini

“Apa Mel,.... aku nggak jelas” pak Alvin seolah minta pengulangan dan tubuhnya mendekat ketika usai menyuapkan sendok terakhir. Akupun merebahkan kepalaku ke pundaknya dan disambut pelukan hangat dari Delon Idol eh pak Alvin Wijaya. Oh pelukan itu dan tali yang mengikatku seakan menguatkan pelukan cinta dari penculikku tercinta Alvin Wijaya. Sungguh aku tidak merasa tak berdaya. Kekaguman akan phisiknya dan kelembutan yang kurasakan selama 7 hari di sini meruntuhkan pertahananku. Kini bukan hanya tubuhku yang tertawan terikat, tapi juga hatiku tertawan dan terikat olehnya.

Setelah usai sarapan pak Alvin berinisiatif melepaskan tali yang mengikatku, mulai dari tali yang mengikat di kakiku, lutut pahaku lengan dan dadaku, lalu perlahan tapi pasti simpul terakhir yang membelenggu tanganku dilepasnya.

“terima kasih pak,...” spontanku sambil mengelus-elus bilur-bilur bekas tali di pergelangan tanganku

“kog masih panggil pak?” protes pak Alvin mesra

“eehh..... em mm mas Alvin,.. “ jawabku.

“Melany, kamu mandi gih air panas sudah terkumpul di bathtub”

“pak eh mas..... panggil aku Lany aja”
ujarku melepaskan sepatu putihku lalu beranjak menuju kamar mandi, sambil mengelus-elus pergelangan tanganku karena aku rasakan tanganku mati rasa....

“pak eh mas...., tanganku........?” nada cemas terungkap

“Enggak apa apa Lany,.... kamu berendamlah di air panas sambil memijat-mijat lengan dan pundakmu, nanti juga pulih...”
kata-kata lembut yang menenangkan. Aku masuk ke kamar mandi, uap air panas sudah memenuhi kamar mandi. Kulepas blus pinkku yang membawaku ke apartemen ini, aku terkejut ternyata aku tidak dipakaikan beha, karena aku lihat behaku tergantung di kamar mandi.Kulepas celana dalamku dalam lilitan handuk. Lalu pelan-pelan aku mulai berendam sambil memijat mijat tangan kiriku yang mati rasa.

“arrgghhhh..... nikmatnya” aku membayangkan seusai mandi mungkin mas Alvin akan kembali mengikatku dan meninggalkanku seharian seperti kemarin-kemarin namun aku tidak ambil pusing karena aku kini sedang memanjakan tubuhku yang penat, ini adalah kesempatan langka, aku belum pernah dilepas ikatanku selama aku di culik. Maka berlama-lamalah aku berendam, satu jam lebih aku memanjakan tubuhku yang penat setelah satu minggu diikat. Aku keluar kamar mandi dengan berbalut handuk seperti kemben, kemudian aku duduk di meja rias di depan kamar mandi dan mulai merawat kulit dan wajahku dan meriasnya biar mas Alvin senang. Kulihat tak jauh dari situ ada tank top putih dengan rok biru mini 5 cm di atas lutut, aku mencobanya ternyata memang ukuranku, lalu aku merias sesuai dengan pakaianku putih.

“Kamu memang cantik Mel, aku sungguh beruntung memilikimu” sapa mas Alvin di pintu menatapku penuh kekaguman.

“ah.... mas Alvin bisa aja...” jawabku tersipu malu kemudian aku kembali memakai sepatu sexyku yang putih dan duduk santai menunggu mas Alvin waktu menunjukkan pukul 1 siang ketika

“sayang,... aku ikat sebentar yach....!”
rayunya, aku pun dengan sukarela meletakkan tanganku kebelakang, menanti lilitan tali di pergelangan tanganku entah kenapa walau tali-tali mengikat kencang di pergelangan tanganku aku tidak begitu merasakannya Kakikupun sudah terikat satu, demikian lutut dan pahaku, dan payudaraku di bagian atas dan bawah, yang talinya di ikat menyambung ke pergelangan tanganku. Tubuhku di telungkupkan kemudian tali yang mengikat pergelangan kakiku tersambung dengan tali yang mengikat pergelangan kakiku.

“ini ikatan dalam bentuk hogtied” jelas mas Alvin setelah mulutku kembali di sumpal, diikat dengan kain menyerupai saputangan, dengan simpul di mulutku.

“aku hanya ingin ambil beberapa photo Mel,....” lalu tubuhku dihujani cahaya blitz berkali-kali. Usai mengambil photoku, mas Alvin pamit keluar sebentar. Dalam keadaanku yang baru akupun mencoba meronta-ronta, memastikan bahwa ikatan mas Alvin cukup erat.


=========================


“ eemmmmppphhh.....” kali ini rasanya lenguhanku bernada mesra

“ eemmmmppphhh.....” aku masih meronta, merasakan setiap rontaan berefek semakin eratnya ikatan dan simpul yang mengikatku. Duh mas Alvin, kemana lagi... pikiranku dalam kepasrahan tak ku ketahui kalau itu adalah kesempatan terakhirku aku diikat dengan gaya yang baru lagi. Rupanya mas Alvin kembali ke apartemennya, beberapa menit kemudian ikatan yang melilit di tubuhku dilepas semua seperti biasa mulai dari kaki, sampai ke saputangan yang menyumpalku, lalu terakhir tanganku

“ayo, aku antar kamu pulang” kata mas Alvin sungguh suatu surprise di hari yang ketujuh, saat aku mendapatkan cinta, akupun mendapatkan kebebasan. Sambil mengucap bilur-bilur di pergelangan tanganku, tas tangan putih yang ku bawa, di kembalikan dengan isi yang utuh ditambah tas yang berisi baju pink ku dan beberapa baju lain yang dipakaikan padaku selama aku diikat.Kemudian mas Alvin mengeluarkan amplop coklat dari sakunya

“untuk transport pulangmu” katanya dengan alasan basa basi, mas Alvin mengajakku makan di coffee shop di apartemennya, aku sedikit risih makan siang bersamanya. Sebelumnya pak Alvin memakaikan arloji warna pink dengan motif rantai dan menguncinya dengan model seperti gembok.

“ini buat Lany mas,...?” tanyaku senang sambil menunjukkan pergelangan tangan kiriku yang masih berbilur bekas tali.

“hmm kenang-kenangan setelah seminggu menjadi tawananku...” bisik mas Alvin. Usai makan siang sekitar pukul 14.45 kami beranjak menuju parkiran di basement, kami masuk ke mobil Audi yang pernah kutawarkan pada pak Alvin ketika menjadi SPG di suatu mall, sebelum mobil berjalan, entah kenapa mas Alvin menutup mataku dengan kain dan kami menempuh perjalanan menuju kost/rumah susun yang kusewa dengan mata tertutup hingga di daerah tertentu

“sayang,.... kamu boleh lepas penutup matamu!” ketika kulihat aku sudah berada dekat di daerah Bendungan Hilir, sudah hampir tiba. Kamipun berpisah, ketika aku tiba di kamarku pukul 16.00, aku menyalakan Televisi 21 inch lalu terdiam, aku belum melepas sepatu atau apapun. Tiba tiba aku teringat untuk mengaktifkan smartphoneku,...bertubi-tubi pesan singkat masuk ke dalam telponku.

“Melany. Kamu di mana kog menghilang?”
pesan dari Gita sahabatku

“Hey Fitri,... lagi sibuk shooting ya, ke mana aja loe...” pesan bernada canda dari Sony tiga hari yang lalu dan ada kira-kira 8 pesan serupa.

“Happy Birthday Melany...” atau serupa ada 15 pesan,.. Oh iya aku baru sadar, ini hari ulang tahunku, hari ini genap 20 tahun usiaku, aku mengalami penculikan menjelang penambahan usia, aku mendapatkan cintaku di usia ke 20, dan aku dapat apa lagi...... kulihat isi amplop ada gepokan mata uang Rp 100.000,- tebal... ada 10 gepok, wow! aku dapat uang banyak,.. aku bisa traktir teman-temanku!

Ti amo mas Alvin..... gumamku sambil mencum amplop itu membayangkan apa yang telah terjadi selama satu minggu ada upahnya kemudian aku mengambil smartphoneku, dengan cepat aku bebeem dengan Gita sahabatku

“PING!!!”

“Hi,.... makan malam yuk.... aku traktir deh!”
tantangku kepada sahabatku.

“Eh, kemana aja kamu,.... ayo mau dong di traktir sama yang ulang tahun,....bentar lagi aku jemput ya?” jawab Gita

“Ok aku tunggu yach, bebeem lagi kalau sudah dekat, nanti aku turun deh!” sahutku. Gita sahabatku adalah anak tunggal sehari-hari dia mengemudikan kendaraannya Honda Jazz,...

“Lany, aku sudah mau sampai” ku baca dari bebeemku

“Siap,... aku turun” jawabku, dengan tergesa-gesa aku memakai parfum, menyisir sedikit rambut panjangku memasukkan amplop itu ke lemari bajuku sebelum mengambil beberapa lembar, mematikan TV dan langsung turun masih dengan pakaian tank top putih dengan rok biru mini 5 cm di atas lutut, pemberian pacar baruku mas Alvin.

“Hi....!” sapaku penuh senyum.

“Hey, kemana aja, udah seminggu menghilang tanpa kabar?” sambut Gita dari balik kemudi

“ada ajah,.... nanti deh aku cerita yach” jawabku berteka-teki

“baju baru yach?” Gita cukup memperhatikan koleksi bajuku

“begitulah...” jawabku

“sepatu? Baru ?”

“Lho kamu lupa ini khan sepatu yang sering aku pakai?”


Kami tiba di restoran Jepang di kawasan Jakarta Pusat. Sesuai janjiku aku bercerita kepada Gita, seminggu terakhir, kukaranglah sebuah cerita fiksi untuknya

“Iya,... Hari Jumat khan aku wawancara pak Alvin, yang dulu beli mobil di mall waktu kita jadi SPG, ingat?” aku memulai karanganku yang dijawab anggukan Gita.

“Habis wawancara, pak Alvin mengajakku berekreasi dengan karyawan kantornya, mereka mengadakan wisata kerja ke Yogya selama 5 hari kebetulan salah satu karyawannya sakit jadi gak bisa ikut, kita jalan darat kog”

“Jadi selama seminggu kamu di Yogya ?”
Gita menanggapi

“Kog gak bilang-bilang?”

“Sorry, aku lupa banget kalau BBku aku matikan sinyalnya, khan lagi penelitian....”
jawabku

“Sorry yach Git....”

“dan surprisenya,...... pak Alvin meminta aku jadi pacarnya..!”
tuturku sebagai klimaks cerita

“Kamu mau,...?” tanya Gita

“Cowok ganteng dan tajir pula,... aku tak kuasa menolak...” jawabku setengah canda

“Assyik dong,.... selamat yaa”
ujar Gita yang ikut senang.

Tak mungkin aku ceritakan kepada sahabat-sahabatku bahwa aku diculik selama satu minggu; jadi kukarang cerita kepada mereka agar tidak ada masalah apa-apa, karena pada akhirnya aku ikhlas diperlakukan begitu, karena aku jatuh cinta kepada penculikku.

==oo0oo==