Tampilkan postingan dengan label maledom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label maledom. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Mei 2013

Ririn

Bandung, 08:00

Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, Tidak Bisa. Ririn tidak tahu mengapa dirinya tertidur begitu lama, kini setiap ia ingin membuka kelopak matanya, tak bisa dan terhalangi. Secara perlahan dirasakan kedua tangannya, kesemutan, kaku dan terikat di belakang pinggangnya. Mulutnya terasa penuh dengan kain-kain lembut yang menyumpalnya, dan tertutup oleh daya rekat lakban perak yang cukup kuat. Kakinya menyatu laksana putri duyung, karena pergelangan kakinya persendian lututnya dipenuhi dengan lilitan tali nylon yang mengikatnya erat.

Mila mengetahui bahwa posisinya biasa di sebut hogtied, ujung tali yang mengikat kakinya disambungkan sependek mungkin dengan tangannya yang terikat di daerah pinggang. Lebih jelas lagi lengan Ririn juga terikat erat membuat dirinya tak dapat bergerak sedikitpun.



Semakin gencar dirinya meronta-ronta, hasilnya akan memburuk yaitu energinya terkuras dan semakin terasa pegal dan mungkin akan lebih sakit. Tetapi nalurinya menginginkan dirinya terbebas dari semua ikatan yang membatasi gerak-geriknya.

Pelan pelan Ririn mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya. Dia baru saja menemui Dan teman lamanya yang dikenal lewat dunia maya untuk makan malam, ngobrol asyik asyik tentang “BONDAGE” dan Ririn tengah meneguk Jus Stroberi kesukaannya.......Jus stroberi? Apakah dia menyampurkan sesuatu di minumanku? Ya, dan sudah terlambat! Kukira itu hanya sebuah cerita karangan Dani” pikir Ririn.

Ririn mengira itu hanya bagian dari obrolan bondage, sebuah skenario memberi obat tidur dalam jus minumannya seperti yang dia iyakan dan berpura-pura diculik. Tapi kini cerita itu menjadi nyata, dia benar-benar diculik ! Ririn mendengarkan suara yang sangat bising, seperti dalam bagai kendaraan, tapi dirasakannya sangat luas. Karena betapapun Ririn menggerakkan kakinya, dia tidak merasakan batas. Tiba-tiba telinganya menangkap suara yang cukup akrab di telinganya, suara pesawat yang sedang mengeluarkan rodanya akan bersiap mendarat.

YA TUHAN? Dia benar-benar menculikku dan membawaku ke luar negeri, meninggalkan kotaku Bandung? Ke kota yang lain? Yang katanya dia akan menjualku sebagai budak? Tidak bisa,...!! Yang dia katakan adalah sebuah skenario yang disepakati seperti di sinetron-sinetron. Apakah ini beneran? Aku akan dijual sebagai budak sex ke luar negeri? Itu akan lebih parah dari menjadi TKW di Malaysia di Kuala Lumpur, setidaknya mereka bisa mengerti Bahasa Indonesia. Tapi di Thailand, rakyat di sini tidak banyak bisa berbahasa Inggris, apakah aku akan dijual menjadi budak terikat sungguhan?

Bangkok, 20:00
Setelah sumpalan mulutnya dilepaskan untuk minum jus buah-buahan dan air Ririn rasa sudah lebih dari seharian tubuhnya tidak dapat bergerak atau melihat, Padahal baru beberapa jam saja tubuhnya terikat seperti ini. Ririn sudah sangat mengantuk dengan mata dan mulutnya yang tertutup, karena pengaruh obat dan penerbangan panjang yang dialaminya. Satu-satunya kesempatan bicaranya adalah ketika Ririn ingin buang air, dan ‘pengasuhnya’ meletakkan ember kecil dan mendudukkannya di atasnya dengan melonggarkan ikatan pada pahanya serta membantu membukakan pahanya agar bisa buang air kecil. Tak ada yang dipikirkannya selain menjalankan apa yang bisa dijalankan, sementara ‘pengasuh’nya dengan telaten membersihkan kelaminnya dengan air dan mengeringkannya. "Tee lang sanuk maak maak". (yang konon artinya: sebentar lagi kamu akan dapatkan dengan enak)

Ririn sudah terbaring diatas sebuah matras dalam sebuah mobil box van, meski tangannya terasa kesemutan dan pegal karena terikat erat dalam waktu yang cukup lama. Namun Ririn merasa mendapatkan posisi yang nyaman, karena tubuhnya yang terlatih dengan yoga cukup lentur menyesuaikan posisi tubuhnya. Bondage atau terikat bukan merupakan pengalaman baru untuknya, dia sudah mengalami posisi tubuh seperti itu sebelumnya, ditambah dengan kebiasaanya latihan yoga, Ririn bisa menyesuaikan kondisinya. Ini adalah perjalanan cukup panjang, Ririn harapkan perjalanan ini segera usai dan pasti Dani akan melepaskan ikatannya dan membiarkan dia istirahat, setidaknya begitulah harapannya. Ririn tahu ia diculik dan dibawa ke negara lain, setidaknya Ririn tidak membayangkan bahwa Ia akan terus menerus diikat erat selama dalam penculikan.

Ketika tiba di tempat tujuan, Ririn mendengar seseorang mendekati pintu belakang box van. Ririnpun membalikkan tubuhnya, membelakangi pintu dan seolah menunjukkan pergelangan tangannya yang terikat erat berharap dirinya dibebaskan oleh penculiknya segera. Memang kedua tali di pergelangan kakinya yang di lepas, karena ia harus berjalan dengan sepatu hak tingginya dengan paha yang tetap terikat.

“Mmmmppphhh......” keluh Ririn pelan dengan tanpa semangat dan sangat lelah, Ia dituntun kesebuah rumah di mana ada seorang gadis yang akan melepaskan ikatannya dan sumpalannya. Matanya yang masih tertutup pada akhirnya dilepas, Ririn yang panik tak bisa menggerak-gerakkan tangannya yang sudah tidak diikat, merasakan cahaya memasuki pandangannya. Gadis itu berbicara kata-kata yang tidak di mengertinya, namun kelihatannya dia menyemangatinya sambil tersenyum dan menuntunnya ke kamar mandi. Gadis itu memijit-mijit pundak dan lehernya, ketika tubuh Ririn tersiramkan air hangat dari shower, sambil menyabuninya. Wow. Ini sangat menyegarkan baginya sehabis perjalanan panjang dalam keadaan terikat, setelah bermandi air hangat, Gadis itu memberikannya pakaian dalaman merah untuk dikenakan, lalu digamitnya tangan kiri Mila dan dituntunnya kedalam ruangan dingin dengan ACnya terlihat ada matras terhampar di ruangan ini dengan satu bantal kecil, layaknya ruang pijat ya itu adalah Ruangan Pemijatan. WOW! Aku dapat pijat gratis, Ia bersukacita dalam pijatan ala Thailand yang terkenal itu. Ririnpun tertidur menikmati pijatan-pijatan di tubuhnya setelah perjalanan yang melelahkan.

Beberapa jam kemudian Ririn terbangun dari tidurnya. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, Tidak Bisa. Ia tidak tahu mengapa dirinya tertidur begitu lama. Secara perlahan dirasakan kedua tangannya, kesemutan, kaku dan terikat di belakang pinggangnya. Mulutnya terasa penuh dengan kain-kain lembut yang menyumpalnya, dan tertutup oleh daya rekat lakban perak yang maha kuat. Kembali kakinya menyatu laksana putri duyung, karena pergelangan kakinya persendian lututnya dan bagian pahanya dipenuhi dengan lilitan tali yang mengikatnya erat. Ririn mengetahui bahwa posisinya biasa di sebut hogtied, ujung tali yang mengikat kakinya menekuk dan disambungkan sependek mungkin dengan tangannya yang terikat di daerah pinggang. Lebih jelas lagi lengannya juga terikat erat membuat dirinya tak dapat bergerak sedikitpun.

Semakin gencar dirinya meronta-ronta, hasilnya akan memburuk yaitu energinya terkuras dan semakin terasa pegal dan mungkin akan lebih sakit. Tetapi nalurinya menginginkan dirinya terbebas dari semua ikatan yang membatasi gerak-geriknya. Matanya kini tidak tertutup. Ia mendapati dirinya kembali dalam telungkup tak berbusana, hanya menggunakan bra celana dalam dan sepatu di ruangan bak aquarium dengan kaca tembus pandang, sepertinya ruangan itu memang disiapkan untuk seseorang seperti dia,

“Hi Ririn,....” Dani akhirnya muncul sambil tersenyum. Ini adalah kali pertama Ia bertemu Dani sejak dirinya diculiknya dan di bawa ke negeri ini.

“mmmmppphhhhhhh.....!!!!” spontan Ririn bereaksi kala dilihatnya pria itu.

“By the way, welcome to Thailand, Hope you will find a great master, after a week with me I’m gonna sell yoo of to the Royal staff for sure... so enjoy the time in my place....” dikecupnya bibirnya yang tersumpal lakban.

“mmmmppphhhhhhh.....!!!!” Ririn meronta-ronta dengan hebatnya, sehebat jantungnya yang berdebar-debar kencang ketakutan, dalam ruangan kaca bak aquarium, terikat erat, seperti ikan yang baru ditangkap meronta-ronta menunggu di eksekusi, waktu berjalan sangat lamban, Ia mendengarkan musik dari sebuah komputer di ruangan itu dengan speaker yang kekuatannya cukup tinggi, sepertinya sebuah lagu Jepang sepertinya diramaikan dengan suara mmmppphhhh dan bahasa Jepang, layaknya sebuah soundtrack film bondage Jepang. Dari komputer itu, Ia dapat melihat adegan seorang gadis Jepang, China atau entah Korea sedang digarap oleh seorang Pangeran. Ririn pernah mengunduh gambar itu dari situs Jepang yang pernah dikunjunginya.Tak lama kemudian Dani kembali membawa sebuah kamera dan mengambil beberapa photo dirinya dalam keadaan terikat erat, membuat rasa penasaran tumbuh dan menyelimutinya
“Apa yang akan Dan lakukan? Dia mengambil photoku, mau menjual photoku? Atau mempublikasikan dan nantinya mengancamku 10 tahun kemudian?” pikirnya penuh curiga. Setelah kurang lebih 50 photo dibuat dalam keadaannya yang duduk di kursi, Ririn dipindahkannya ke atas matras yang biasa dipakai yoga, kini lebih sering lagi suara kamera yang membidiknya diselingi suara protesnya yang terdengar

“mmmmppphhhhh....” 

Suara yang tanpa disadarinya akan membangkitkan gairah lelaki yang menculiknya. Dani sibuk mengitari Ririn dan membidiknya dengan kamera digital. Tubuh terikat Ririnpun bermandikan cahaya blitz. Ririn di atas matras yoga “memainkan perannya” dengan baik layaknya photo model terkenal Jasmine Sinclair, mempersembahkan posisi dan angle terbaiknya.

Tali yang mengikat tangannya pun dihubungkan dengan kakinya, jadilah Ia dalam posisi hogtied, namun tubuhnya secara lentur mengikuti dan memberikan Dan hasil photo yang baik dengan diselingi teriakkan “mmmmppphhhhh,...!!” nya sepertinya Ririn mengerti bagaimana melayani Dani yang membidiknya dengan kamera. Namun tantangan telah menantinya beberapa detik kemudian saat Dani menutup matanya dengan kain untuk kepentingan pemotretan, Dirasakannya ada dua langkah yang berbeda dengan langkah Dani,... mereka kelihatannya berbisik-bisik sesuatu,... sedang negosiasi rupanya dan sangat terdengar alot walau Ririn tidak tahu persis apa yang sedang mereka omongkan. Apakah itu tawar-menawar,... rupanya layaknya tender,... Tender mencapai penawaran tinggi untuk mendapatkan tubuh yang tak berdaya ini menjadi budak nafsu. Ditentukanlah siapa penawaran tertinggi ditandai dengan tawa puas sang pemenang tender. Ririn merasakan uang berpindah tangan di sekitarnya.

“Bagaimana dia menjualku? Aku dijualnya kepada siapa? Siapa sih pembeli yang psycho ini? Kapan aku akan di bawa ? Bagaimana dengan photo photoku yang di ambil Dan? Apakah aku akan kembali? Apakah aku bisa mengalami orgasme dengan orang? Atau cuma Vibrator? Apakah aku akan di jual ke Jepang? Bagaimana dengan gadis Jepang yang aku lihat di video dalam komputer itu? Menjadi budak nafsu berkali-kali dalam posisi ikat yang sangat tidak mungkin itu? ” 

Sejuta kecemasan menyelimuti pikirannya dan “MMMMPPPHHHHH!! mmpppphhhhh ermmmmmm ermmmm uurrggghhh!!” Ia mengalami orgasme, Tak terasa Ririn merasa basah di selangkangannya kala semua kecemasan itu muncul. Ia sadar mereka tidak boleh tahu kalau dirinya malah terangsang dengan pikiran pikiran itu, TIDAK!!

Sementara pihak yang menawarkan gratis dulu pertama, mundur dan duduk sementara Dani memainkan perannya dengan baik, kasihan Ririn, dia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Tercium olehnya harum stroberi memenuhi ruangan, Ia yang terikat, mulut tersumpal dan mata tertutup dapat merasakannya. Daya ciumnya menjadi sangat sensitif dan dapat mencium bau keringat yang sudah menetes. Sebelum Ririn benar-benar menyadari sepenuhnya apa yang terjadi, ternyata itu adalah harum kondom yang baru saja di buka.
“ARGGHHH!!! MMPPHHH!!” hanya suara itu yang bisa terdengar dari mulutnya. Dani sangat hati-hati mengambil posisinya tidak terlalu menyentuh tubuh Ririn, dengan lembut dia menyentuh tubuhnya dari leher sampai ke dadanya, secara naluriah tubuh Ririn menggeliat.

Tali yang menghubungkan pergelangan kakinya ke tangan Ririn dilepas, Tubuhnya berhadap hadapan dengan Dani, Ia cuma bisa merasakan, kakinya yang masih terikat, terangkat ke pundak Dani, Ririnpun bertumpu kebelakang dengan kedua tangannnya yang terikat Semua itu dilakukan Dani dalam kelembutan dan dirasakan sangat nikmat olehnya. Keringat di tubuhnya dijilatnya seperti sedang menjilat permen lolipop, dan lepaslah bra yang dikenakannya, Dani pun menghisap-hisap puting susunya kemudian menggambar lingkaran kecil mengelilingi puting susu Mila dengan lipsticknya. Lalu diciumnya Ririn. Dalam posisinya yang tak berdaya, meski susah untuk penetrasi dalam keadaan kaki tetap terikat, tubuhnya yang lentur itu mampu bergoyang-goyang, sementara Dani mengambil posisi lebih rendah untuk memudahkan penetrasi. Ririn masih tetap bercelana dalam walau sudah agak melorot. Sepanjang Ia tahu, dalam berhubungan sex Dani tidak menyukai lawannya telanjangan tak berbusana, Dan lebih menyukai masih adanya pakaian yang melekat pada gadisnya berlingerie, berstocking, bahkan bersepatu agar terlihat sexy.

Penetrasi pertamanya sangat lambat, Ia rasakan setidaknya 5 menit, bahkan cairan darinya terlanjur menetes layaknya keran Jawa kuno yang ditemukan tengah hiruk pikuk kota Jakarta.

“AAARRGGGGHHHHHHHHH.......!!!!” suara itu memecah keheningan layaknya monster hijau jelek mengerang puas setelah memperkosa gadis Jepang yang tidak berguna. Danipun memeluk tubuh Ririn yang terikat tak berdaya dengan posisi penis yang tengah mengancam posisi Ririn yang mudah diakses. Penetrasi berikut juga memakan waktu sementara Ririn sudah mencapai orgasme ketiga, dengan kondisi lelah, terikat, berkeringat, merasakan perkosaan dari seekor binatang liar, namun tubuhnya menerimanya dengan nikmat dengan mulut yang kali ini disumpal dengan kaos kaki berbahan stocking yang di pakainya, sebelum tubuhnya mengalami pemijatan yang nikmat tadi, yang memungkinkan dirinya untuk bernapas lega ditengah ketidak-berdayaannya. Entah beberapa kali lagi dilakukan penetrasi terhadap tubuhnya yang lelah, namun Ririn dapat bereaksi dengan baik dan mengimbanginya dalam ketidak-berdayaanya hingga yoga mat basah karenanya.

Setelah menyaksikan gadis tak berdaya yang telah diperkosa berkali-kali dan terlihat puas, sang pembelipun membayarkan sejumlah uang kepada Dani. Pembelipun setuju akan memulangkan Ririn setelah masa penggunaannya selama satu minggu. Dani berbisik lembut ditelinga Ririn

"satu minggu saja.....dia tiada power cuma bondage"

“Apa itu berarti aku akan terikat lagi dalam seminggu? Apa cuma diikat, nggak ada apa-apa lagi?” Ririn masih shock dan merasa gelap apa yang akan terjadi satu minggu kedepan.

“Bagaimana dengan kerjaanku? Bagaimana kalau mereka mencari ke apartemenku? Tagihanku belum terbayarkan, khususnya tagihan handphoneku, akan membuat dirinya tak bisa terhubungi,.... kesempatan dirinya untuk melarikan diri, bila dia tahu di mana sekarang handpohone Nokianya?” 

Ririnpun teringat acara televisi kesukaannya "Putri yang Ditukar" memasuki episode menegangkan di akhir minggu ini,...

“Bagaimana aku kehilangan episode akhir itu? Bagaimana juga dengan akhir dari penculikanku ini? Bagaimana aku bisa membebaskan diri?” bau yang menyengat dan melemahkan syaraf itu membuat Ririn tak sadarkan diri....

Setelah satu jam lebih dibawa dalam sebuah bagasi kendaraan jenis 4WD, Ririn yang sudah sangat lelah dengan perkosaan Dani, Dalam keadaan berbusana lingerie merah tadi matanya yang tertutup setelah diperkosa, Tibalah Ia di suatu tempat. Mila dibangunkan. Tangannya entah sejak kapan kini terikat kedepan, dan di antara kedua tangan dan kakinya diselipkan bambu besar, dan tangan dan kakinya jadi terikat menggantung di bambu besar itu. Rupanya tangannya diikatkan kedepan selama dirinya tak sadarkan diri, di tengah perjalanan mereka tadi. Ririn mengeluh dan mengaduh dalam sumpalannya, karena dirasakan sakitnya tubuhnya tergantung terikat pada tangannya di bambu dan dibawa pergi. Ia merasakan dirinya seperti korban buruan yang sering dia lihat di film-film Afrika atau video clip lagu Dr Jones favoritenya, dengan tangan dan kaki terikat pada bambu, lalu digotong oleh dua orang.

Ketika tiba dalam ruangan tertutup Ririn merasa tubuhnya diturunkan,... dia dibantu untuk berdiri dan dibersihkan oleh tangan-tangan lembut. Ia rasa itu tangan seorang gadis. Tali-tali yang mengikat kaki dan tangannyapun dilepaskan, dan terakhir kain yang menutup matanya dilepaskan. Setelah dibersihkan tubuhnya, Mila dipakaikan pakaian khas Thailand, yang suka Ia lihat di iklan dengan model pramugari Thai Airways, dan Ia kembali merasakan pijatan ala Thailand yang terkenal itu.

Ririn menyadari ada seseorang berbicara Bahasa Inggris kepadanya, dia adalah Prince Satitpong anggota keluarga Kerajaan yang membelinya sebagai budak nafsu selama satu minggu.

"Do Not Escape because it's in a wild place out here - there's no place to escape. There are lots of prostitutes around, and if you're caught by a gangster or pimp, they will keep you as a free prostitute too. Even if you escape, you can't speak Thai. The police are all under my control. So behave and relax because tomorrow you will get tortured by me for one week". demikian peringatan dari Prince Satitpong.

Segera setelah pijatan khas Thailand dirasakan, rasanya seperti lulur, dan Ririnpun kembali tertidur karena lelahnya

****

Keesokan paginya, pelayan kerajaan membangunkanku, "Ikat Ikat...!!" katanya. Ririn terkejut senang,
“Wah, mereka menguasai bahasaku sedikit...” gumamnya sambil tersenyum mungkin sudah lama Ririn tidak tersenyum sejak diculik dan tiba di negeri ini. Mereka juga terlihat tersenyum ramah, entah karena mereka senang ungkapan mereka dapat di mengerti atau mereka senyum untuk apa yang akan Ia alami setelah ini. Mereka memberikannya blus putih berkerah Shanghai dengan kancing bungkus yang berbaris dari atas ke bawah, yang cukup ketat di tubuhnya, “Student Shirt” kata mereka dengan rok mini hitam ketat, sambil ditunjukkannya sebuah photo Gadis Thai berseragam sekolah dan dipakaikan kepadanya, kemudian menyiapkan tangan Ririn di belakang dan diikat erat dengan tali nylon. Kemudian mereka memakaikan stocking warna kulit di kakinya dan sepatu highhells hitam, sepatu ‘girly shoes’ imut seperti ini....
Kemudian Ririn didandani layaknya Gadis sekolahan dari Thailand, serupa dengan photo yang tadi ditunjukkan. Usai dandan, Ia kemudian dituntun ke ruangan bawah tanah di mana sayup-sayup terdengar tangisan atau keluhan seorang gadis kecil. "Jangan...sakit...! lepaskaaann....!! " suara itu makin jelas dan Ia kenali kata-kata itu ada orang Indonesia rupanya.

Astaga! Ini adalah bilik dan sel di ruangan bawah tanah yang pernah Ia baca. Ada 3 gadis dalam sel bawah tanah ini, yang satu diatas tempat tidur tengah dengan tangan terikat dengan lakban kebelakang sedang berlutut diatas kasur, ada tulisan lipstik dipunggungnya dengan tulisan “OLIVIA” mungkin itu namanya, pikirnya, disebelah kirinya, gadis yang dua lagi tergeletak di tempat tidur lain dalam keadaan terikat hogtied, kakinya yang terikat dihubungkan dengan tangannya yang juga terikat dan berbusana lengkap termasuk bersepatu seperti yang Ia pakai. Mata Olivia ditutup dengan kain sutra biru, rambutnya hitam panjang dengan model poni manis yang menutupi dahinya. Dia terlihat cukup sexy berkulit bersih putih dengan lipstik pink seperti buah stroberi yang siap di santap. Olivia mengenakan stocking putih dengan sepatu hitam seperti yang Ririn pakai pula. Pakaiannya lumayan ketat sehingga payudaranya menyembul keluar. Prince Satitpong tiba di bilik tersebut, serta merta ingin memuaskan nafsunya kepada Olivia di tempat tidur, Prince kelihatannya sangat terangsang dengan keberadaan Olivia sambil berkata “rogol rogol mari".

Sementara Olivia sudah cukup terangsang dan basah, terbukti vibratornya sudah terjatuh di samping tempat tidurnya. Satitpong mendorong Olivia ke tempat tidur hingga payudaranya semakin terlihat. Prince kemudian merobek stocking putih Olivia, mencium susu Olivia sebelah kiri dengan suara yang nyaring Sllrrupp ssllrruppp... mmm.Ririn duduk menyaksikan sambil berharap dalam hati “rogol dia... sedap mesti rogol habis” bak suporter Prince. Namun tiba-tiba dia gempar dan berteriak marah. Benar kata Dan. Satitpong tidak punya “rogol power” kata orang, dia tidak bisa ‘ngaceng’ Prince Satitpong mengambil cambuk yang terletak disudut tempat tidur dan mulai mencambuki Olivia hingga dia teriak “pleaseeee stop”. Olivia kelihatannya cukup pengalaman dan menikmati cambukan yang dideranya di tubuhnya yang sintal. Sebagian tubuhnya terlihat nikmat dengan keringatnya berkilau dalam ruangan terang benderang. Tentu mata Olivia masih tertutup dan tidak akan tahu bahwa kilaunya memberi rangsangan dan seperti siap diperkosa lagi. Prince memunggut vibrator yang jatuh tadi dan memasukkannya di antara selangkangan Olivia, menggetarkannya dengan level tinggi. Olivia meronta gemetar seperti ikan kecil dan di mulutnya bergumam suara seperti “ppprrr mrrr... mmhh” pastinya dia merasakan gelinjang yang cukup hebat karena cairan membasah dan mengalir malalui pahanya. Dengan lembut Prince Satitpong mengeringkan cairan yang membaur dengan keringat di sekujur tubuhnya sambil berkata

"Good fuck haa...? Good fuck".

Seakan mendapat rangsangan baru, Prince Satitpong mengambil Ririn yang juga terikat dengan pakaian seragam sekolah Thailand ke tempat tidur sebelah kanan Olivia yang berkilau. Olivia sudah terkulai lemas, entah karena lelah melayani Prince Satitpong, atau orgasme, atau kurang tidur, atau kedua-duanya, nikmat dan sakit yang hanya dia yang tahu. Ririn agak iri dengan Olivia, dan tanpa sadar mulutnya bergumam
“Good fuck....” “OOPPS!! APA YANG AKU KATAKAN?” pikirnya terkejut dengan mata yang menunjukkan keterkejutan. Prince Satitpong tak kalah terkejut dan membelalakkan matanya, Ririn tak habis pikir, yang dipikirkannya terungkap dalam kata, maklum selama ini mulutnya di lakban, namun kini keadaannya berbeda.

"Ohh.. you want good fuck. Not like friend Olivia. Good fuck using vibrator" lanjut Prince
“You dress as young Thai high school student. Good first fuck. Virgin fuck” satu persatu kancing baju Shanghai yang dikenakan Mila dilepas, terlihat kulit putih bersih Ririn dengan bra yang sewarna dengan kulit tubuhnya.

“Now you will give good suck. Later you get good fuck. So good suck now” kata sang Prince Satitpong.

Prince Saitpong menduduki Ririn yang berbaring di tempat tidur dan memasukkan penisnya ke mulut Ririn, Ririn menahan aroma yang tidak enak dan mulai mengisapnya dan mengisapnya. Suara isapanya sangat menggemaskan. Prince Satitpongpun terus mengerang, namun Ia tahu Prince tidak akan ngaceng jadi disapnya terus menerus. Erangan Prince semakin menjadi-jadi, semantara Ia dengan tekun mengisapnya dengan kecepatan sedang dan tiba tiba "CCRRROOOOTTTT.....!!" tumpahlah sperma Prince Satitpong kedalam kerongkongannya tanpa tanda tanda peringatan. Prince Satitpong telah berhasil mengeluarkannya sampai menyebar ke bagian bawah wajah Mila pundak dan bagian lehernya.

“Aaaaccchhhh......!” Ririn menatap kekanannya dengan rasa kesal dan ketidak-puasan, di sisnya dimana Prince Satitpong terkulai lemas dan beristirahat disampingnya yang dalam keadaan tangan terikat beberapa menit lamanya dalam kepuasan. Beberapa lama kemudian Prince Satitpong terbangun dengan kepuasan maksimal, dengan lembut dia membersihkan bekas sperma yang belepotan di bagian leher Ririn dan pundak atasnya. Kemudian pelayan istana kembali merapihkan pakaian Mila yang terbuka,.. dengan telaten di kancingnya blus putih yang dipakainya, kemudian mulutnya disumpal lakban, selangkangan Mila diselipi vibrator yang tersedia di dalam kamar/sel itu. Kakinyapun diikat jadi satu. Ia didudukan di kursi roda dan didorong dimasukkan dalam sel bawah tanah tak jauh dari situ dalam keadaan terikat, tubuhnya di angkat keatas tempat tidur yang ada di dalam sel tersebut.

Siang itu Satitpong kembali dan mengunjungi Ririn dalam selnya hari itu menyaksikan dirinya yang masih penasaran dengan hasratnya. Demikianlah Ririn meringkuk di sel bak tahanan dalam keadaan terikat dan vibrator yang menyala, entah sudah berapa kali Ia mengalami orgasme sepenjang siang itu, sorenya gadis yang ditugasi melayani budak nafsu seperti Ririn, Olivia dan yang lainnya datang ke sel sel mereka, waktunya makan. Mereka engan telaten melepaskan stocking yang menyumpal dan mengikat tawanan itu dan dengan sabarnya mereka menyuapi para tawanan itu. Ririn dapat melihat di sel seberang sana Olivia juga sedang disuap di beri makan. Tetap dalam keadaan terikat dengan cekatan pelayan istana maupun gadis-gadis yang ditugasi khusus merawat para tawanan budak seks Prince Satitpong, sehingga tangan mereka tidak perlu dilepas. Itulah pengalaman hari pertama dalam masa penjualan Ririn kepada keluarga Kerajaan Thailand.

==oo0oo==

Rabu, 01 Mei 2013

Mang Dodi Tukang Kebunku

Mila, kini berusia 27 tahun dan dinikahi oleh Dandy 36 tahun pria mapan yang adalah Co Pilot dari sebuah maskapai penerbangan Asia terkemuka. Pasangan ini belum dikaruniai anak meski pernikahan mereka sudah memasuki tahun ke 5. Mereka berdua tinggal di kawasan Dharmahusada yang asri itu, mempunyai seorang pembantu rumah tangga mbok Minah namanya dan baru saja menerima tukang kebun merangkap penjaga rumah yaitu mang Dodi. Kerjanya sangat cekatan, mampu memperbaiki kerusakan kecil dan termasuk terampil menggunakan tali, itulah kesan yang didapat Mila dan Dandy tanpa curiga sedikitpun dengan keterampilannya.

Keduanya tinggal tidak jauh dari rumah mereka, hanya mang Dodi kadang mendapat giliran jaga malam di rumah mereka khususnya ketika Dandy terbang. Pasangan Mila dan Dandy adalah pasangan mesra, keduanya saling mencintai, mereka mempunyai hubungan yang sangat spesial, kendatipun Dandy yang seorang pilot rawan dengan gosip punya hubungan dengan pramugarinya dalam sebuah penerbangan. Mila yakin sepenuhnya mas Dandy tidak akan tertarik dengan pramugarinya, karena hubungan spesial yang sangat rahasia diantara mereka yang di sebut soft bondage. Hubungan yang membuat suami tak kan lari ke perempuan lain, yaitu sikap Mila yang sangat mengabdi kepada suaminya yang mempunyai kelainan seks, yang perlu mengikat erat pasangannya baru bisa berhubungan suami istri.



Sebagai istri, Mila berusaha menjadi istri yang sempurna bagi mas Dandy, sehingga Mila berhasil peroleh kesepakatan dengan bossnya untuk memperoleh 2 hari off (kecuali Sabtu Minggu yang memang libur) ketika sang suami baru sehari sebelumnya mendarat di Surabaya. Dan ketika tiba di rumah Mas Dandypun tinggal menyebut Mila, seragam,... yang mana Mila akan bergegas berganti dengan pakaiannya yang sangat disukai sang suami blus berkerah Shanghai dengan kancing-kancing berbaris lurus dari leher sampai ke daerah pusar.

Seperti biasanya sore itu Mila baru pulang kerja dan baru saja duduk sendiri di ruang keluarga menikmati teh hangat buatan mbok Minah pembantunya yang setia. Mila masih berpakaian kantor sebuah blus berkerah shanghai dengan kancing di depan berbaris rapih dari leher ke pusar ditutup oleh blazer layaknya sekretaris yang memang seragam kantornya dan seragam kesukaan mas Dandy. Sepatu hitam mirip pantofel yang ada ban melintas di punggung kakinya seolah menghubungkan kedua mata kakinya, masih menghiasi kaki Mila yang jenjang itu.

Mila kelihatan cantik ditengah raut kelelahannya bekerja seharian sebagai seorang sekretaris eksekutif dari perusahaan Jepang yang membuka perwakilan di Surabaya. Makanya mas Dandy tidak pernah menyetujui keinginan Mila untuk resign dan berkegiatan dirumah saja atau usaha kecil-kecilan seperti Yunia sahabatnya yang membuka convenience Mart dan sebuah rumah makan kecil. Yunia yang menikah dengan Anto mempunyai orientasi serupa dengan Dandy dan Mila, hanya mereka memakai borgol dan rantai sebagai peralatan mesra mereka. Mila baru selesai berbicara lewat telpon dengan sahabatnya Yunia Utari ketika ada suara terdengar memanggilnya :

“Juragan.......” sapa seseorang dari belakangnya

“Eh Mang Dodi,...” sahut Mila ramah

“Eeee....saya ada perlu sedikit juragan.....” lanjut mang Dodi

“Ada apa ya Mang Dodi? Mila pikir tukang kebunnya mau pinjam uang

“Hmmm....gini juragan, saya pernah tanpa sengaja lihat juragan di kamar seperti sedang ngiket sendiri...” ada keraguan dalam kata-kata mang Dodi dan kalimat selanjutnya membuat Mila terperangah aksi self bondagenya akibat kerinduan yang tak tertahankan kepada mas Dandy rupanya diam-diam diperhatikan oleh mang Dodi.

“Eeemmm...maksud saya daripada juragan repot ngiket sendiri, biar saya bantu......” kali ini nada keyakinan dirasakan dalam kalimat mang Dodi.Mila terdiam berusaha menahan malunya dan sibuk mencari alasan yang masuk akal akibat penemuan tukang kebunnya, tanpa disadari olehnya mang Dodi bergerak cepat, dan dalam waktu singkat Mila mendapatkan kaki dan tangannya sudah diikat kebelakang.

"Mang Dodi ? Apa yang kamu la... eemmmpphhhh...!!" Mila tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya mulutnya telah disumpal lap yang dibawa mang Dodi lalu dilakban.dengan erat. Mila terduduk di ruangan itu dengan tangan terikat kebelakang dan kaki yang masih bersepatu terikat menyatu dan mulutnya disumpal lakban.

“Uuhh.....mang Dodi rasanya udah gemeteran gak karuan waktu ngiket juragan Mila ...antara takut baru kali ini bisa nekat melaksanakan niatnya yg lama terpendam” gumam mang Dodi


Sementara Mila masih terpana dan tidak menyangka akan keadaannya yang terikat tanpa mas Dandy yang jauh di sana. Disisi lain perasaan takut muncul kalo nanti juragan marah besar dan dirinya dipecat, ditambah itu takut ketahuan mbok Minah menghantui mang Dodi akibat kenekadannya

“Eeee...duuuh selanjutnya apa yang harus aku lakukan...??” Mang Dodi berjalan mondar mandir di depan Mila yang sudah terikat dan tersumpal mulutnya

“...hmmmhh” setelah beberapa saat akhirnya mang Dodi bisa agak menenangkan diri dan mulai memandangi juragan Mila yg masih cantik tapi terikat tidak berdaya.

“...uuuuh...juragan Mila koq jadi tambah cantik kalo terikat begini yaa...” kata mang Dodi yang sudah kepalang basah, ia mengalahkan keraguannya dan memberanikan diri menggendong Mila yang tidak berdaya, membawanya ke kamar dan meletakkan tubuh terikat itu di tempat tidur, lalu mang Dodi keluar dari kamar juragan Mila, tanpa sengaja dia berpapasan dengan mbok Minah yang hendak bersiap siap pulang,

"Kamu nggak pulang Mang?" tanya Minah

“Mbok Minah kalau mau pulang duluan silahkan aja, Sebentar lagi saya juga pulang......” jawabnya.

Setelah mbok Minah pergi, mang Dodi kembali kedalam, diam-diam dari pintu diintipnya tubuh juragan Mila tak berdaya itu meronta-ronta dan ini membuat Dodi semakin bersemangat. Namun ditutupnya rapat rapat kamar majikannya dan dikunci dari luar, kemudian Dodi pulang ke rumahnya yang hanya 100m dari rumah majikannya dan menenangkan diri..
“eemmmpphhhh.......eemmmpphhhh.......!!”

Sementara Mila yang mulai menyadari bahwa dirinya terikat erat dan digendong ke kamarnya panik dan sibuk meronta-ronta. Satu jam, dua jam berlalu masih tak ada perubahan apa-apa tubuhnya masih terikat erat. Mang Dodi yang tidak tenang di rumahnya kembali menemui tawanannya....Dibuka kunci pintu kamar juragannya pelan-pelan dan kepalanya dijulurkan dulu untuk melihat keadaan juragan Mila....“Ah juragan cantik masih terikat dan sumpel mulutnya juga belum lepas, aman deh...” pikirnya, lalu masih dengan berjingkat jingkat mang Dodi masuk kamar dan mengunci pintu kamar.

“eeee selamat malam juragan Mila yang cantiiik.” sapanya

“eemmmpphhhh.......!! protes Mila

“Ada apa juragaan? Kalau ngomong yang jelas dong biar mang Dodi tau.... ehm...kasiaaan deh juragan ini ... o iya apa juragan haus? Nanti saya ambilkan minum tapi awas ya kalau sumpal mulutnya mang Dodi buka jangan coba coba teriak.” ancamnya

“Rupanya juragan selama saya tinggal tadi meronta ronta mau lepasin ikatan ya?”
“eemmmpphhhh.......!! sahut Mila

"Hmhmmmm...sampe rok juragan tersingkap begini...duuuh mulusnya paha juragan” ujar mang Dodi sambil meraba paha Mila

“Juragan minta dilepasin ya?” godanya

“Tenang juragan. nanti mang Dodi akan lepasin semua...maksud mang Dodi lepasin bajunya juragan.."

”eemmmpphhhh.......!!" protes Mila

“Tuh kancing blazer juragan sampe terbuka ...juragan sih pake meronta ronta segala, percuma..mang Dodi sudah ikat tangan dan kaki juragan dengan kuat!” kata mang Dodi meyakinkan

Melihat Mila terus meronta dan bergumam “mmmpphhh...mmpphh...........” makin membuat mang Dodi gak sabar, blazer Mila dibuka tapi tidak bisa lepas karena menyangkut di ikatan tangan...

“Hmmmmh......” mang Dodi mulai meraba dada juragan yg masih tertutup baju shanghai

“eemmmpphhhhh.....!” protes Mila berikut roknya di buka dan diturunin lepas

“hmmmmh” darah mang Dodi makin memuncak makin penasaran. Namun dengan sabar baju shanghai yang dipakai Mila, kancing demi kancing dilepasnya dengan telaten oleh mang Dodi yang semakin tidak tahaannn......

“eemmmpphhhhh..... eemmmpphhhhh.....!” Mila semakin meronta ronta dengan hebatnya, akhirnya semua baju yg menutup tubuh Mila sudah dibuka semua walau masih menempel di tubuh Mila oleh mang Dodi

“Udah dong juragaaan...pasrah aja kenapa siich? nanti mang Dodi tambahin ikatan lagi lho,biar juragan Mila bisa diem” mang Dodi mencari-cari tali sudah tidak ditemukan akhirnya sebuah saputangan dibekapkan ke hidung Mila dan Mila pun tak sadarkan diri

****

“eemmmpphhhhh.....” Mila terbangun dari pingsannya, mendapati tubuhnya masih terikat dengan bajunya terurai diantara tali-tali, kakinya tidak terikat jadi satu tetapi terikat diujung tempat tidur dan tetap bersepatu, Mila merasakan nyeri yang hebat di selangkangan khususnya di miss Vnya. Oh Mila telah diperkosa oleh mang Dodi tukang kebunnya, Kemudian mata Mila mencari-cari, tak dilihatnya mang Dodi dikamarnya...Puas memperkosa juragannya. Mang Dodi kembali ke pos jaganya, membiarkan Mila melewati malamnya terikat dan terbaring di tempat tidur waktu menunjukkan pukul 23.05 Mila meronta-ronta hingga lelah dan akhirnya tertidur dalam keadaan terikat dan mengenaskan.

*****

Pagi-pagi sekali mang Dodi pulang untuk mandi dan kembali berangkat secepatnya ke rumah Mila juragannya, mang Dodi ingin membuka gerbang rumah majikannya agar mbok Minah bisa masuk dan kembali bekerja.

Hari ini hari Jumat, mang Dodi harus buru-buru melepaskan ikatan yang mengikat juragannya Mila agar bisa bersiap-siap untuk berangkat kerja ke kantor. Udara masih sejuk pagi itu ketika mang Dodi masuk rumah langsung menuju kamar di mana juragannya dia sekap. Diintipnya terlebih dahulu, dilihatnya Mila sudah bangun dan tengah meronta ronta kecil,... mang Dodi masuk berniat melepaskan ikatan yang membelenggu juragannya yang cantik, dikuncinya kamar Mila lalu mang Dodi mendekat ke tubuh Mila yang terikat.

“Juragan, tidak apa-apa khan,...” mulut Mila yang disumpal dilepaskan

Sontak tangis meledak dalam kamar itu, Mila menangisi nasibnya yang diikat dan diperkosa oleh tukang kebunnya sendiri. Secara reflek guna meredam suara tangis Mila, mang Dodi memeluk dan mendekap juragan Mila sehingga suara tangisnya tidak terdengar lagi.

“Maaf ya juragan,... saya hanya bermaksud menyenangkan hati juragan Mila....” bela mang Dodi lalu melepas pelukannya dan melepaskan simpul tali yang mengikat di kaki Mila yang terhubung ke ujung kaki tempat tidur tangan Mila masih terikat.

“Kog kamu nekad sich mang,....” kata-kata pertama Mila setelah lakban dan lap yang menyumbat mulutnya dilepas.

“ah... ehh.....anuu...” mang Dodi tidak bisa merangkai kata-kata akibat kenekadannya sambil mulai melepaskan simpul tali di pergelangan tangan Mila.

“Sudah tinggalkan saya sendiri, saya mau mandi nanti terlambat ke kantor” ucap Mila sambil mengusap bilur-bilur di pergelangan tangannya usai dilepas oleh mang Dodi. Mang Dodi keluar dengan pasrah akibat kenekadannya, dan dia seolah siap dipecat oleh Mas Dandy jika pulang, atau bahkan bila dilaporkan ke polisi.

Sementara Mila sedang menikmati kucuran air hangat di shower di kamar mandi dalam kamarnya. Mila merasakan sesuatu sensasi didalam kerinduannya akan mas Dandy yang sudah 10 hari terbang seakan terobati, ia rasakan dari seorang mang Dodi tukang kebunnya. Meski nyeri di miss Vnya akibat diperkosa dan diikat semalaman, tak sedikitpun terpikir olehnya untuk memecat atau melaporkan ke polisi, bahkan Mila tidak tega menceritakan apa yang dialaminya kemarin kepada mas Dandy suaminya. Sementara mang Dodi berusaha melupakan kenekadan yang dilakukan pada juragannya semalam, dan kembali mengerjakan kebun dan keamanan di rumah juragan Mila.

****

Sudah tengah hari, Mila masih sibuk di kantornya, namun sulit untuk konsentrasi, dalam benaknya masih terbayang saat mang Dodi dengan cepat menarik tangannya kebelakang dan mengikatnya erat, oh Mila merasa seperti mas Dandy ada disisinya dan kerap melakukan kejutan seperti itu yang tiba-tiba menarik tangannya dan mengikatnya. Rasa rindu akan suaminya kian memuncak membayangkan adegan di ranjang ketika mang Dodi memaksa membuka pakaiannya dalam keadaan terikat dan selanjutnya Mila tak sadarkan diri.

Masih 5 hari lagi mas Dandy mendarat di bandara Ir H Djuanda Surabaya, rasa hampa itu terhibur sedikit akibat kenekadan mang Dodi seperti di padang gurun mendapat guyuran air, demikian yang di rasakan Mila malam itu. Pikiran nakal melintasi benak Mila yang mengharapkan kejutan seperti itu datang lagi dari mang Dodi. Pernah suatu hari Mila tertidur dan tidak menyambut suaminya pulang, namun tengah malam Mila terbangun dan mendapatkan tangannya terikat kebelakang dan kakinya bersepatu diikat jadi satu. Lalu dihadapannya terlihat mas Dandy yang terpulas. Mila merasa salah tidak bertahan bangun menyambut suaminya namun rupanya mas Dandy sudah menyiapkan sambutan sendiri untuknya. Mila sangat ingin meminta suaminya berhenti menjadi pilot, Mila ingin suaminya kerja biasa dan setiap hari bisa bersamanya di rumah.

Tanpa terasa hari sudah senja, Milapun bergegas pulang. Setibanya Mila dirumah usai membayar taxinya Mila disambut mang Dodi yang kebetulan berjada di pos masuk.

“Selamat sore juragan,......” sapa mang Dodi

“Sore mang,.... masuk dulu aku mau bicara” sapa Mila tersenyum.

“Baik juragan...” mang Dody diterpa rasa takut.

Mila masih berpakaian kantor sebuah blus berkerah shanghai dengan kancing di depan berbaris rapih dari leher ke pusar ditutup oleh blazer layaknya sekretaris yang memang seragam kantornya bersepatu hitam mirip pantofel yang ada ban melintas di punggung kakinya seolah menghubungkan kedua mata kakinya, masih menghiasi kaki Mila yang jenjang itu ketika masuk dan duduk di ruang keluarga, Mila duduk tepat di sudut ketika kemarin dia di sapa mang Dodi.

“Ya juragan.....” mang Dodi mendekat“Kenekadanmu itu mang,.....” mulai Mila mengejutkanku..... jantung mang Dodi.

“maukah kamu mengulanginya lagi?” pelan sekali kata-kata Mila seakan tidak terdengar

“maksud Juragan...?” mang Dodi memiliki telinga yang cukup awas dengan setiap kata makanya dia dijadikan penjaga malam oleh mas Dandy selama dia terbang.

“me...ngu.....la...ngi....” Mila terbata-bata.

“mang siap menyenangkan hati juragan...” sahut mang Dody begitu bersemangat.

Milapun menyembunyikan wajah kemerah-merahan dan beranjak menuju ke kamarnya. Sementara mang Dodi menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk memuaskan juragannya. Mbok Minahpun pamit pulang ke pada juragan Mila di kamarnya, Mila masih berpakaian seperti pulang kerja, hanya blazernya yang sudah dilepas sedang merias diri ketika mang Dodi masuk, lalu membekapkan saputangan ke mulutnya, sampai juragannya tidak sadarkan diri. Kemudian digendongnya tubuh lunglai itu ke sebuah kursi dan serta merta tali sudah meliliti tubuh Mila yang sudah terikat terduduk di sebuah kursi tangannya terikat erat kebelakang, kakinya terikat ke tiap kaki kursi dan mulutnya disumpal dengan saputangan. Di tunggunya juragan Mila duduk terikat hingga siuman, sambil mang Dodi menyapu dan membersihkan kamar juragannya.

”eemmmpphhhh..............” Mila rupanya siuman, dan mendapati dirinya sudah terikat di kursi lengkap dari kaki ke tangan dan tali yang melilit dilengannya membatasi payudaranya di atas dan bawah.

“eh juragan.... sudah bangun, kita bermain yuk, “ ajak mang Dodi begitu bergairah sementara Mila meronta-ronta seolah menolak apa yang akan terjadi dengan dirinya.Dengan sigap mang Dodi menggendong Mila yang terikat ke tempat tidur di mana Mila dibaringkan kemarin. Mang Dodi agaknya tahu kebiasaan pasangan juragannya dan membiarkan juragan Mila tetap berpakaian lengkap ketika dalam keadaan terikat.

Dan terbaringlah Mila di tempat tidurnya, mang Dodi bereksperimen dengan menelungkupkan badan juragannya kemudian melepaskan kakinya dan diikat lagi menyilang X di kakinya sehingga selangkangannya tidak rapat. Mang Dodi menemukan tas merah yang besar, dia menemukan koleksi majikannya juragan Dandy, dilihatnya beberapa gulung tali pramuka, lalu di ikatkannya tali itu menghubungkan tangan dan kaki Mila, yang dikenal dengan ikatan hogtied.

“eemmmpphhhh...... eemmmpphhhh......” 

Mila bereaksi begitu tangannya yang terikat menyentuh sepatunya, badannya yang lentur itu membusung tegak dan kepalanyapun ikut terangkat. Mila yang sejak kecil adalah penari ballet, dan belakangan ini menekuni olahraga Yoga sehingga tubuhnya sangat lentur dan bisa menyesuaikan diri dalam segala keadaan.

Mang Dodi cukup kagum melihat kelenturan tubuh juragan Mila, melihat ada kamera digital di tas itu, dan diabadikannya keadaan juragan Mila.

“eemmmpphhhh......” kembali Mila memprotes apa yang dilakukan mang Dodi.

“Ada apa juragan,... o iya apa juragan haus? Nanti saya ambilkan minum tapi awas ya kalau sumpal mulutnya mang Dodi buka jangan coba coba teriak.” Ancamnya

“eemmmpphhhh......” jawab Mila, mang Dodi meninggalkan kamar juragan Mila dan membuatkan juragannya sirup rasa orange, dan ditaburkannya obat tidur, kemudian dilarutkan dengan baik lalu dibawanya dengan baki ke tempat juragannya terikat. Crett...!! Lakban yang menyumpal mulut Mila dilepaskan

“Ooeekkk!!” sekaligus saputangan dalam mulut Mila di muntahkan.

“Boleh tahu mang, aku mau diapain sekarang.....” tanya Mila,

“Hmm.... mang Dodi masih melihat barang barang koleksi juragan Dandy dulu” ujar mang Dodi,

“minum dulu.... juragan...” agak sudah bagi Mila yang telungkup dan terikat hogtied untuk minum namun mang Dodi memposisikan gelas di tangannya sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau, tak lupa mang Dodi menyertakan sedotan untuk memudahkan juragan Mila.

“sslluuurrrpphh..........” Mila menyedot minuman buatan mang Dodi tanpa rasa curiga, harus diakuinya sejak tiba di rumah Mila belum sempat minum untuk menyegarkan dahaganya.

“Urrghhh........” kepala Mila serasa pening dan Mila tak sadarkan diri, mang Dodi menyaksikan di belakang Mila dengan tersenyum.

****

Mila terbangun ketika dirasakannya ada benda bergetar memasuki miss Vnya, kenikmatan dan ketidak berdayaan yang dia rasakan, kendati tak ada lagi ketakutan karena Mila sesungguhnya menginginkan itu dialaminya akibat kerinduan yang mendalam pada mas Dandy. Milapun mengalami orgasme pertamanya sejak di tinggal mas Dandy.

“aaaarrrghhhhh....... aaaaccchhhh...........” gumam Mila yang tidak di sumpal oleh mang Dodi. Malam semakin larut, Milapun sudah empat jam terikat hogtied dengan dildo dalam miss V yang sudah berhenti bergetar.

“Juragan, mang keliling dulu yach.....” panit mang Dodi kepada juragan Mila. Waktu menunjukkan pukul 21.50 ketika mang Dodi meninggalkan sejenak juragannya yang sedang terikat, guna mengecek keadaan sekitar rumah berbekal senter dengan daya sorot yang tajam.Sesekali Mila meronta-ronta merasakan ketat dan eratnya ikatan mang Dodi.

Memang Mila tahu bahwa hampir mustahil dirinya dapat melepaskan diri namun dari sisa jiwa tomboynya ketika kecil Mila selalu mempunyai rasa penasaran bahwa dia dapat melepaskan ikatannya. Mila bukan tipe pasrah ketika diikat tetapi selalu berusaha dan itu sangat menguras energinya.

“urgh.......” gumam Mila merasakan ikatan mang Dodi

“ketat juga dia mengikat.... melebihi mas Dandy” ucap Mila.

“Ooh... Mas Dandy, maafkan aku, aku sudah tidak tahan lagi menantimu....” kata Mila sambil menatap photonya berdua mas Dandy yang berseragam lengkap yang dibuat beberapa hari sebelum mas Dandy berangkat.

Photo itu terpajang rapih di tembok di atas meja riasnya, Mila memakai kebaya modern berikut kain dengan rambut terurai di photo itu. Mila ingat mas Dandy begitu memujanya ketika berdandan seperti itu. Dan malamnya mas Dandy memintanya memakai kebaya itu namun dipadu dengan rok mini dan sepatu sexy kesukaan mereka berdua, lalu mas Dandy mengikat Mila istrinya dengan mesra malam sebelum ia berangkat atau tepatnya 10 hari lalu. Kini Mila sendiri di kamarnya terikat hogtied dan tangannya dapat meraba sepatunya dalam keadaan telungkup terikat.

Hmmm lama sekali si mang Dodi kelilingnya, sebenarnya Mila menginginkan posisi yang lebih ramah daripada terikat seperti ini, namun mang Dodi yang ditunggu sudah lebih dari sejam belum juga menemuinya. Mila sudah sangat mengantuk ketika mang Dodi kembali sehingga tidak bisa menyampaikan apa-apa ketika mang Dodi mulai menyalakan dildo di selangkangannya dan memasangkan ballgag koleksi juragan Dandy ke mulut Mila.

“eemmmpphhhh...... eemmmpphhhh......” Mila tersentak dengan kenikmatan yang dia rasakan dari dildo yang sedari tadi menempel di miss Vnya.

“eemmmpphhhh...... eemmmpphhhh...... eemmmpphhhh...... eemmmpphhhh......” desah Mila merasakan antara derita dan nikmat disaksikan mang Dodi yang sibuk bermasturbasi malam itu. Sungguh Mila tidak dapat tidur nyenyak akibat kenikmatan yang ia rasakan. Setelah Mila kelelahan habis orgasme, dan tertidur dalam keadaan terikat hogtied. Mang Dodipun meninggalkan juragannya yang cantik sambil mengunci kamarnya dari luar kemudian kembali ke pos jaganya tepat jam 01.00 dini hari berjaga sambil terkantuk kantuk.

****

Pagi datang, mang Dodi masih terkantuk kantuk kala membuka gerbang menyambut mbok Minah masuk. Lalu mang Dodi beranjak pulang karena ia tahu hari ini Sabtu, di mana juragan Mila yang menjadi tawanannya libur kerja. Maka mang Dodi tidak perlu terburu-buru, dengan santainya ia pulang kerumahnya, beristirahat dan menyegarkan diri. Sementara itu Mila masih terlelap meski dalam posisi telungkup dan terikat ala hogtied. Mbok Minahpun urung membangunkan majikannya karena kamarnya terkunci. Mila perlahan mulai bangun, matanya tertumpu pada jam digital di kamarnya yang menunjukkan pukul 09.38. Mulut Mila mengering akibat ballgag yang dipakainya sementara air liurnya sudah membasahi bagian kasurnya di mana Mila telungkup.

“eemmmpphhhh...... eemmmpphhhh......”

“di mana nich mang Dodi, kog aku masih begini belum juga dia lepasin.... mentang-mentang aku libur, dia rupanya benar-benar kebiasaan kami ketika memasuki weekend.... “ batin Mila sembari meronta-ronta. Sementara mbok Minahpun tidak curiga, karena juragannya belum juga muncul karena mengetahui hari libur juragannya pasti beristirahat dan enggan di ganggu. Mang Dodi masuk dapur menemui mbok Minah katanya “Mbok, tadi malam juragan Mila pergi dengan teman-temannya ke Trawas dan menitipkan pesan agar mbok bisa pulang setengah hari, ndak usah masak katanya....” terbersit ide dalam benak mang Dodi bahwa hari ini ia akan menawan juragan Mila sepanjang hari di dalam kamarnya dalam ikatan-ikatannya.

“Oh gitu yach mang,... kalau gitu setelah mencuci dan menjemur, aku pulang yach, ta’ titipkan jemuran kepadamu yach mang.....” sahut mbok Minah.

“Ok biar aku yang angkat kalau sudah kering” tegas mang Dodi sambil berlalu meninggalkan dapur, hendak melihat keadaan tawanannya eh juragannya di kamarnya. Perlahan-lahan pintu di buka, masuklah mang Dodi mendapati juragan cantiknya masih telungkup dengan posisi terikat hogtied dengan mulut yang disumpal lakban.

“Juragan....?” sapa mang Dodi

“eemmmpphhhh...... eemmmpphhhh......” protes Mila yang seharusnya sudah dilepaskan dari tali-tali yang membelenggunya.

“Pesan juragan sudah saya sampaikan ke mbok Minah, bahwa juragan tidak pulang hari ini jadi mbok Minah boleh pulang cepat...” kata mang Dodi dengan gaya polosnya,

“eemmmpphhhh......mmmpphhhh...... mmmpphhhh......!!!” Mila terkejut dengan pesan yang dia tidak merasa menitipkan pada mang Dodi.

“Jadi kita bisa seharian mainnya....” ujar mang Dodi sedikit nakal.

“mang Dodi, bagaiman kamu bisa berpikir seperti itu ??” hardik Mila, ketika mang Dodi melepaskan ballgag yang dipakai Mila.

“Juragan, jangan pura-pura... bukannya setiap akhir pekan juragan sepanjang hari begini....” kata kata mang Dodi yang sontak membuat Mila menyesal telah membolehkan tukang kebunnya untuk memuaskan kerinduannya kepada mas Dandy tercinta.

“Aku mau buang air mang Dodi, tolong lepaskan aku...” pinta Mila

“Buang air....? Sebentar ya juragan cantik?” jawab mang Dodi, Mila yang terikat kaki dan tangannya bersambung itu dilepaskan kemudian tali yang mengikat erat pergelangan kakinya dilepas, dan tubuh Mila pun terangkat, digendong mang Dodi ke dalam kamar mandi dan dilepasnya Cdnya dan didudukkannya Mila di toilet bowl, lalu mang Dodi meninggalkan kamar mandi membiarkan juragannya melepas hajat namun dengan tangan tetap terikat.

Beberapa saat mang Dodi mendengar namanya dipanggil, langsung dibukanya pintu kamar mandi dan juragan Mila sudah berdiri di balik pintu, Mang Dodi mengambil tissue gulung kemudian dengan telate dipanggil, langsung dibukanya pintu kamar mandi dan juragan Mila sudah berdiri di balik pintu, Mang Dodi mengambil tissue gulung kemudian dengan telaten membersihkan miss Vnya juragan Mila, yang merasa sangat risih diperlakukan begitu.

Usai dengan kamar mandi mang Dodi menuntun juragannya berjalan kembali ke tempat tidur.

“Sudahlah juragan tidur saja, capek khan kemarin kerja....” diikatnya kedua kaki juragannya yang tetap bersepatu sejak pulang kemarin sore, ke setiap sisi tempat tidur lalu katanya

“saya ambilkan teh sekaligus mau lihat apakah mbok Minah sudah pulang belum......” beranjaklah mang Dodi meninggalkan juragan cantiknya terikat.Sesampai di dapur, mbok Minah rupanya baru selesai menjemur, dan tengah bersiap-siap mau pulang sambil berkata

“titip yoo...mang!”

“He eh” jawab mang Dodi sambil mengambil gelasnya dan membuat teh seolah akan di minum sendiri. Mang Dodi membuka kotak P3K, mengambil satu kapsul obat perangsang, membuka kapsul itu dan mencampurnya dengan gula ke dalam teh yang dia buat,

“Mang,... aku duluan yach...!” pamit mbok Minah.

“Iyo,... mangga...” sahut mang Dodi. Teh sudah siap, mang Dodi kembali mengecek pintu gerbang dan pintu samping yang tadi dilewati mbok Minah dan menguncinya.

“tinggal kita berdua juragan....” gumam mang DodiBergegas mang Dodi membuka kamar juragan yang dia kunci, masuklah dia membawa minuman.....

“Maaangg.... lepasin dong, saaakiiiitttt.....” keluh Mila menyambut tukang kebunnya.

Nanti yach,... juragan cantik minum dulu....” duduk di kasur di samping juragannya yang terikat, membangunkan tubuh juragan Mila yang pegal itu kemudian pelan pelan mulut Mila dijejali teh yang mengandung obat perangsang. Dasar memang haus Mila meneguk minuman teh pemberian tukang kebunnya hingga hampir habis, tanpa menaruh curiga sedikitpun dan beberapa menit kemudian Mila merasa tubuhnya nyaman, gairahnya muncul dalam keadaan terikat.....

“aaaahhhh....” desahnya tak berdaya.

“Ayo duduk juragan.....” perintah mang Dodi, dan Mila berhasil duduk dengan ditambahkan bantal-bantal yang mengganjal tubuhnya yang terikat.

“Ugh....” mata juragan Mila ditutup diikat denga kain hitam,

”mang Dodi, mau di apain aku....” tanya Mila dalam nada pasrah. Kemudian Mila merasakan ada sesuatu benda yang berusaha dimasukkan ke mulutnya. Oh, ternyata itu adalah Penis !!Mang Dodi menghendaki juragan Mila supaya mengoral penisnya. Seketika Mila menolak dan memberontak tapi tukang kebun itu terus memaksa dan penisnya terus dijejalkan ke mulut Mila. Dengan sangat terpaksa Mila turuti kemauan tukang kebunnya sambil mengulum penisnya, air mata berlinangan dari penutup mata yang di pakaikan di mata Mila. Sejenak bayang Mas Dandy muncul di benak Mila

“Oh Mas Dandy! Ampuni aku Maas, aku dipaksa....” jerit hati Mila ketika mulutnya sudah dipenuhi oleh penis tukang kebunnya.

Mila terpaksa terus mengulumnya mau muntah rasanya. Mila mengulum diujungnya saja, dan merasa jijik! bahkan terhina. Dia tukang kebunku, bukan suamiku. Tampaknya mang Dodi semakin nekad dan tidak puas kalau penisnya hanya di kulum di ujung saja maka dipegangnya kepala Mila kemudian ditancapkan dalam dalam penisnya masuk ke mulut Mila sampai rasanya menyentuh tenggorokan, Mila berulang kali tersedak dan mau muntah tapi tidak diperdulikan nya. Keluar suara mendesis-desis dari mulutnya tampaknya mang Dodi itu keenakan tapi tak keluar satu patah katapun dari mulutnya.

Semakin lama semakin kencang memaju mundurkan kepala Mila sampai suatu saat dibenamkan penisnya dalam dalam ke mulut Mila dan Mila rasakan semburan cairan sperma masuk dalam ke mulut Mila.

Mila mengadakan perlawanan, segera berusaha menarik mulutnya tapi mang Dodi itu justru semakin menekan kepala Mila. Penisnya terbenam lama dimulut Mila, spermanya berusaha di keluarkan Mila bersama air liurnya walaupun sebagian ada yang tertelan. Asin! Rasanya sangat jijik Mila dibuatnya karena sebagai juragan, Mila telah diperbudak oleh tukang kebunnya.

Ditariknya penis itu dari mulut Mila dia mengoles-oleskan ujung penisnya ke pipi Mila. Seketika pipinya berlepotan sisa-sisa sperma mang Dodi. Bau spermapun menyergap amis! seperti bau putih telur.

“Hoek....hoek....hoek.....!!” Mila ingin muntah rasanya. Bau amis sperma menusuk hidung Mila yang sesungguhnya menikmati derita ini akibat obat perangsang yang dicampurkan pada tehnya.Mila terkulai lemas di atas tempat tidur, tangannya yang terikat erat mulai terasa sakit sekali, pegal, kesemutan. Kedua lengan Mila terasa kaku dan mati rasa.

Beberapa menit kemudian Mila merasakan hujaman penis di miss Vnya.

“aaaaauuuuuuuwwwwwhhhhhh........... aaadduuuhhhh....!!! jerit Mila. Digoyang-goyangkannya tubuh Mila dan Mila merasakan perih dan nikmatnya proses masuk-keluar-masuk-keluar-masuk, lalu mang Dodi kembali menyemburkan spermanya namun Mila tidak merasakan semburan itu menyirami rahimnya, Milapun mengalami sesuatu yang tidak ingin dia alami, orgasme. Kemudian pasangan juragan dan tukang kebunnya, terkapar lemas setelah terkuras energinya.

“Maangg,...... lepasin dong ,...... saakkiiitt....!” Mila memohon belas kasihan tukang kebun yang telah memperkosanya lagi supaya dilepaskan dan tidak di apa-apakan lagi tapi permohonannya tidak mendapat tanggapan sama sekali, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mang Dodi. Setelah pikir-pikir memang sia-sia permintaan Mila, mana ada mungkin tukang kebun pemerkosaku melepaskan tali-tali yang sudah mengikatnya yach...!? Bahkan sebaliknya mulut Mila malah disumpal kain tapi cara menyumpal yang berbeda. Sekarang ini hanya kain yang dililitkan. menyumpal mulut Mila dan diikatkan cukup erat ke belakang lehernya. Tapi sumpalan itu sudah sangat cukup menghalangi kata-kata yang keluar dari mulut Mila. Selanjutnya tangan kasar mang Dodi meraba selangkangan Mila. Satu tangan mengelus daerah klitorisnya sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal paha Mila. Seketika Mila menggelinjang gelinjang dan meronta-ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulut yang tersumpal. Mang Dodi membiarkan juragan Mila meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluan Mila yang sudah tidak memakai celana dalam. Tak sadar keluar lenguhan dari mulut Mila yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah Milapun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya Mila merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhnya bahkan Mila menggoyang-goyangkan miss Vnya. Tampaknya mang Dodi menangkap kalau juragannya mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke selakangan dan klitoris Mila di pilinnya dengan lembut. Mila semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat. Lama sekali Mila tidak merasakan kenikmatan ini.

“Mhh....mmgghh.........mmmmmhhhhh..........mmmmppphhhhh.......”

“Juragan,.... mang Dodi capek. Mang Dodi istirahat dulu yach....” ujarnya sempoyongan meninggalkan juragannya yang lemas akibat berhubungan sex dan terikat tak berdaya,

“mmmmmhhhhh..........mmmmppphhhhh.......” jawab Mila dengan lemas.Kemudia mang Dodi beristirahat di kamar yang disiapkan untuk dia istirahat di sebelah dapur, meninggalkan juragannya yang sudah diperkosa dan masih terangsang dalam keadaan terikat. Mang Dodi ingat ia meninggalkan juragannya setelah digarapnya pada pukul 15.00 ketika dirinya sudah terlalu capek akibat berjaga malam dan mengikat juragan Mila yang cantik. Tertidur pulas Mang Dodi baru terbangun pukul 21.00, lalu dia menengok tawanannya juragan Mila yang cantik itu, terlihat masih tertidur pulas. Semalaman atau melebihi 24 jam sudah Mila terikat dan menjadi tawanan tukang kebunnya. Malam itu mang Dodi kembali berjaga-jaga di posnya setelah sebelumnya memasangkan dildo menancap di miss V juragannya. Sementara mang Dodi berjaga-jaga, juragan Mila tidak dapat tidur nyenyak akibat getaran kenikmatan yang terus di rasakan di miss Vnya. Dan Mila berulang kali orgasme dalam keadaan terikat.

*****

Pagi-pagi sekali mang Dodi mandi dan kembali ke kamar juragannya. mang Dodi ingin melepaskan ikatan yang mengikat juragannya Mila. Udara masih sejuk pagi itu ketika mang Dodi masuk rumah langsung menuju kamar di mana juragannya dia sekap. Diintipnya terlebih dahulu, dilihatnya Mila sudah bangun, terduduk dan tengah meronta ronta kecil,...

Mang Dodi masuk berniat melepaskan ikatan yang membelenggu juragannya yang cantik, dikuncinya kamar Mila lalu mang Dodi mendekat ke tubuh Mila yang terikat dan berhasil duduk.

“Juragan, tidak apa-apa khan,...” mulut Mila yang disumpal dilepaskan Sontak tangis meledak dalam kamar itu, Mila menangisi nasibnya yang diikat dan diperkosa oleh tukang kebunnya sendiri. Secara reflek guna meredam suara tangis Mila, mang Dodi memeluk dan mendekap juragan Mila sehingga suara tangisnya tidak terdengar lagi.Setelah khasiat obat perangsangnya hilang, hanya rasa sesal dan malu serta rasa bersalah yang menguasai tubuh Mila, maka meledaklah kembali tangisannya, lebih parah dari tangisannya ketika pertama kali diikat oleh tukang kebunnya.

“Maaf ya juragan,... khan juragan yang minta.........” bela mang Dodi lalu melepas pelukannya dan melepaskan simpul tali yang mengikat di kaki Mila yang terhubung ke ujung kaki tempat tidur sementara tangan Mila masih terikat.

“Kog kamu nekad sich mang,....24 jam lebih aku kamu ikat begini ” keluh Mila sambil menahan isaknya setelah lakban dan lap yang menyumbat mulutnya dilepas.

“Mang begitu karena juragan yang minta lho,... pokoknya kalau mang sampai dipecat sama juragan Dandy, photo dan video yang mang buat akan mang sebarkan, itu mang janji akan terjadi” kalimat bernada ancaman dikeluarkan mang Dodi. Mila terkejut dengan ancaman tukang kebunnya, memang niatnya melaporkan mang Dodi terbersit di benaknya ketika dia dibiarkan terikat bahkan mang Dodi sudah berani-beraninya menyuruh Mbok Minah pulang..., namun kata-kata mang Dodi menyurutkan niatnya.

“Nah juragan silahkan mandi, bersiap-siap, khan juragan Dandy mau pulang sore ini, Mang juga sekalian minta libur seperti biasa...” ujarnya setelah melepaskan tali yang mengikat tangan juragan Mila.

“Ya sudah, nanti jam 12 siang mang Dodi pulang saja dan mampir rumah mbok Minah, suruh masuk kerja” jawab Mila menahan kesal sambil mengelus-elus bilur bekas tali yang mengikat di pergelangan tangannya, Mila perlahan bangkit dari tempat tidurnya, melepaskan sepatunya yang dipakainya dua hari sejak dari kantor sampai sekarang setelah tali-tali yang mengikatnya terlepas.

Mila membereskan gulungan tali yang mengikatnya dengan rapih dan di masukkan ke tas dimana perlengkapan mas Dandy di simpan, tak lupa Mila mencuci ball gag dan kain yang sempat mengikat menyumpal mulutnya, lalu mengganti sprei dengan yang baru dan memasukkannya ke keranjang binatu untuk dibawanya cuci diluar. Kemudian Mila masuk kamar mandi, memanjakan tubuh sexynya dengan air hangat guna memulihkan pegal dan bilur-bilur yang terlihat jelas di pergelangan tangan dan kakinya. Milapun menelpon tukang binatu (laundry) langganannya untuk mengambil cuciannya dan memesan mbok Minah untuk memasak untuknya.

Mila terasa sangat lapar karena selama diikat oleh mang Dodi, dia tidak pernah di beri makan. Hari menjelang sore, ketika Mila menyambut mas Dandy pulang dari penerbangannya di sambutnya sang suami dengan peluk mesra dibumbui rasa bersalah Mila ketika mengecup bibir suaminya yang menyebut “nanti malam seragam ya Ma,...” suatu pertanda Mila akan diikat lagi malam ini, kali ini oleh masternya suami tercinta.

Hari-hari kepergian mas Dandy, membuahkan rasa tenang dan cemas yang bercampur, karena di sisi lain sesungguhnya kesetiaan Mila, membuat sesungguhnya ia bersedia diikat oleh mas Dandy, tetapi tubuhnya merindu dan merasakan sentuhan dan tali-tali karya Mang Dodi tukang kebunnya. Namun Mila menjaga hati, dan tetap tidak berpaling dari mas Dandy, kendati tubuhnya kini sedang terikat oleh ulah mang Dodi tukang kebunnya. 

==oo0oo==

Minggu, 28 April 2013

Ketika Jenny Diculik Erick

Namaku Ni Made Jenny, panggil aku Jenny saja. Ayahku orang Bali, ibuku orang Solo. Aku kuliah jurusan Teknologi Informasi Komunikasi di Solo, kebetulan sekarang lagi praktek kuliah di kota Surabaya. Aku berkenalan dengan Erick, cowo ganteng supervisorku ditempatku praktek kerja. Suatu ketika ditengah pergaulanku di Surabaya :

Mataku tertutup, mulutku terisolasi lakban, tanganku terikat erat kebelakang. Rambutku dijambak, dipaksa keluar dari mobil. Aku masih bisa mendengar suara berderak. Pasti suara bagasi mobil ditutup. Pandanganku semakin gelap. Tanganku ditarik, klotek klotek, pintu dibuka. Aku didorong memasuki sebuah ruangan. Agak besar. Deb...!! Suara pintu kulkas. Belebek2.... Suara air dituang kedalam gelas. Gleg gleg … aku membayangkan betapa nikmatnya air itu mengalir di kerongkonganku yang sudah 2 jam di sumpal scarf plus dilakban. Lagi-lagi aku menelan ludah.


Aku diduduki disofa. Bret!!! Lakban dimulutku dilepas. Begitu juga scarf penyumpal. Ilerku belepotan. Tanganku masih terikat erat. Erick, cowok yang dari tadi menawan ku melap iler aku.

“Kamu ga takut aku giniin?’tanya Erick. Aku menggelengkan kepala.

“Katanya kamu mau memperkosa aku? Kamu gak napsu ya sama aku?" Aku balik bertanya sembari mengingatkan pembicaraan di kantor 3 jam yang lalu.

“Napsu. Tapi ada yg mau aku tanya dulu.” Erick mulai memberondong aku dengan pertanyaan.

“Kenapa kamu mau diperkosa?”

“Karena aku mau dijadiin pelampiasan nafsumu.” jawabku.

“Kamu mau aku perkosa karena kamu butuh uang?”

“Aku memang butuh uang.”

“Berapa?”

“Sebanyak-banyaknya.”

“Kalo aku ga ngasih kamu sepeser pun?”

“Ga apa apa.”

“Kenapa?”

“Karena kamu keren.”

“Kalau aku bukan cuma sekedar memperkosa tapi aku juga menyiksa kamu?”

“Ga apa apa”, jawabku lagi.

“Kalo kamu babak belur? kamu lapor polisi?” tanyanya lagi. Aku menggeleng.

Plak! Satu tamparan mendarat di pipiku. Lumayan keras. Aku sedikt meringis.

“Sakit?” tanya Erick lagi. Aku diam tidak menjawab juga tidak memberikan isyarat.

Drrrrrt … drrrrrttt … hpnya bergetar tanpa dering. Erick beberapa langkah menjauh.

Beberapa menit kemudian dia kembali lagi sambil mengumpat. Anjing .. babi ….

“Kalau kamu lagi kesal kamu lampiasin aja ke aku.” Kataku lagi.

Secepat kilat kedua tangannya menyambar, meremas payudaraku yang masih lengkap dibalut kemeja … dengan sangat kuat…. Aku diam tanpa ekspresi.

Lalu dengan beringas, Erick merobek kancing kemejaku. Mengeluarkan boobs aku dari wadahnya alias BH, lalu menarik nipple aku, kencang lalu mencubit nipple aku.

Aku mendesis. Ahhh … Erick meraih kepalaku hingga aku tersungkur miring di atas sofa.

Erick mulai mengkulum tits aku sambil menggigit nippleku. Aku teriak, jerit jerit, sakit2 keenakan. Kemejaku kusut masai. Erick membuka ikatan di tanganku. Kemejaku dibuka seluruhnya. Ia melemparnya begitu saja. Erick berdiri , mengambil sesuatu dari mungkin dari laci. Pashmina panjang. Erick mengikatkannya lagi di tanganku, lebih keras.

Aku dalam posisi duduk di atas sofa. Erick berdiri di depanku sambil memilin milin nippleku, sebentar sebentar menarik dan mencubitnya dengan keras. Sesekali aku meringis.

“Kamu suka diginiin?” tanya Erick. Aku diam.

4 kali tamparan keras beruntun mendarat di pipiku. Ahhhh .. desahku.

“Kamu suka diginiin?” tanya Erick lagi.

“Jangan tanya aku. Aku terikat erat, kamu lakuin aja apa yang kamu mau.” Kataku.

Erick menampar aku dengan semakin membabi buta sampai aku tidak lagi bisa menghitung berapa tamparan yang mendarat di pipiku. Yang keluar dari mulutku hanya aw aw aw.

Erick menjambak rambutku, sambil menyeretku menaiki anak tangga. Keletek keletek. Suara pintu dikunci. Bbeerreet, pintu terkuak. Brragghhh !! Erick menghempaskankanku di tempat tidur dengan posisi tertelungkup. Empuk. Aduh enak banget kena bantal n guling. Kalo udah kena bantal n guling bawaannya jadi ngantuk. Hampir saja aku mau tidur. Rupanya Erick tidak membiarkan itu terjadi.

Erick menarik kakiku. Kepala dan setengah badanku berada di tempat tidur, sedangkan kakiku menginjak lantai. Dengan lihai Erick membuka kancing dan resleting jeansku, kemudian didodorin beserta celana dalamku. Selepet2 … owww… ikat pingganggnya kini mendarat di pantatku … aku berusaha mengusap2 pantatku dengan tangan terikat, tapi malah tanganku yang diselepet. Entah berapa cambukan yang kuterima, belum puas erick mencambukku badanku… lagi2 aku berusaha mengusap punggungku sambil meringis. Erick membalikkan badanku. Kakiku dinaikkan ke atas tempat tidur. Ia mulai mencambuki payudaraku. Ohh … sakit …. Sakit … aku mengerang. Erick rupanya tidak menyukai suara eranganku. Erick beranjak sebentar, lalu kembali lagi, membuka ikatan dimataku. Lalu Erick mempeloroti jeans n celana dalamku. Sekarang aku tanpa sehelai pakaian alias telanjang. Erick meremas2 celana dalamku kemudian disumpalkannya ke dalam mulutku lalu dibalut lakban. Erick mulai lagi mencambuk dadaku. Aku bisa melihat dadaku kemerah2-an. Tapi aku ga tega melihatnya jadi aku merem saja.

Erick memasukkan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam hidungku. Aaahhhh .. aku teriak lagi. Dalam hati was2, aduh malu kalo upilnya sampe kecongkel.

“Mmmmmppphhhhh.” Aku berusaha teriak. Maksudku untuk mengalihkan kegiatannya dari mencongkel hidungku. Aku benar2 takut upilku kecongkel.

Erick membukanya dengan kasar. “Kenapa?” tanyanya. Aku masih belum bisa menjawab. Mulutku masih penuh dengan celana dalamku. Erick mengeluarkannya dari mulutku.

“Hah?” kata lain dari “Apa?”

“Aku haus mau minum”, Kataku.

Lagi2 Erick menjambak rambutku. Erick menyeretku ke kamar mandi. Aku di suruh berlutut di pojokan di samping closed toilet. Erick memerintahkan aku untuk menengadahkan muka, lalu menyuruhku membuka mulut lebar. Erick memasukkan penisnya yang besar, panjang dan berurat. Serrrr…. Cairan hangat dari tititnya masuk ke dalam mulutku … mengalir melewati tenggorokanku. Rasanya lebih brrrrrrrrr dari coca cola.

“Telan. Jangan sampai ada yg bersisa sedikit pun.” Perintah Erick.

Aku menelannya tapi tetap saja air pipisnya belecetan di sekitar mulutku. Erick berang, menganggapku tidak menuruti perintahnya. Erick mendekatkakan kepalaku ke mulut closed. Aku diperintahkan untuk menjilati air dalam closed itu…

Aku bukan saja menjilati closed itu tapi juga beberapa kali menghirup airnya. Airnya bersih, tidak kotor. Erick jongkok di sampingku, ternganga melihat aku asyik menikmati air closed. Aku nyengir melihat ekspresi Erick yang mangap.

“Senyum2 apa kamu?” tanya Erick.

“Abis kamu mangap gitu, untung aja ga ada nyamuk yang masuk. Hik hik hik.”

Erick tidak mengomentari gurauanku, malah membalas gurauanku dengan membenamkan wajahku ke dalam closed beberapa kali, sambil menekan gagang penyiram air di closed (apa sih namanya), sampai aku kesulitan bernafas. Wajah dan sebagian rambutku basah kuyup. Setelah beberapa kali dicelupin kaya cucian kotor, lagi2 Erick menyeretku sambil menjambak rambutku. Erick menempatkanku di dekat pintu kamar mandi. Posisiku sekarang duduk deprok. Rupaku mungkin sudah seperti pengemis jalanan.

“Kamu sekarang sudah gak terikat tapi aku borgol lagi. Tapi, kamu harus tetap duduk di sini. Karena kamu itu kotor dan bau, nanti kamu aku mandiin baru kamu boleh keluar dari kamar mandi. Sekarang, aku mau keluar dulu cari makan. Pintu kamar aku kunci dari luar. Jangan bersuara sekalipun. Kamu ngerti?” kurasa tanganku diborgol ke depan.

Aku mengangguk. Erick mengambil kunci yang tergeletak di atas meja komputer dalam kamarnya. Ketika Erick hendak menghampiri pintu, aku merintih. “Erick,” panggilku dengan suara lemah. Sekonyong2, air mata mengambang di pelupuk mataku.

“Kamu kenapa? Kamu sakit? Erick meraba keningku.”

Aku memegang tangannya erat. “A aa ku aaa aku takut …” kataku sedikit gagap.

“Takut apa?” tanya Erick memastikan.

“Sssssussster Ngessssottt.” Kataku sambil terengah2.

“Apa?” Erick mendelik. Wajahnya keliatan panik. Dikiranya aku bisa melihat makhluk gaib dan saat itu dikiranya lagi aku melihat penampakan Suster Ngesot.

“Aku duduknya, kok, kaya Suster Ngesot? Aku jadi takut.” Kataku memperjelas keadaan.
Erick membuang nafas lega. “Kan ikatan kamu udah aku lepas. Yah kamu ga usah duduk kaya Suster Ngesot gitu… posisinya kayak Suster Ngen*** aja.” Kata Erick sambil nyengir kuda. (Ini orang lagi nyengir aja keliatan sadisnya).

Aku mengambil posisi wenak. Aku duduk bersandar di pintu. Kaki kulipat hingga lutut menyentuh dagu. Lalu tanganku yang di borgol di depanmemeluk erat kedua kakiku. Dingin. Hawa dari AC kamar.

“Jangan lama2 yah.” Kataku mengingatkan.

“Aku ga lama tapi begitu aku kembali, kamu harus sudah siap dengan semua gojlokan aku.”

Erick lantas keluar. “Aku mau pecel lele!” teriakku.

Entahlah Erick dengar atau tidak. Tidak berapa lama, sekitar 30 menit Erick datang dengan membawa 2 plastik kresek dan 2 botol sirop berisi air putih di tangan. Satu plastik kresek biasa, satu lagi plastik kresek Alfamart. Oh, senangnya hatiku karna aku mencium harumnya lele goreng. Erick membuka plastick kresek alfamart. Isinya dihamparkan di atas tempat tidur. Ada lilin merah (yang aku ketahui belakangan namanya lilin anti polusi), pinset, alat n pisau cukur, ketimun Prancis, jepit baju, jepit kertas, sari roti tawar, pisang sun pride, tali laso, n kue tart kecil.

Kemudian Erick membuka plastik kresek hitam. Tidak salah, 2 bungkus lele goreng. Erick membukanya satu, kemudia memakannya dengan lahap. Tidak sampai 5 menit, lele dan nasi uduk itu berpindah ke perutnya.

Aku menelan ludah. “Kok pelit banget sih, aku ga dibagi?”

Kemudian, Erick membuka plastik kresek satunya. Isinya sama, pecel lele. Aku berharap dengan amat sangat segera diberikannya pecel lele itu untukku.

Erick menghampiriku. Diletakkannya pecel lele itu di perbatasan kamar tidur dan kamar mandinya. Aku segera meraihnya. Menjumput nasi dengan tanganku. Belum juga aku mengangkat hasil jumputanku itu untuk kumasukkan dalam mulutku agar segera bersarang di perutku yang merintih2 lapar, Erick menginjak tanganku. Tentu saja bungkusan itu, nasi, dan pecelnya juga ikut terinjak. Aku mengangkat tanganku, setelah Erick melepaskan injakannya. “Bukan begitu caranya makan….” Belum selesai Erick bicara aku meraih makanan tersebut lalu berdiri, kemudian membanting pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

“AKU PALING GA SUKA KALO AKU LAGI MAKAN TERUS DIGANGGU !!!!!” teriakku kesal.

“Buka pintunya atau kamu akan menyesal seumur hidup.” Ancam Erick.

Waduh, Erick mau ngapain nih sampe ngomong kaya gitu. Karena takut dengan ucapannya aku segera membuka pintu kamar mandi. Erick merebut makanan itu dari tanganku, kemudian dilemparnya ke lantai kamar mandi, hingga sebagian nasinya berserakan. Erick masuk ke kamar mandi, berdiri di belakangku, menendang kakiku.

“Makan itu sambil nungging, langsung pake mulut kamu!” katanya sambil menunjuk nasi lele yang masih tersisa.

“Bersihkan juga nasi-nasi yang berceceran di lantai. Jangan sampai ada sisa.”

Aku nungging sesuai dengan perintahnya. Kini Erick pindah posisi dengan melangkahiku. Erick berada di depan ku, kakinya mengulek kepalaku. Aku berusaha makan dengan cara yang seperti dia inginkan. Hatiku melonjak kegirangan, sampai2 sesekali aku menggoyangkan pantatku, seolah2 aku menggoyangkan buntutku. Oh, I feel like Shiro, (anjingnya Shincan). Sejak dulu… dulu …. Sekali entah sejak kapan, aku sudah terobsesi menjadi anjing. Oh, siapakah Erick ini yang telah merealisasikan hayalku.

Sayang sekali, aku tidak bisa menikmati lelenya. Karna susah sekali menghisap-hisap lele dengan cara seperti itu. Lalu, aku menjilati nasi2 yang berserakan. Tidak bersih semua, memang. Aku menoleh ke belakang, ke arah closed. Ingin sekali lagi aku minum dari situ. Aku tau Erick senang melihat aku minum dari closed itu. Atau biarkan aku minum kocoran pipisnya. Tapi, aku malu untuk melakukannya. Aku malu untuk menu menunggu perintahnya.

Erick beranjak ke lemari dekat tempat tidurnya. Lalu membuka lemari gatakan pada Erick, aku suka diperlakukan seperti ini, suka sekali. Ia mengambil sesuatu dari sana. Mangkuk kecil. Kemudian, diisinya mangkuk itu dengan air dari botol sirop, lalu disodorkan padaku. Aku tau maksudnya. Ia menyuruhku untuk minum. Aku menghirupnya. Segar, tapi perutku masih lapar. Erick mengambil sisa2 makanan yang tidak termakan olehku, lalu memasukkannya ke dalam tong sampah plastik bergambar hello kitty dengan warna pink. Ih anak laki2 kok suka hello kitty pink lagi ???!!

Lalu Erick menyiram kamar mandinya dengan shower closed dari sisa2 nasi yang belum selesai kubersihkan dengan mulutku. Erick tidak marah, aku tidak membersihkan kamar mandinya dengan sangat bersih. Tapi aku mau Erick marah, aku mau Erick marah. Aku suka melihat ekspresi wajahnya saat marah.

Aku masih nungging. Erick menyirami badanku dengan shower closed. Dari pantatku, punggung, dan juga kepala. Lalu menggosok2 an seluruh badanku dengan sabun cair dan shampo. Erick memandikanku seperti memandikan anjing Aku suka sekali saat Erick menggosok payudaraku sambil meremas2. Lalu Erick menyuruhku duduk sambil berkangkang. Miss V ku disemprotnya,,, uuhhh… rasanya nyer2 geli. Selesai memandikanku, Erick melapku dengan handuk, kok lagi2 handuknya motif hello kitty. “Bencong !!!” kataku spontan. Ups, aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku.

“Apa?” kata Erick.

Aku menggelengkan kepala. Untung aja Erick ga sadar aku mencelanya.

“Udah, kamu ke sana.” Katanya.

Aku melangkahkan kakiku menuju depan tv, yang ditunjuk Erick.

“heh heh heh, siapa suruh kamu jalan pake kaki. Jalan sambil nungging!!” perintahnya lagi. Horeeee aku disuruh jadi Shiro lagi. Aku suka sekali. Aku suka sekali.

Aku langsung mengikuti perintahnya dengan senang hati.

Aku berhenti di depan tv. “Kamu suka diginiin?” tanya Erick mengulang pertanyaannya tadi.

Suka sekali!!! Suka sekali!!! Aku diam tidak menajawab. Aku malu mengakuinya.

“AKU BOSAN!!! DARI TADI AKU DISURUH BEGINI, DISURUH BEGITU! KAMU TUH KAYA ORANG YANG GA ADA KERJAAN!!! Protesku.

“Ikutin aja semua perintahku. Kamu di sini karena aku bayar kan? Kalo kamu ga mau pulang dengan tangan hampa ikuti semua perintahku. Aku akan bayar berapa aja yang kamu minta.”

Aku bangkit dari nunggingku. Lalu melotot ke arahnya sambil berkacak pinggang, aku berteriak padanya.

“HEH ORANG KAYA!!! AKU DI SINI BUKAN KARNA UANG KAMU!!! AKU DI SINI KARNA TADI KAMU BILANG MAU MEMPERKOSA AKU!!! KALO KAMU GA NAPSU YA UDAH AKU PULANG AJA!!!”

Plak!!! Lagi2 Erick menamparku dengan keras.

Erick meraih tanganku, lalu mengikatkan di sisi tempat tidurnya. Mengikuti gerakannya, aku terjongkok lalu berlutut. Aku ingin pura2 meronta, tapi aku urungkan niatku. Karena aku sangat suka dengan perlakuannya.

“Aku ingin kamu jadi slaveku. Dan kamu, harus panggil aku Master.”

Slave? Budak? Mendengar kata budak yang pertama muncul diotakku adalah William Wilberforce. Sosok ganteng yang berjuang untuk melawan perbudakan. Dan pada saat aku menonton film itu dari cd pinjaman, yang aku bayangkan bukanlah aku menjadi Barbara Spooner yang selalu mendukung William sampai akhirnya menjadi isteri William. Tapi aku ingin merasakan menjadi budak. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya terikat rantai sambil disuruh kerja rodi. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya dicambuk sampai darah segar meangalir dari tubuhku yang imut ini.

Master? Wong Fei Hung kah? Yang anaknya Wong Ka Ying itu? Jagoan Kung Fu Shaolin Utara itu? Penguasa Kung Fu Hung Gar? Wow. Keren. Jadi, orang yang mau memperkosa aku ini adalah seorang Master?

“Wow. Keren! Keren! Ajarin aku jurus tendangan tanpa bayangan dong.!” Teriakku kegirangan sambil melompat2 sambil jongkok dan tangan terikat.

“Apa?” Erick mendelik.

“Itu kan jurus andalan Master Wong Fei Hung.”

Deg!!! Aku merasakan mual luar biasa, mendapat sebuah tendangan tanpa bayangan dari Erick tepat di perutku. Rasanya ingin muntah.

Erick membuka jeansnya. Lalu celana dalamnya. Ga jadi muntah, Erick menyumpal mulutku dengan celana dalamnya yang bau juice wortel. Lalu mengikat mulutku dengan syal ditambah ditambal lakban.

“Kamu dari tadi udah banyak ngomong. Aku ga suka sama ocehan kamu. Daripada kamu nyama2 in aku sama Wong Fei Hung, panggil aku Tuan, Goblok!!”

Kok malah marah sih, yah .. Wong Fei Hung si emang kalah ganteng sama Erick, tapi kan ga kalah keren. Penguasa Hung Gar geto loh.

Erick membuka kaosnya. Erick bugil. Wow sexy sekali. Dadanya bidang, perutnya hampir six pack, “Panggil aku Tuan.” Perintahnya.

Aku diam. “Per_x, panggil aku Tuan!” Aku tetap diam, tapi dalam hati aku bilang Tuan.

“Mmmepph h.” Gimana mau ngomong, kalo mulutku ditekep gini.

“Kalo ngerti, ngangguk tolol!!!” Aku mengangguk.

“Madep sana!” perintah Erick. Aku menghadap merapat ke arah tempat tidur. Beberapa detik tidak ada reaksi dari Erick. Lalu Erick membuka ikatan tanganku. Aku disuruh nungging lagi. Erick mengambil sesuatu dari tempat tidur, dan mengambil sesuatu dari meja tv. Aku tidak melihat dia ambil apa, kan aku lagi nungging.

Rupanya, barusan dia mengambil lilin dan gretan. Oughhh… satu lelehan panas mengenai kulit punggungku. Ini pasti lilin. Beberapa tetesan. Lalu, lilin itu dibawanya ke bawah tubuhku, didekatinya ke putingku. Aku melonjak bangkit merespon rasa panas itu, sampai kepalaku kejedut dagu Erick. Untung aja ga kena bibirnya, kalo kena bibirnya pasti berdarah. Erick meniup lilin itu lalu melemparnya ke atas meja.

“Oke…Tuan buka sumpelan mulut kamu. Tapi kamu ga boleh ngomong sepatah katapun, kecuali Tuan perintahkan. Kalo kamu melanggar, Tuan kasih hukuman.”

Jenny mengangguk tanda mengerti. Erick membuka lakban. Sret, lalu ikatan, kemudian mengeluarkan celana dalamnya yang basah dari mulutku.

“Bilang, terimakasih, Tuan.” Perintah Erick sambil menyuruhku berdiri.

“Terimakasih, Tuan BARON ARARUNA.” Plak. Sudah pasti ini bunyi tamparan. Erick mengambil karet gelang bekas pembungkus pecel lele. Lalu dikaitkannya ke putingku dua-duanya sampai ketat. Putingku jadi mengeras. Lagi, Erick menggamparku. Plak.

“Tadi, Tuan itu cuma nyuruh kamu bilang, Terimakasih Tuan.. kok pake ada kata2 BARON ARARUNA, siapa dia?”

“Orang kaya. Tanahnya luas. Budaknya banyak.” Jawabku.

“Heh, ngomong berarti hukuman.” Erick mengambil jepit jemuran, lalu menjempitnya di putingku, satu. Aku meringis. “Aw… sakit..” Erick mengambil lagi satu jepit jemuran, kali ini dijepitnya di daun telingaku. Aku meringis lagi…. Sakit ….

Yah ampun aku sadar, ngomong berarti hukuman. Berarti aku ga boleh bilang sakit.

Erick tersenyum tipis.

“Sekarang, kamu slave aku. Kamu berada di bawah kekuasaanku….. Slave ….. Aku sangat menyukai kalimat itu. kalimat Kamu berada dibawah kekuasaanku slave … kamu berada di bawah kekuasaan ku slave …. Kamu berada di bawah kekuasaanku slave …

Erick tampak berpikir, “Aku mau kasih kamu nama.”

“ESCRAVA!!! Aku mau Tuan memanggil aku dengan nama itu.”

“Apa? Es Kelapa?” Erick nyengir.

Aku ga bisa nyengir menahan rasa sakit di putingku yang mengeras karena karet gelang lalu gepeng karena jepit baju.

Aku tau bicara berarti hukuman. Tapi aku ingin dipanggil Escrava.

“ESCRAVA, Tuan.” Aku meralat. Erick menggoyang-goyangkan jepit jemuran di putingku. Raut wajahku mungkin sudah berubah. Warna kulitku juga mungkin berubah menjadi kuning karna menahan rasa sakit.
Oow… Erick menyentuh miss V ku, merabanya pada bagian luar. Miss V ku sebenarnya sudah basah dari tadi. Lalu, jari telunjuknya masuk ke dalam lubang kenikmatanku. Aaaaahhhh … aku mendesah… dikeluarkannya lagi jarinya … lalu dimasuki lagi… begitu terus berulang2 … secara perlahan …tapi ga lama cuma sebentar. Nafasku terengah2 Aku berharap, inilah saatnya Erick memperkosaku. Tapi, setelah Erick mengeluarkan jarinya dari Miss V ku, ia diam hanya memandangku tanpa kedip. Ayolah Tuan perkosa aku … aku mohon …

Erick mengambil lilin dari meja tv, kemudian meletakkannya di atas kasur juga gretan. Erick mengambil tali pramuka. Diikatkannya dengan keras di pergelangan tanganku di belakang. Juga mataku diikat dengan syal yang lainnya Erick duduk di sisi tempat tidur, lalu menarik tubuhku dan mengangkatku ke pangkuannya..
Erick menjenggut rambutku, lalu membenamkan mukaku di ketiaknya. Nggak asem kok meski banyak rumputnya. Aku disuruh menjilatinya. Lalu pindah ke putingnya. Aku juga menjilati dadanya… dadanya yang bidang, dan keringatnya .. aku suka sekali keringatnya. Sekitar 15 menit aku melakukan kegiatan ini. Erick menurunkanku dari pangkuannya. Lalu menyuruhku duduk di bawah sambil berlutut. Erik melonjorkan kakinya ke arah mukaku, lalu memasukkan jarinya kedalam mulutku. Lagi, aku menjilatinya, dan menghisapnya seperti sedang menikmati permen kaki, permen kesukaanku yang bisa bikin sariawan. Aku menjilati bahu kakinya, naik ke mata kakinya, lalu ke betisnya… ohhh … aku ingin menjilati buah zakarnya, tapi sampai di pahanya aku merasakan lagi… tetesan lilin… Ahhh .. aku mendesah pelan… lalu aku naik lagi … naik lagi …meski lilin terus menetes di punggungku … ahhh.. sampai … aku mendapatkan buah zakarnya … lalu kuemut penisnya dengan begitu bergairah seperti bayi mendapatkan botol susunya.

==oo0oo==

Senin, 08 April 2013

Kisah Nyata Via

Tahun yang lalu aku bekerja di suatu hotel bintang lima di jakarta sebagai Sales Executive.

Hari itu kami kedatangan boss baru (director of sales =dos) pindahan dari Bandung waktu itu umurnya masih 36 tahun menikah dan punya anak 3....

Aku bertanggung jawab untuk sales kepada perusahaan2 Jepang, dan konon DOS baruku adalah sarjana bahasa jepang sebuah perguruan tinggi negeriSingkat cerita, dalam waktu 4 bulan sejak kedatangannya kami semakin dekat, punya selera music sama seperti fourplay, incognito, dewa 19 dan lain2nya.


Suatu ketika dia menanyakan ukuran sepatuku,...
"38,... kenapa? Mau beliin sepatu??" godaku keesokannya dia panggil aku ke ruangannya,..

"Via, kamu mau pakai sepatu ini tiap hari,... please!" pintanya

"Ohh mau,... dengan senang hati,...!" kataku kulihat sepatu yang dia belikan sejenis pantofel dengan tali yang melingkar dari mata kaki (bisa kebayang nggak?) Hmmm.... manis juga modelnya.. kupakai sepatu itu hari esok. Malamnya dia telpon aku dan konon dia tertarik padaku (padahal dia sudah menikah dan punya anak? tinggal di Bandung...). entah kenapa aku bilang iya!

****

Didin, nama boss baruku masih mendapat akomodasi sementara di hotel tempat kerja kami

Sering kali secara curi-curi, aku diajak ke kamarnya,…. Suatu kali dia keluarkan saputangan dari sakunya lalu meminta aku meletakkan tanganku dibelakang,…

 “untuk apa?" Tanyaku bingung,….

“tenang vie,… it’s a game…” sambil mengikat tanganku ke belakang dan menyimpulkan sapu tangan ikatan erat,… lalu Didin memelukku dan aku meronta-ronta karena merasa geli…. setelah lelah merinta-ronta aku diam dalam tangan terikat di sofa kamarnya sambil menonton sebuah film yang dipasang di TV, pas adegan ikat mengikat...

“Aku pernah lihat adegan di TV,… ceweknya diikat dan diperkosa…” ujarku

“rasanya kepingin deh ngerasain pengalaman seperti itu,… rasanya sensual banget!” akuku pada Didin yang sedang memutar VCD Birthday Girl yang diperankan Nicole Kidman,… adegan yang terlihat, Nicole Kidman sedang bermain sex dan kedua tangannya diikat di tempat tidur.

“Vie, kebetulan orientasi sexku adalah soft bondage,…aku perlu mengikat perempuan baru si otong bangkit tegap dan beraksi…” aku Didin dengan jujur.

“OK aku mau, tapi talinya mesti yang ada yang warna hijau, ada yang biru, dan ada yang kuning,..” gurauku

Sejak itu, setiap kali berkencan,… Didin selalu menyempatkan mengikat tangan dan kakiku. Seperti suatu ketika kita janjian di suatu hotel di Slipi,…. malam itu aku diikatnya dengan tali jemuran (tali plastik) warna hijau, biru dan kuning. Aku diikat dalam keadaan bugil … aku tidak menyangka Didin punya tali berwarna warni.

Malam itu tidurku tidak nyenyak disampingnya,… sementara Didin nyenyak, aku tidak bisa tidur karena tanganku pegal terikat..…

“Didiiinn,… bangun,…!! Pegel niii…!” rengekku

Didin berusaha bangun dan menanggapi,..

hmmmhhh.... aku lepasin yaa”

“Jangan,… aku nggak mau dilepas… nanti Didin marah... khan Didin suka aku diiket!” Akhirnya aku terlena dalam pelukan Didin masih dalam keadaan terikat.


Tinggal bersama
Didin telah mendapatkan tempat tinggal tetap di sebuah apartement tidak jauh dari hotel tempat kami bekerja. Aku menemaninya menemui si pemilik kamar, disela-sela kegiatan sales call kami…. Setelah sepakat, sang pemilik rumah menyanyakan padaku,….

“Apa Ibu juga tinggal di sini?” matanya menatapku

“Oh ibu akan datang sesekali dari Bandung” jawab Didin. Hal yang berakibatkan akhirnya kami tinggal bersama di sebuah apartemen. Selama ini aku hanya kost dengan saudaraku di bilangan Tebet. Sejak tinggal serumah dengan Didin dan kerja sekantor dengannya, tiap malam sebelum tidur lepaslah semua busanaku, baju tidurku adalah tali-tali yang mengikat erat tangan dan kakiku

Suatu ketika, kami baru pulang tapi kulihat Didin tidak berganti pakaian,

”Vie, aku ke hotel lagi bentar ya,.. Mamaku dan kakakku mau menengok aku...”

“Kamu di kamar aja yach,.. jangan ke mana-mana,.. kamu aku ikat aja yach,... paling cuma sejam lebih aku sudah kembali...!” lanjut Didin sambil memegang tali tali

“Tapi Didin iketnya jangan keras-keras yach.....” jawabku manja.

Lalu Didin mengikat tangan dan kakiku dalam busana lengkap, menyumpal mulutku dan pamit meninggallkan ku di kamarnya dan mengunciku dari luar … namun Didi tidak mengikat tanganku kebelakang seperti biasanya tetapi tanganku diikatnya ke depan dengan simpul yang mudah (dengan sekali tarik dan gigit ikatan itu melonggar) Aku hanya sesekali meronta-ronta kecil sambil sebenarnya menikmati ketidak berdayaan ini dalam kamar yang terkunci dari luar,… dan sendiri hanya ditemani tayangan televisi selanjutnya enggan meronta-ronta untuk melepaskan ikatanku karena aku percaya Didin tidak akan lama meninggalkanku. Tanpa terasa aku tertidur dalam keadaan terikat. Sepulangnya Didin dari makan malam, alangkah terkejutnya Didin mendapati diriku masih terikat dan tidak berusaha melepaskan ikatannya, saat itu aku malah tertidur nyenyak. Didin menyambutku dengan hangat dan melepaskan ikatanku.

Suatu malam,… aku baru usai menstruasi,…baru menjelang bersih,… malam itu aku diikatnya, tanganku ke belakang dan kakiku dipakaikannya sepatu pemberiannya, diikat terpisah ke kaki tempati tidur secara mengangkang…. Mulutku di sumpalnya dengan lakban. Entah setan apa, Didin begitu bergairah dan aku ‘diperkosanya’ Keluarlah dengan deras cairan spermanya membasahi vaginaku. Entah tidak biasanya aku merasakan Didiku mencapai ejakulasi dan tidak biasanya ia menyemprotkannya di vaginaku.

Hari-hari tinggal seranjang dengan Didin, penuh dengan adegan soft bondage. Sebelum berangkat, pulang kantor, kala senggang,.. bahkan saat kami ke Bandung, Didin pesankan kamar buat kami, walau dia akhirnya muncul pula dirumahnya untuk menemui istrinya. Malam itu adalah 1 malam sebelum ulang tahun istrinya. Didin memesan kamar di suatu hotel berbintang 3 di pusat kota Bandung,... setelah check in , Didin meminta aku tanpa busana tapi tetap memakai sepatu (pemberiannya) kemudian aku di suruh duduk di kursi kamar itu.. dalam keadaan bugil, tanganku diikat ke sandaran tangan di kursi. tubuhku juga diikat, kakiku diikatkannya ke kaki kursi dan lalu mulutku di lakbannya. Usai mengikatku demikian, Didin keluar dari kamar rasa takut menyelimuti tubuhku yang terikat tak berdaya dan tak berbusana,... takut ada petugas housekeeping yang mau membersihkan kamar dlsb. Aku tidak keberatan tangan dan kakiku diikat, tapi hal yang menakutkan adalah bila aku ditinggal terikat sendirian dalam kamar, seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Lama rasanya ditinggal sendirian terikat di kamar, kira-kira satu jam kemudian Didi datang,... tersenyum melihat keadaanku serta mendekat dan menciumku. Malam itu seperti malam-malam sebelumnya aku tidur dalam pelukannya dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Esok paginya Didi minta ijin padaku untuk ditinggal sendiri, Didin kembali ke rumahnya merayakan HUT istrinya dan kami janjian akan bertemu nanti malam di stasiun kereta dan bersama kembali ke Jakarta.

Aku hamil
Suatu ketika aku terasa mual-mual dan belum juga datang bulan karena memang datang bulanku tidak tentu harinya. Diam-diam aku beli alat test kehamilan,... ketika aku test terkejutlah aku bahwa ternyata aku hamil... pas Didin pulang kantor,...

”Didin, selamat yaa... aku hamil” ucapku

Didin hanya diam dan terkejut, tanpa berkata apa-apa.... akupun bingung, ingin rasanya menolak kelahiran anak ini, tapi aku takut tertangkap dan dipenjara karena aborsi aku langsung mengkonsumsi jamu-jamu yang kiranya bisa menggugurkan kandungan secara natural, hingga akhirnya kami ke Bandung mengetahui konon ada dokter yang bersedia.... namun usia kandungan sudah berjalan 3 bulan,.. sehingga dokter menyatakan ketidak sanggupannya.. Aku dan Didin pasrah... Akupun memutuskan untuk berhenti bekeja, khawatir tubuhku dan perutku membesar dan ketahuan teman kantorku. Yach,... hari2 kujalani di apartemennya Didin, kadang pagi-pagi aku diikatnya namun Didin tidak tega lagi menyumpal mulutku karena rasa mualku... selama itulah aku jadi tawanan cintanya Didin,... biarpun sedang berkunjung ke dokter, malamnya dalam keadaan perut membesar, aku mesti ’naik kuda dengan tangan terikat’ alias em el dengannya.

****

Akhir tahun lalu, entah kebetulan apa, Didin mendapat pekerjaan di Bali,... kami berangkat saat kandunganku mendekati 6 bulan... tinggallah aku dengannya di Bali, sementara keluarga Didin baru akan menyusul saat usai tahun ajaran.

Anak hasil ’perkosaan Didi’ lahirlah di bulan Maret, bayi laki-laki yang lucu di namai Marcello; kami menyayanginya. Bulan Mei 2001 aku membawa Didin & Marcello, dan memperkenalkan sambil mengaku dosa pada Papaku (yang sudah menikah lagi dengan istri mudanya Baby) di Cibubur. Kami dinikahkan di Sukabumi.

Kini aku tinggal sendiri di Bali, menghidupi Marcello bekerja di sebuah tempat atraksi, aku telah memohon cerai pada Didin (ini konsekwensi, karena aku tahu, kejadian ini murni kesalahan Didi bukan ketidak puasan atau ketidak harmonisannya dengan keluarganya).

==oo0oo==

Minggu, 07 April 2013

Jenny dan Kawan Kawan

Nama saya Ni Made Jenny, saya adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Surakarta, usia saya 20 tahun, teman teman saya bilang saya cantik, memang kulit saya putih dengan tubuh yang sintal dan buah dada yang lumayan besar, rambut lurus panjang sebahu dan saya mempunyai darah Bali dan Solo, tapi saya tidak peduli dengan kecantikan yang saya punyai, karena saya lahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai nilai agama, makanya sampai saat ini saya belum pernah sekalipun berhubungan badan dengan siapapun, termasuk dengan pacar saya sendiri, saya mempunyai 2 orang sahabat yang sangat setia.



Yang pertama, Karina, dia yang paling muda di antara kita, umurnya baru 18 tahun, asalnya dari Manado. Perangainya agak tomboy, dia cantik walaupun kulitnya agak sedikit gelap tapi dia mempunyai tubuh yang lumayan sexy. Sahabatku yang ke dua, Gadis, Manado tulen juga, umurnya sekitar 19 tahun, dia yang paling cantik di antara kita bertiga, kulitnya putih dan bersih wajahnya imut dan kekanak kanakan. Tapi dia sangat benci kalau dianggap masih anak anak, makanya dia memotong rambutnya sampai sebatas leher, supaya wajahnya terlihat lebih dewasa, tapi, dengan rambut pendeknya itu, leher jenjangnya malah terlihat dengan jelas, menurutku dia lebih terlihat menarik dengan rambut panjangnya. Tubuhnya sangat sexy dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, tangannya putih mulus dan di tumbuhi dengan bulu bulu halus, kakinya panjang dan jenjang, apalagi jika dia sedang mengenakan pakaian yang minim dan rok pendek, dia selalu membuat banyak cowok melirik dengan penuh nafsu ke arahnya, walaupun payudaranya agak sedikit kecil, tapi dia memang yang paling cantik di antara kita bertiga. Singkat cerita kami bertiga berencana berlibur ke luar kota untuk melepas stress di kota karena selalu berkutat dengan kesibukan kami masing-masing, kami berencana untuk menikmati suasana pantai di Anyer, dengan pertimbangan kami tidak perlu repot-repot menyewa villa di Anyer, karena Gadis mempunyai villa di sana dan kebetulan Tantenya juga akan berlibur ke sana bersama dengan saudara suaminya. Berangkatlah kami pada hari yang telah kami tetapkan bersama dengan menumpang opel blazer ku, tiga jam kami menempuh perjalanan Jakarta-Anyer, setelah lelah di perjalanan akhirnya sampailah kami di villa milik Gadis yang Gadis sendiri hampir lupa tempatnya, rupanya Tante Linda berpakaian santai, dengan atasan kaos oblong di padu dengan rok pantai yang belahannya sampai sebatas paha. Kulit Tante Linda sangat putih dan mulus sama seperti Aku dan Gadis, hanya saja postur tubuh Tante Linda lebih tinggi, wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang di miliki Gadis.

“Hai, maaf telat habis tadi sempat nyasar” jawabku sekenanya menyambung pembicaraan mereka, setelah ngobrol cukup lama, kami pun mulai membuat acara untuk liburan kami di anyer ini, saya kebagian jatah belanja bahan bahan makanan bersama dengan saudaranya Gadis. Namanya Prita Laura, usianya sama dengan Gadis, bertubuh sintal dan padat, tapi menurutku lebih cocok kalau di katakan montok. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya manis dengan rambut lurus sebatas bahu, sekilas aku melirik ka arah dadanya, payudaranya terhitung besar untuk gadis seusia dia mungkin sekitar 36B, sedikit lebih besar dari buah dadaku. Setelah berbagi tugas dan berganti pakaian aku dan Prita berangkat ke pasar terdekat untuk belanja barang-barang yang diperlukan dan semuanya harus lengkap karena saya tidak mau bolak balik ke pasar hanya karena ada barang yang kelupaan di beli. Saat itu saya hanya mengenakan pakaian santai berupa rok biru sebatas paha dan kaos blong tipis, Prita malah tampil lebih berani dengan hanya memakai rok tipis pendek dengan t’shirt u can see merah. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.

Awal terjadinya penculikan

Waktu sudah menunjukan pukul lima saat tiba-tiba opel blazer yang ku kemudikan oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, untungnya aku sigap menginjak pedal rem dan dengan perlahan kupinggirkan mobilku ke tepi jalan.

“Kenapa Kak” seru Prita agak panik.

Aku bergegas turun dari mobil, ternyata ban depan sebelah kiri kempes, aku sempat panik karena aku bingung bagaimana caranya mengganti ban itu dengan hanya mengandalkan tenaga dua orang perempuan.

Pada saat itu tiba-tiba muncul dua orang laki-laki, menawarkan bantuan untuk mengganti ban mobilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dua orang itu karena hari sudah menjelang sore. Selesai ban mobilku di ganti oleh mereka aku mengucapkan terima kasih seraya berjalan ke arah pintu depan mobilku untuk mengambil uang sebagai tanda terima kasih, saat tiba-tiba aku merasakan ada tangan kasar yang memeluk tubuhku dan saputangan yang membekap mulutku, aku kaget dan berusaha berontak tapi kurasakan tubuhku tiba-tiba lemas dan mataku berkunang kunang. Akhirnya aku tak sadarkan diri.

****

Aku kaget bukan kepalang saat aku siuman, aku berada di suatu tempat yang asing, seperti sebuah gubuk.. dengan mata yang masih berkunang kunang kulihat puting buah dadaku sebelah kiri sedang di kulum dengan buas oleh salah satu orang yang menolongku tadi sementara buah dadaku yang sebelah kanan pun tak luput dari remasan tangannya. Posisiku terlentang dengan kedua tangan diikat erat kebelakang, kaos oblong tipisku entah di mana, hanya sepatu sandal masih menempel di kakiku, bra ku sudah melorot sebatas perut saat orang itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.

“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan.....!!!” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.

“Diam kamu, gua cuma mau mencicipi kamu aja koq jangan cerewet.. kalau tidak gua bunuh loe…” bentak orang itu sambil tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggut nya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pemuda itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.
Kemudian orang itu membuka kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang yang aku katupkan sebagai pertahanan terakhir dan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.

“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.

Aahh?Ohhh?Agk? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang Miss V ku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.

Dreet.. Dreet kurasakan selaput daraku robek saat orang itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.

“Sakitt.......!! Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.

“Sakitt.... Tolong..... Hentikaaann.......!!” jeritku meratap, tapi orang itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.

Dia tetap memperkosaku, memompa vaginaku dengan ganas sambil mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang miss V.

“Jangan..... Jangan di dalam!!” teriakku panik, dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.

“Ah..” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan pergi meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit dan berdiri walaupun rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, dengan susah payah dalam keadaan tanganku terikat erat kebelakang, aku lihat bercak putih bercampur merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.

Aku mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih mendera seluruh badanku setelah barusan diperkosa dan dengan terhuyung huyung berjalan menuju pintu yang rupanya tidak terkunci, aku mencoba mengintip ke arah luar dan rupanya kedua orang itu sedang sibuk menggarap Prita.

“Gila Jack cewek yang tadi masih perawan lho, sempit banget vaginanya, yang ini gimana?” tanya orang yang tadi memperkosaku.

“Masih perawan juga Man, nih Deh liat darah perawannya” jawab orang yang di panggil Man itu sambil mencabut batang penisnya dari kemaluan Prita lalu mencelupkan jarinya dan menunjukkan jarinya yang berbercak darah.

“Tapi cewek ini belum sadar dari pingsannya nih Man” sungut orang yang di panggil Jack.

“Sudah pompa aja terus, ntar juga sadar” kata si Man.

Sambil tangannya menggerayangi payudara Prita yang besar dan padat. Kulihat tangan Prita terikat kebelakang, diperkosa dengan posisi terlentang, pakaiannya masih lengkap dan masih bersepatu hanya celana dalamnya saja yang menjuntai di kaki kirinya, kaosnya tersingkap ke atas dan branya di tarik ke atas hingga payudaranya mencuat dari bawah branya. Tubuhnya terguncang guncang, karena si Jack memompanya dengan sangat kasar. Tiba-tiba Prita melenguh pelan dan membuka matanya, mungkin dia sudah mulai sadar dari pingsannya dan pasti dia akan sangat kaget karena saat ini dia sedang diperkosa, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, aku hanya menontonnya saja dari balik pintu tanpa bisa berbuat apa apa.

“Ohh.. Ssakitt.. Jangann.. Lepaskan saya.” rintih Prita sambil berusaha berontak dari dekapan si Jack, tapi terlambat kegadisannya sudah melayang.

Tiba-tiba kulihat si Jack mendengus keras dan mempercepat pompaanya di vagina Prita. Si Jack menceng keram tubuh Prita dengan keras dan menusukan batang penisnya dalam dalam ke lubang vagina Prita.
“Saakkitt..” Prita menjerit keras saat si Jack memuntahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Prita, kulihat cairan putih kental bercampur darah berlelehan di selangkangan Prita saat si Jack mencabut batang penisnya.

Mengantarkan kepada korban perkosaan lain
Sore itu si Jack dan si Man memperkosa kami secara bergantian, sampai aku dan Prita kembali pingsan karena tidak tahan di gagahi oleh kedua orang itu secara terus menerus.

Saat aku siuman rupanya aku sudah berada di jok belakang mobilku sendiri dengan kedua tanganku tetap terikat ke belakang, tapi untungnya aku sudah memakai pakaianku kembali, entah siapa yang mengenakannya di tubuhku, kulihat ke samping Prita berpakaian, masih pingsan dengan tangan juga terikat kebelakang.

“Mau dibawa ke mana kami” tanyaku memberanikan diri.

“Mau ke villa elu, mau perkosa teman lu, tadi gua denger suaranya di HP lu, dari suaranya kayaknya teman lu lumayan juga” jawab si Jack sambil tertawa diikuti oleh tawa si Man.

Aku langsung bergidik mendengar jawabannya, rupanya mereka tahu alamat villa kami yang memang kuletakkan di atas dasbor mobilku. Waktu sudah menjelang tengah malam saat kami tiba di depan pintu villa saat Tante Linda menghampiri mobil kami.

“Lu sergap dia Man” kata si Jack sambil mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arahku.

Aku tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa duduk dan diam. Benar juga saat Tante Linda sampai ke pintu samping mobilku, si Man langsung keluar dan dengan sigap mendekap tubuh Tante Linda dari belakang, sementara satu tangannya langsung membekap mulut Tante Linda, mungkin karena kaget Tante Linda tidak sempat berteriak. ”Mmmppphhh....!!” hanya itu yang keluar dari mulut Tante Linda saat si Man mendekap dan menelikungnya lalu mendorong Tante Linda ke arah pintu pagar vila kami.

“Jangan macem macem lu, diem di sini kalau nggak gua bunuh lu” ancam si Jack sambil menodongkan pistolnya ke arahku.

Aku hanya bisa mengangguk sambil ketakutan mendengar ancamannya itu, lagipula seluruh tubuhku terasa sangat lemas dan selangkanganku pun masih sangat nyeri dan ngilu akibat perkosaan yang aku alami tadi, sehingga aku tidak mungkin melarikan diri dengan keadaan tubuhku yang demikian, apalagi kedua tangankupun masih terikat erat.

Lalu si Jack ke luar dan membantu si Man menangani Tante Linda, kulihat si Jack mengikat ke dua tangan Tante Linda ke terali pintu pagar villa, sementara si Man menempelkan lakban di mulut Tante Linda sambil kedua kakinya berusaha merenggangkan kaki Tante Linda dari belakang.

Saat itu kulihat dari kaca belakang mobilku, Tante Linda masih berusaha keras meronta dan melawan sekuat tenaganya, sampai akhirnya Tante Linda lemas kehabisan tenaga. Bret.. Bret.. si Man merobek bagian belakang rok pantai Tante Linda sehingga paha dan pantat Tante Linda yang putih mulus terlihat jelas. Lalu si Man memelorotkan celana dalam Tante Linda sampai sebatas lutut dan mulai memainkan jarinya di kemaluan Tante Linda yang berbulu cukup lebat, sementara si Jack sibuk menciumi leher jenjang Tante Linda sambil tangannya meremas remas buah dada Tante Linda yang menyembul di antara kaos bagian atasnya yang sudah robek besar.

Tiba-tiba tubuh Tante Linda tersentak, kepanya terdongak ke atas dan mimik mukanya menunjukan kesakitan yang luar biasa, rupanya si Man sudah mulai mencobloskan batang penisnya ke dalam miss V nya Tante Linda. Tubuh Tante Linda terguncang hebat saat si Man mulai memompa penisnya ke luar masuk, bibir kemaluan Tante Linda sampai melesak masuk saat si Man menghujamkan kemaluannya, amblas ke dalam liang miss V Tante Linda, pasti sangat sakit rasanya, sama seperti rasa sakit yang kurasakan saat aku diperkosa tadi pikirku. Kulihat lelehan air mata di pipi Tante Linda, wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa, sepertinya Tante Linda sangat tidak rela menerima kenyataan kalau tubuhnya saat itu sedang di garap oleh orang yang bukan suaminya.

“Hh.. Oughh..” tiba-tiba si Man mendengus dengan keras, sepertinya dia sudah akan berejakulasi di dalam liang vagina Tante Linda.

“Jangann..” jerit Tante Linda lirih, sambil berusaha menarik tubuhnya ke arah depan. Tapi si Man malah menarik sisa sisa rok pantai Tante Linda yang masih melingkari pinggulnya ke arah belakang, sehingga membuat pinggul Tante Linda yang putih mulus itu juga ikut tertarik ke belakang, otomatis batang penis si Man malah makin terbenam di liang vaginanya

“Tidakk..!!” jerit Tante Linda saat si Man menyemburkan cairan spermanya ke dalam liang vagina Tante Linda, Tante Linda pasti sangat terhina karena diperlakukan seperti itu oleh si Man.

Tapi itu belum berakhir karena sedetik kemudian si Jack langsung menghujamkan batang kemaluannya di dalam vagina Tante Linda, yang membuat tubuh Tante Linda kembali terguncang guncang karena diperko sa oleh si Jack, aku kembali panik saat si Man menghampiriku, membuka pintu mobil dan menarikku keluar, sekilas kulihat Prita masih tergolek pingsan saat si Man berusaha mendekapku dengan kasar.

“Jangann.. Jangan perkosa saya lagi, saya sudah tidak kuatt. Lepaskan saya” seruku, saat si Man menjabak rambutku dan menyeretku memasuki villa.

“Siapa yang mau perkosa lu, sekarang lu tunjukin dimana teman-teman lu yang lain” teriak si Man,

Aku agak lega mendengarnya sebab paling tidak aku tidak akan diperkosa lagi. Dengan rambut dijambak dan punggungku ditodong pistol, terpaksa aku menuruti kemauannya, dengan selangkangan yang masih ngilu dan sakit, aku berjalan menuju kamar yang ku tahu itu kamar pribadi Gadis, dengan perlahan pintu kamar itu yang rupanya tidak di kunci oleh Gadis terbuka, kamarnya masih terang benderang dan kulihat Gadis sedang tidur di ranjangnya dengan posisi terlentang, kakinya yang jenjang terjuntai ke bawah, rok pendek coklat yang dikenakannya tadi siang masih menempel di tubuhnya dan agak sedikit tersingkap sampai sebatas pangkal paha kirinya, memperlihatkan sebagian kaki dan pahanya yang putih mulus.

Sementara kemeja putih yang di kenakan Gadis juga tersingkap di sedikit di bagian atasnya, karena 2 kancing atasnya terbuka, sehingga buah dada Gadis yang tertutup bra hitam itu tampak sedikit terlihat, mengintip dari balik kemeja putihnya, apalagi dengan posisi tidur Gadis yang terlentang seperti itu, dengan ke dua tangannya yang membuka ke arah samping, semakin membuat payudaranya terlihat membusung ke atas.
Kasihan Gadis, mungkin dia kelelahan karena menunggu aku dan Prita sehingga dia ketiduran dan lupa berganti pakaian serta mematikan lampu pikirku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat si Man tak berke dip melihat kemolekan tubuh Gadis yang sangat menantang itu, beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri.
Gawatt..!! sepertinya pemerkosa ini kembali terangsang, pikirku. Kasihan Gadis kalau dia harus mengalami perkosaan seperti yang aku alami, gumanku dalam hati. Dan parahnya lagi Gadis tidak tahu kalau sebentar lagi kejadian yang mengerikan akan menimpa dirinya.. Aku harus berbuat sesuatu..!! pikirku sambil berusaha memberanikan diri.

“Lu harus bantuin gua menyetubuhi teman lu itu kalau nggak awas..” Bisik si Man pelan tapi dengan nada mengancam.

“Jangann..!!.. Jangan perkosa dia.. Dia masih terlalu kecil.. Lebih baik lu garap aja lagi gua.. Sepuas lu..!!” seruku berusaha menghalangi niatnya, walaupun sebenarnya aku juga tidak rela di setubuhi dan di garap lagi oleh si Man.

“Elu mau mampus..!!” bentak si Man sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepalaku..

“Kalau lu nggak bantuin gua.. Gua ledakin kepala lu..!!” sambung si Man dengan nada geram, tubuhku lemas saat kurasakan ujung laras pistol si Man menempel di keningku, akhirnya aku hanya bisa mengangguk lemah dan menuruti semua kemauannya, tanpa bisa melakukan perlawanan lalu Si Man melepaskan tali-tali yang mengikat kedua tanganku kebelakang kemudian kembali mengikatkan tanganku didepan.

Lalu si Man beranjak pelan mendekati Gadis yang masih tertidur dengan lelap, sejenak si Man memandangi kemolekan dan kemulusan tubuh Gadis yang menantang, menyapukan pandangannya yang penuh nafsu mulai dari wajah Gadis yang cantik, lehernya yang jenjang, buah dadanya, pahanya, sampai ke kaki Gadis yang kecil dan indah. Aku merasa jijik melihat cara si Man memandangi tubuh Gadis dengan pandangan yang begitu mesum.

Gadis masih belum bangun dari tidurnya saat si Man berlutut di antara ke dua kaki Gadis, lalu dengan pelan dan lembut si Man mulai merenggangkan ke dua belah kaki Gadis setelah sebelumnya menyingkapkan bagian depan rok coklat yang di kenakan Gadis ke arah atas, sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan jelas, si Man makin melotot saat melihat vagina Gadis yang di tumbuhi bulu bulu halus tampak membayang dari balik celana dalam hitam dan tipis yang menempel di selangkangan Gadis, lalu si Man mengangkat kaki kanan Gadis dan meletakkanya di atas pundaknya sendiri.

Sekarang posisi kepala si Man sudah berada di antara kedua paha Gadis, lalu dengan tak sabar si Man mulai menciumi dan menjilati paha Gadis yang putih mulus itu, sambil tangannya berusaha menyibakkan celana dalam hitam Gadis ke arah pinggir sehingga vagina Gadis yang di tumbuhi bulu bulu halus terlihat dengan jelas, sementara tangan si Man yang satunya sudah mulai membuka bibir kemaluan Gadis memperlihatkan liang vaginanya yang kemerahan dan perawan, sekarang mulutnya sudah berada di bagian luar bibir vagina Gadis, lidahnya menjilati liang vagina Gadis dengan bernafsunya.

“Aahh..” Gadis mendesah tapi belum sadar dari tidurnya, tapi tiba-tiba Gadis tersentak dan langsung tersadar saat si Man mulai memasukkan jarinya ke dalam vagina Gadis.

“Siiapaa kamu.. Lepaskan saya.. Toloonng..!!” jerit Gadis kaget dan ketakutan sambil mencoba beringsut berusaha menjauhkan tubuhnya dari si pemerkosa, saat itu juga si Man dengan sigap berdiri dan langsung memeluk tubuh Gadis dengan erat, sambil tangan yang satunya lagi tetap mengerjai vagina Gadis.

“Kamu sini pegangin tangannya..!!” Bentak si Man kepadaku.

Karena ketakutan kupatuhi saja perintah si Man, lagipula memang tidak ada kesempatan buat menolong Gadis. Aku duduk di atas ranjang, kuletakkan kepala Gadis di atas pangkuannya dan aku pegang ke dua tangan Gadis dengan tanganku yang terikat kedepan.

“Jangan kak Jenny..... Tolonng..!!” jerit Gadis putus asa, sementara si Man makin buas menggerayangi tubuh Gadis, sekarang dia menciumi leher jenjang Gadis yang putih mulus, membetot kemeja putih yang di kenakan Gadis dengan kasar sehingga kancingnya lepas semua, lalu si Man menjilati buah dada Gadis yang masih tertutup bra. Dan tiba-tiba si Man menarik lepas bra yang di kenakan Gadis sehingga buah dadanya menyembul keluar.

“Toketnya nggak sebesar punya lu, tapi kenceng banget” seru si Man kepadaku, aku hanya diam saja. Tidak tega melihat Gadis diperlakukan seperti itu, sementara si Man mulai mengulum payudara Gadis dengan buasnya, sementara tangan yang satunya memilin milin putingnya yang kemerahan, sambil lidahnya terus menjilatinya dengan penuh nafsu.

“Jangann.. Ouhh.. Lepasskann..” jerit Gadis dengan suara parau, sambil terus berusaha berontak.
Tiba-tiba si Man berdiri, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang hitam dan besar.

“Sekarang gua jejelin vagina lu dengan ini..!! Dan lu harus tetep pegangin dia..” Bentak si Man ke arahku.
Karena ketakutan aku malah makin mempererat peganganku ke kedua tangan Gadis yang masih berusaha berontak ingin melepaskan diri.

“Jangann.. Lepaskan saya..” teriak Gadis panik sambil mengatupkan kedua kakinya yang jenjang itu sekuat kuatnya, tanpa pikir panjang si Man langsung berdiri di antara kedua kaki Gadis yang menjuntai ke bawah, memegangnya dan berusaha merenggangkan kedua kaki mulus Gadis yang terus melejang lejang.
?Ahh?Ohh?Tidak?Jangan?.!?

Akhirnya si Man berhasil merenggangkan ke dua kaki Gadis dan memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal paha Gadis, sambil sebelah tangannya kembali menyibakkan celana dalam Gadis ke arah pinggir, sekarang selangkangangan Gadis terbuka lebar, siap untuk di tembus batang kemaluan si Man yang besar, dan memang sekarang si Man sudah menempelkan kemaluannya di bibir vagina Gadis.

“Jangann.. Tolonng.. Jangan di masukinn.. Kak Jenny.... Tolong Gadis kak..!!” jerit Gadis histeris sambil berusaha menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan, berusaha mengelakan vaginanya dari batang penis si Man, tapi usahanya sia sia, karena ujung kemaluan si Man sudah berada di bibir vaginanya dan siap menerobos masuk. Gadis menjerit, menangis dan meronta sejadi jadinya.

“Gila sempit banget nih cewek” guman si Man sambil terus mendorong batang penisnya dengan perlahan melewati sela-sela celana dalam Gadis.

Seperempat sudah penis si Man masuk ke dalam vagina Gadis, rontaan Gadis semakin kencang, matanya membelalak dan mulutnya megap megap seperti orang kehabisan nafas, saat si Man mulai mendorongkan lagi batang penisnya, tapi rontaan Gadis malah makin membenamkan batang penis si Man ke dalam liang vaginanya yang kering kerontang itu. Tiba-tiba Gadis berhenti meronta, badannya melenting, dadanya terangkat ke atas dan kepalanya mendongak, matanya semakin membelalak dan mulutnya membentuk huruf O, menahan sakit yang luar biasa, saat batang penis si Man sudah masuk setengahnya, rupanya batang penis si Man sudah mengenai selaput dara Gadis.

“Sakitt.. Jangann.. Tolong kak Jenny.... Sshh.. Jangan teruskan..” jerit Gadis.

Melihat itu si Man bukannya menghentikan sodokannya malah langsung menghujamkan batang penisnya sekuat kuatnya, dengan satu kali sodokan, amblaslah seluruh kemaluan si Man ke dalam liang vagina Gadis, sekaligus menjebol keperawanan Gadis. Dret.. Dret kurasakan getaran terenggutnya kegadisan Gadis saat itu.

“Sakitt.. Keluarkan itu dari sana.. Tolong kak Jenny....” jerit Gadis kesakitan.

Mendengar jerit tangis Gadis si Man malah semakin bernafsu dan mulai memompa liang vagina Gadis yang masih sempit itu dengan kasar, sehingga Gadis makin kesakitan, tubuhnya terguncang guncang maju mundur dan buah dadanya ikut bergetar akibat pompaan si Man yang ganas.

Terus terang aku mulai terangsang saat si Man mulai memompa batang penisnya maju mundur di dalam vagina Gadis yang masih sangat sempit itu.

“Sshh.. Buka paha mu ke.. Biar nggak terlalu sakit” bisikku setengah mendesah sambil kubelai rambutnya, Gadis tidak menjawab hanya terengah engah sambil melemparkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan sakit yang luar biasa, sementara si Man terus menyodokan batang penisnya dan memompa vagina Gadis sambil satu tangannya terus meremas remas buah dada Gadis.

Tiba-tiba si Man menghentikan pompaannya dan membenamkan batang penisnya dalam dalam ke liang vagina Gadis, lalu tangannya memegang dan mengangkat kedua kaki jenjang Gadis dan memposisikannya di atas pundak kiri kanannya, dengan posisi ini penis si Man bisa masuk seluruhnya ke dalam kemaluan Gadis, kemudian pantatnya mulai maju mundur lagi di antara selangkangan Gadis sambil sesekali mencabut dan memasukkan kembali batang penisnya sehingga bibir vagina Gadis tampak melesak dan tertarik mengikuti irama pompaan batang penis si Man yang membuat Gadis makin menjerit jerit kesakitan, tapi jeritan Gadis tampaknya malah membuat si Man makin bersemangat menggagahi tubuh mulus Gadis, akupun juga semakin cepat mempermainkan jariku di vaginaku sendiri sampai akhirnya aku merasakan seluruh tubuhku menegang.
“Oohh.. Sshh..” aku telah mencapai orgasme saat tiba-tiba si Man menyodokan penisnya dengan sangat keras tiga kali berturut turut dan seluruh tubuhnya menegang dengan hebat sambil tangannya mencengkeram buah dada Gadis dengan kuat, rupanya si Man sudah akan berejakulasi.

“Ahh.. Sakit..!!” Gadis kembali menjerit kesakitan.

“Jangan.. Jangan dikeluarin di dalam.. Nanti dia hamil..” teriakku sambil berusaha menarik tubuh Gadis ke atas, berharap supaya batang penis si Man terlepas dari lubang vagina Gadis dan spermanya tidak sampai masuk ke dalam liang rahimnya, gerakanku yang tiba-tiba itu membuat batang penis si Man tertarik setengah keluar dari vagina Gadis.

Merasa batang penisnya akan terlepas dari liang vagina Gadis, si Man buru-buru mencekal rok coklat yang masih melilit di pinggang Gadis dan menariknya ke arah tubuhnya, sehingga pinggul Gadis juga ikut tertarik ke belakang, lalu si Man kembali menyodokan batang kemaluannya beberapa kali dan menghujamkannya ke dalam liang kemaluan Gadis sehingga kini batang penisnya terbenam seluruhnya di dalam vagina Gadis, tiba-tiba si Man mengejang beberapa kali dan menyemburkan spermanya ke dalam liang vagina Gadis, lalu menghentakkan pantatnya sekali lagi sehingga seluruh spermanya keluar membanjiri liang rahim Gadis.

“Tidakk..!!” lolongan Gadis memenuhi seluruh ruang kamarnya.

Si Man masih sempat menyodokkan batang penisnya beberapa kali sebelum akhirnya mencabut kemaluannya dari vagina Gadis, tampak cairan sperma si Man berlelehan di antara liang vagina dan selangkangan Gadis, bercampur dengan darah perawan, lalu si Man beranjak keluar kamar, setelah sebelumnya mengikat tangan Gadis yang tengah lemas, kebelakang lalu meninggalkan kami begitu saja sambil tertawa puas.

Sementara Gadis masih terlentang di atas tempat tidurnya dengan pakaian yang terbuka dan acak acakan, matanya nanar menatap kosong ke arah langit langit kamarnya, sepertinya dia sangat syok, tak menyangka kalau kegadisannya telah dibobol oleh orang yang tak di kenal, kemejanya kusut dan berantakan, branya entah terlempar ke mana, rok coklatnya masih tersingkap sebatas perut. Hanya celana dalamnya yang masih menempel di selangkangannya, itupun posisinya agak tersingkap ke samping dengan noda sperma dan darah perawan yang menempel di sekitar celana dalam hitam dan bibir vaginanya.

Gadis sepertinya sudah tidak lagi mempedulikan keadaan dirinya, dia hanya bisa menangis sesenggukan menyesali nasibnya yang tragis hari itu.

Aku lalu beranjak turun dari ranjang tanganku yang sudah diikat lagi kebelakang dan berjalan ke pintu, mencoba melihat, apakah kami bisa melarikan diri dari villa ini, tapi pemandangan di ruang tamu makin membuatku putus asa. Aku lihat Tante Linda dan Prita diikat ke dua tangannya dan didudukan di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, sementara si Jack sedang sibuk menggagahi Prita dengan posisi si Jack duduk dan memangku tubuh Prita yang sintal sambil kedua tangannya memegang pinggul Prita dari belakang, tampak batang penis si Jack keluar masuk menerobos vagina Prita yang saat itu masih menggunakan rok dan kemejanya, hanya saja roknya sudah terangkat sebatas perut dan kemeja bagian atasnya sudah terbuka sehingga salah satu buah dadanya tampak menyembul ke luar dari sela sela branya, tapi tampaknya Prita sangat menikmati perkosaan tersebut.

Prita tidak berontak sedikitpun bahkan, malah Prita yang aktif menaik turunkan pantatnya, mulutnya mendesah desah tak karuan sambil tangannya menjambak dan meremas-remas rambutnya sendiri, tiba-tiba si Jack menggeram dan menurunkan pinggul Prita sehingga membenamkan seluruh batang kemaluannya di dalam vagina Prita, sementara Prita makin giat memutar-mutarkan pantatnya di atas pangkuan si Jack, tampaknya mereka telah mencapai orgasme. Tampak sperma si Jack berlelehan di antara bibir vagina Prita dan batang penis si Jack yang masih terbenam di kemaluannya.

Malam itu Aku, Prita, Tante Linda dan si cantik Gadis kembali diperkosa dan digagahi secara bergiliran oleh mereka, kami berempat dalam keadaan tangan terikat kebelakang. Aku merasakan vaginaku sempat diterobos oleh batang penis si Man, sementara kulihat Gadis juga sedang di kerjai oleh si Jack dengan posisi menungging tepat di samping si Man yang sedang menggagahi aku, sampai akhirnya aku pingsan dalam keadaan tangan terikat kebelakang, karena kelelahan, entah sudah berapa kali kami diperkosa oleh mereka malam itu.