Tampilkan postingan dengan label pemerkosaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pemerkosaan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Maret 2013

Pesta Valentine Yang Tak Terlupakan

Undangan Terbuka
PESTA VALENTINE YANG TAK TERLUPAKAN
Jika anda masih jomblo,
mungkin sang Pangeran
impian menantimu di sana.
Datang yuk !

FREE ENTRY FREE DRINK
untuk
mojang dan bujang
yang masih jomblo



Aku, Virna, Lina, dan Angelia serentak menerima undangan event tersebut di facebook page kami masing-masing. Kamipun menggunjingkannya di kampus dan sepakat datang bersama-sama. Kami berempat berlomba-lomba mendandani diri secantik dan seseksi mungkin. Aku memakai gaun ala cinderella putih dengan tali pita pinggang berwara pink, memakai mahkota imitasi kecil di kepalaku. Kakiku berbalut stocking putih dan kupadukan dengan sepatu jenis pantofel yang ada sabuk yang melintas di punggung kakiku seolah menghubungkan dengan kedua mata kakiku di kiri dan kanan kakiku. (seperti photo ini) Aku sudah berdandan penuh, bermake up tipis bermodalkan foundation dan sedikit bedak dan berlipstik merah merona namun elegan yang kurasa, karena aku tidak suka make up tebal-tebal serasa memakai topeng jadinya. 3 hari yang lalu beghel di gigiku di cabut. Aku merasa sempurna menjadi perempuan muda yang cantik dan sempurna. Oh iya, namaku Silvana, atau panggil saja Anna usiaku 21 tahun. Aku baru memasuki semester ke dua di sebuah universitas swasta terkemuka di ibukota.

“Bim....Biimm....!!”suara klason mobil kudengar, rupanya taxi berwarna putih menjemputku yang di dalamnya sudah gaduh dengan suara ke tiga sahabatku itu.

“tok...tok...tok...!” pintuku di ketuk

“masuk...” jawabku

Angelia masuk, lalu

“Ce ileee.... cantik sekali nona Anna malam ini..”

“Persis seperti cinderella!” komentarnya.

Bayangan Angelia kutatap dari pantulan cermin, memakai tank top dress warna hitam dipadukan dengan sepatu yang serupa denganku namun berwarna pink di padukan dengan stocking hitam.

“Waw,.... cantik banget lu Angel” kagumku melihat penampilannya dan rambut panjangnya diurai begitu cantik

“Ah Anna, kamu lebih cantik lho...Yuk kita berangkat!” ajaknya

Setelah menyemprotkan parfum ke pergelangan tanganku dan belakang telinga akupun beranjak meninggalkan meja riasku mengambil tas pesta warna putih yang serasi lalu melangkah meninggalkan kamarku. Aku pamit kepada mbok Darmi yang mengasuhku.

“Mbok,..... aku pergi dulu yach!”

“Iya tapi jangan terlalu larut yach” mbok Darmi mengingatkanku

“Baik mbok,...!” sahutku pergi. Ayahku seorang pengusaha lagi melakukan perjalanan bisnis ke Jepang, mengajak ibuku untuk 2 minggu. Aku anak tunggal di titipi oleh mbok Darmi yang mengasuhku sejak kecil dan ini bukan yang pertama aku ditinggal keluar negeri oleh kedua orang tuaku.

Di dalam taxi Lina dan Virna juga terlihat cantik mereka berdua memakai rok mini dengan blus yang agak tertutup namun cukup seksi kelihatannya. Taxipun meluncur, Aku Angelia dan Lina duduk di belakang, sementara Virna duduk di samping supir taxi. Waktu di dalam taxi menunjukkan pukul 18.36, dan taxipun meluncur. 50 menit kemudian kami berempat tiba di tempat pesta dengan agak ragu-ragu kami bertanya kepada penjaga pintu, bahwa kami terima undangan lewat facebook. Tak diduga penjaga itu dengan ramah mempersilahkan kami masuk dan berpartisipasi dalam pesta yang terlihat meriah itu. Tepat acara baru di mulai dengan roll call yaitu pemanggilan undangan pesta berdasarkan asal sekolah atau kampus kami. Setelah usai perkenalan, kami secara tidak sengaja terpisah. Aku masih bersama Angelia sementara Virna dan Lina terlihat di jarak yang cukup jauh, sedang mengenalkan diri dengan pria-pria seksi dari kampus lain yang mungkin juga masih jomblo seperti yang kami berdua lakukan.

Malam sudah semakin larut, ku lihat di arlojiku sudah menunjukkan pukul 22.15 malam namun aku berhasil berkenalan dengan Frans, pria oriental yang tidak terlalu ganteng tapi atletis dan sangat simpatik dalam memperlakukan perempuan. Cukup gagah dan terpelajar. Rupanya dia kakak kelasku di kampus yang sama namun beda jurusan. Kamipun mulai merasa ketertarikan satu dengan yang lain, aku melihat ke arah Angelia yang sudah nempel dengan cowok tinggi gagah dan ganteng berwajah timur-tengah tak jauh dari tempatku berkenalan dengan Frans sementara Virna dan Lina mungkin sudah mendapatkan pasangannya di kejauhan.

Kamipun mengambil minum, dan Frans mengambilkan segelas Martini untukku kami bersulang lalu meminumnya. Kami tertawa-tawa mengingat kelakuan masing-masing yang datang ke pesta ini untuk mencari pasangan.

Tiba-tiba kepalaku pusing dan pandanganku berkunang-kunang dan aku tak sadarkan diri.

****

Ketika aku sadarkan diri, aku tidak mendapatkan diri berada di sebuah pesta, melainkan di sebuah kamar apartemen dugaanku dan aku terduduk. Aku berusaha bangkit berdiri mengetahui lebih lanjut di mana aku berada, ough! tidak bisa. Tanganku terikat tertekuk erat ke belakang. Ku lihat tali-tali berwarna merah meliliti tubuhku di atas dan tepat di bawah payudaraku. Kakiku yang berstocking putih dan sepatu pantofel hitam yang bersabuk melintas dipunggung kaki itu terikat juga dengan tali merah di pergelangan kakiku menyatu serta di bagian atas dan bawah lututku.

“eemmmpphhhhh... eemmmmppphhhhh....!!!” aku mencoba berteriak minta tolong namun suara itu yang kudengar.

Apa yang terjadi dengan diriku, aku diculik! Bagaimana dengan nasib teman-temanku Lina, Virna, dan Angelia. Kecemasan itu membelengguku sedemikian rupa. Namun malam itu tidak ada yang dapat kulakukan selain meronta-ronta berusaha melepaskan tali-tali merah yang membuatku tidak berdaya. Malam itu kulalui dengan ketidak berdayaanku dan aku tertidur dalam keadaan terikat di kursi.

Aku terjaga dari ketidak berdayaanku kira-kira pukul 10 pagi. Aku tidak mendapatkan diriku terikat ke kursi lagi melainkan dalam keadaan telungkup di suatu ranjang. Aku merasa kakiku tertekuk ke belakang dan tumit sepatuku dapat ku raba dengan tanganku yang terikat erat kebelakang. Aku menyesuaikan pemandanganku dan betapa terkejutnya aku melihat sekelilingku. Ku lihat sosok seperti Lina yang kukenal dari bajunya, dia terikat erat kaki dan tangannya. Mulutnya pun disumpal dan diikat dengan sapu tangan. Matanya tidak bisa kulihat karena kepalanya tertutup dengan sarung seperti sarung bantal. Di sudut lain aku lihat Virna yang kukenal dari tank top dress hitam dan sepatu putihnya, terikat tak berdaya di sebuah pilar di kamar itu. Tangannya terikat kebelakang, begitu juga dengan kakinya diikat menyatu ke pilar dan matanya tertutup dengan kain hitam, tak bisa melihat. Lalu Angelia kulihat terikat erat di sebuah kaki tempat tidur. Tak bisa kulihat wajahnya karena dipakaikan penutup kepala, mungkin juga mulutnya tersumpal tidak berbeda dengan keadaan aku dan teman-temanku yang lain, namun pakaian yang dipakainya membuat aku mengenali mereka.

“eemmmpphhhhh... eemmmmppphhhhh....!!!” aku mencoba berkomunikasi dengan mereka, tidak ada jawaban yang serupa karena mungkin mereka belum siuman. Dan upayaku untuk berkomunikasi dengan mereka tertutup setelah mataku ditutup diikat dengan kain merah. Aku yang dalam keadaan hogtie kini tidak dapat menggunakan mataku untuk melihat. Dalam keadaan tidak berdaya dan tak mampu melihat aku hanya bisa sesekali meronta-ronta mencoba melepaskan tali-tali merah yang membatasi dayaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi untuk beberapa waktu lamanya karena hanya

“eemmmpphhhhh.....!!”

“eemmmpphhhhh.....!!” yang kudengar bersahut-sahutan di ruangan itu.

Suasana ketidak pastian berubah ketika kudengar seorang ibu dan seorang bapak masuk ke ruangan tempat kami di sekap. Mereka berbincang setengah berbisik tentang nasib kami yang kusimak adalah
“Semua ada 4 orang, masih muda, cantik dan sexy, Pak Haris” suara laki yang kemudian kukenal itu suaranya Frans

“Ini photo mereka berempat...” lanjutnya

“Wah... sejak kapan mereka memiliki photo kami berempat” batinku mencoba menguak misteri yang ku hadapi.

“Cantik juga mereka.....” suara laki-laki lain yang rupanya tadi di panggil Pak Haris

“Bawa aja sekarang, Pa!” suara perempuan menjawab

“Sabar Marina, mereka pasti akan kita bawa semua” ujar Haris

Selanjutnya saya tunggu transferannya Pak Haris, Ibu Marina...” kembali suara Frans menjawab.

“Siapakah mereka ini, apakah mereka menjebak kami dalam pesta Valentine yang berkedok kriminal, mau di bawa kemana kami berempat ? akankah kami dibebaskan ??” berjuta tanya tanpa jawab memenuhi pikiranku dan mungkin juga memenuhi pikiran teman-temanku yang di culik jika mereka mendengarkan percakapan tadi.

Hening di ruangan tempat kami di sekap, aku tidak tahu apakah ketiga temanku masih bersamaku di ruangan ini. Lelah meronta-ronta dan tubuhku lemas dan akupun tertidur pasrah dalam kecemasan.

****

Lama rupanya aku tertidur, karena sudah jelang malam dan aku merasa tidak berada di tempat semula. Kini aku berada di sebuah lantai yang terdiri dari 4-5 sel seperti ruang tahanan kepolisian di mana di dalamnya ada beberapa perempuan duduk dalam keadaan terikat. Baru kusadari mata dan mulutku tidak di tutup, aku melihat perempuan berambut panjang di sebelahku yang terikat erat di kursi, dia adalah Angelia sahabatku, dengan pakaian tanktop dress hitam stoking hitam dan sepatu berwarna pink. Mulutnya tersumpal lakban 3 lapis dan kepala masih tertunduk, tanda belum sadarkan diri. Di sel sebelah, kulihat Lina dan Virma juga duduk terikat dengan mata dan mulut yang disumpal. Di sel lainnya kulihat 5 orang perempuan berpakaian pesta dalam keadaan yang tidak berbeda dengan Lina dan Virna. Namun di dalam sel seberang ada sel khusus yang ditempati seorang perempuan yang diikat berdiri dan terikat ke jeruji besi sel. Di mana ini, apa yang terjadi dengan kita ? Aku tahu kalau rupanya si Frans memperdagangkan kami ke pada Pak Haris. Hanya itu yang kuketahui. Dalam sel tempatku di sekap ada perempuan cantik dan putih, dalam keadaan terikat erat penuh dengan lilitan tali, juga duduk di kursi memakai pakaian lusuh seperti gadis desa mata dan mulutnya pun tidak ditutup. Aku mencoba menyapanya,

“Mbak,....Kenapa mbak ada di sini ?” tanyaku

“Kamu siapa dik,... aku Annisa detektif swasta” jelasnya

“Aku Silvana mbak, mahasiswi.” Jawabku sambil menyebutkan tempat kuliahku

“Bagaimana kamu ada disini ?” tanyanya

“Kami menerima undangan pesta Valentine, dan tahu tahu sudah ada disini, diculik”

“Kami sedang menyelidiki sindikat perdagangan perempuan oleh residivis bernama Haris, aku menyamar masuk ke dalam tapi kami tertangkap oleh mereka dan dijadikan budak nafsu” jelas Annisa singkat

“Kami.... siapa lagi selain mbak Annisa ?” tanyaku

“Itu di sel ujung, mbak Lalita mitra penyidikku yang juga disekap...” mata Annisa seolah menunjuk ke seberang sel kami. Ada perempuan yang tampil seksi dan cantik. Memakai blouse hitam dengan rok mini berwarna hitam terikat berdiri di teralis sel dan banyak tali tali meliliti tubuhnya berikut rantai kecil seperti untuk peliharaan juga meliliti tubuhnya. Rambutnya cukup panjang dengan mulut yang disumpal lakban, tidak mengurangi kecantikannya.

“Dia berhasil menyelinap masuk tetapi pas dia temukan aku di kamar tempat aku di sekap, dia berhasil dilumpuhkan!” cerita Annisa kembali. Aku merenung sambil menatap detektif Annisa yang mirip sekali wajahnya dengan penyanyi anggota Cherry Belle yang sangat ku kagumi.

“Mbak sudah lama di sini ?” tanyaku penasaran

“Hampir seminggu Silvana...” jawabnya sedih

“Mbak Annisa, mirip sekali sama Annisa yang di Cherry Belle” pujiku kagum

“Hmm dia memang adik kembaranku, nama kami cuma dibedakan dengan istilah bunga yang samai aja kog. Aku Annisa Rosmaria, dia Annisa Mawarsari” jelasnya tersenyum pahit,.

“eemmmpphhhh..........” rupanya Angelia siuman, menoleh kepadaku dan detektif Annisa

“eemmmpphhhh.........eemmmpphhhh..........” Angelia meronta-ronta sembari berteriak

“Sabar, sabar dik ! Tim kami akan segera membebaskan kita” jelas detektif Annisa kepada Angelia.

“Angel, dia detektif Annisa yang ikut tertawan di sini. Nanti tim penyelamatnya pasti akan membebaskan kita” ujarku menenangkan Angelia. Pintu ruangan di mana sel-sel ini disimpan terbuka. Masuklah Pak Haris dikawal 2 orang kekar mereka berhenti didepan sel di mana kami disekap. Kedua pengawalnya masuk kedalam sel, lalu membopong detektif Annisa yang meronta-ronta begitu hebat.

“Hey,... mau dibawa kemana dia !!” hardikku

“eemmmpphhhh.........eemmmpphhhh..........” mbak Lalita yang diikat di sel seberangpun meronta-ronta dan protes. Salah satu dari pengawalnya Pak Haris mendekatiku dan kemudian melepaskan tali yang mengikatku ke kursi kemudian mengangkatku

“Jahanam,...!! Lepaskan aku....!! Lepaskan !!!” aku berteriak memberontak sebelum sapu tangan dengan bau yang melemahkan syaraf ku rasakan dan aku tak sadarkan diri sementara sayup-sayup kudengar

“eemmmpphhhhh.....!!”

“eemmmpphhhhh.....!!” yang kudengar bersahut-sahutan dari Angelia dan mbak Lalita, lalu pelan pelan aku tidak ingat apa apa.

Ketika aku sadar, aku seperti berada di dalam sebuah salon dalam keadaan terikat tangan dan kaki, tak kulihat detektif Annisa di sana.

“Uffh...” kurasakan bedak di wajahku

“Ini apaan !?” tanyaku. Seorang pengawal yang mendampingi aku di rias di salon ini menjawab

“Ini perintah ibu Marina,... Kamu harus di make over biar lebih cantik untuk pelanggan VIP kami. Sudah kamu diam saja atau saya sumpal lagi mulutmu !!” jelasnya penuh ancaman.

Aku tidak mengerti, diculik dan diikat lalu didandani, dalam cerita action yang kugemari, begitu di culik kemudian diikat lalu menunggu dibebaskan. Memang kenyataan berbeda dengan cerita action. Aku yang di culik mendapatkan creambath walau mulut kembali di sumpal, rupanya hanya ketika di make up saja aku bisa berkomentar selebihnya adalah tawanan yang tidak berdaya mendapatkan perawatan kecantikan.

Namun aku berusaha menikmat creambath dan pijatan-pijatan yang kuterima dari ‘salon’ itu cukup meringankan pegal akibat diikat dan meringankan lelah walau dilakukan dalam keadaan terikat erat dan diawasi oleh pengawal.

Selesai dengan perawatan kecantikan, aku didudukkan di kursi roda, kemudian didorong keluar melewati lorong dan masuk kedalam sebuah ruangan dingin, menghadap ke sebuah jendela gelap dan aku di dudukkan di kursi bernomor 7. Ada 15 orang perempuan di sana termasukku; tak ada yang kukenal, mereka semua cantik dan berdandan manis duduk dalam keadaan tangan dan kaki terikat erat dan mulut yang di sumpal. Ternyata aku sedang di dalam ‘akuarium’ atau ‘showcase’ bersama 14 perempuan lain di sana. Dekat kakiku yang terikat ada tulisan SILVANA tertulis tebal dengan sebuah karton berbentuk segitiga.

“Ya Tuhan, lindungi aku. Jangan sampai terjadi padaku.....!” batinku berharap sambil menundukkan kepala namun sesekali mengangkat kepala akibat penasaran. Hari itu aku hanya duduk terikat erat tanpa mendapatkan penunjukkan dari laki-laki hidung belang. Malam rupanya sudah semakin larut, Dalam ‘akuarium’ tinggal aku dan enam gadis lainnya. Lampupun diredupkan dan aku tidak dikembalikan ke selku namun di simpan di sebuah kamaryang dekat, teman kamarku yang sudah berada di dalam adalah detektif Annisa. Perasaan ini lega namun tetap takut, aku senang bertemu dengan detektif cantik itu kendati kami tidak bisa berkomunikasi akibat mulut kami masing-masing yang di sumpal ini. Namun hati merasa sedikit tenang bersama detektif cantik yang sudah tidak mengenakan pakaian lusuhnya seperti tadi. Dia semakin anggun dengan dandanannya dan juga pakaian yang di kenakan. Pakaian bernuansa Tionghoa.

“eemmmpphhhhh.....!!” panggilku

“mmmmppphhhhh.....!!!” jawab detektif Annisa

Dan kamipun tertidur lelah.

Pagi datang, jika aku tidak salah, ini adalah hari kelima aku diculik setelah pesta Valentine dan kini berada di dalam tawanan sindikat perdagangan perempuan milik Haris. Kami sudah di suapi sarapan oleh perempuan yang disiapkan untuk melayani kami

“Dik Sil,... Dik Silvana...!!” panggil detektif Annisa

“Mbak, panggil saja Anna mbak,....” jawabku

“Kemarin kamu di apain dik?” tanyanya

“Kemarin aku cuma di creambath, lalu di make up ulang dan duduk di ruangan berjendela hitam sampai ngantuk” ceritaku

“Aku kemarin diperkosa lagi” Annisa menahan tangis
“sudah lima kali sejak aku disini” kulihat mata detektif Annisa berkaca-kaca. Aku terdiam tak bisa berkata-kata sambil membayangkan itu juga akan terjadi padaku, cepat atau lambat tak terasa mataku berair.

“Mbak,... yang sabar ya, bukankah nanti teman-teman dari kantor akan membebaskan mbak. juga mbak Lalita ?” entah kata-kataku itu tepat atau tidak untuk menghiburnya.

“Harusnya mereka sudah tahu, karena kami tidak bisa berkomunikasi lagi....” sesal detektif Annisa

“Nanti mereka pasti datang dan membebaskan mbak, mbak Lalita dan kami berempat.” Yakinku pada detektif Annisa.

“Pasti,... harus !” detektif Annisa menguatkan diri.

Pintu terbuka, seorang pengawal masuk langsung mengangkat tubuhku ke punggungnya dan melangkah keluar

“Mau di bawa kemana dia !!?? Lepaskan dia...!!!!” teriak Annisa sementara aku hanya bisa meronta-ronta namun takut jatuh dari punggung pengawal itu.

Aku dimasukkan di kamar sebelah, tidak jauh dari kamar tempat detektif Annisa dan aku ditempatkan dari tadi malam. Aku dibaringkan dengan tangan terikat kebelakang di sebuah ranjang. Tali-tali yang mengikat kakiku dilepas namun dengan genggaman kuat, mereka membuka kakiku dan mengikatnya ke ujung bawah tempat tidur. Mulutku kembali di sumpal dan di lakban.

“eemmmpphhhhh.....!!”

Kemudian mereka beranjak meninggalkan aku di kamar itu, sunyi untuk beberapa waktu hingga seorang masuk

“Frans....?” aku ingin menyapa orang yang masuk kekamarku tapi suaraku tidak keluar

“Anna yang cantik, sekarang kamu milikku” katanya sambil membuka celana jinsnya.

“eemmmpphhhhh.....!!” aku menolak dan meronta begitu hebat mengetahui apa yang akan dilakukannya padaku, ketika mataku ditutupnya dengan kain hitam.

Aku merasakan pakaian cinderalaku di lucuti, kemudian kurasakan mulut yang berbau rokok itu mengulum-ngulum dan menjilati payudaraku

“eemmmpphhhhh.....!!” aku menolak dalam kenikmatan

Leherku di cumbunya sesekali di cupangnya, aku menolak namun tak berdaya dalam rangsangannya. Kemudian kurasakan celana dalamku di sobek paksa dan benda yang tak pernah kuundangpun masuk memecahkan selaput daraku .

““eemmmpphhhhh......eemmmpphhhhh.....!!”

Lalu kudengar nafasnya tersenggal senggal ketika penisnya berhasil memasuki Miss V ku yang sempit. Aku menangis sedih merasakan perkosaan ini. Rasa sakit dan ngilu menguasaiku ditengah terkaman Frans penuh nafsu memperkosaku. Rasa sakt yang hebat itu membuatku tak sadarkan diri.

****

Aku sadarkan diri, mendapati tubuhku kembali berada dalam sel, bersama mbak Annisa, namun aku tidak melihat Angelia juga Virna yang disekap di sel lain. Hanya Lina yang masih terlihat duduk dalam kondisi terikat dan mbak Lalita yang ditawan di sel tersendiri dalam kondisi yang mengenaskan.

Aku tak bisa bersuara, hanya tangis dan airmataku yang terus mengalir, membasahi pipiku. Mbak Annisa pun diam dan seolah tidak ingin menggangguku dalam kesedihan.

“Aku baru diperkosa sama yang menculikku mbak....” tangisku rupanya lakban yang menyumpal mulutku terlepas akibat basah terkena airmataku.

“Aku bisa memahami perasaanmu dik Anna” hiburnya.

Aku mulai paham, rupanya Angelia, juga Virna mungkin sedang mengalami nasib yang serupa.
Entah sampai kapan aku dan teman-teman disekap dan menjadi budak nafsu di sini. Aku harus bebas, kita semua yang ditawan harus bebas! Tidak adakah yang bisa membebaskan kami? Kapan teman-teman detektif Lalita dan Annisa datang membebaskan kami.

==oo0oo==

Minggu, 03 Maret 2013

SMS Misterius - Kisah Nyata

Rabu 6 Oktober

Suatu pagi aku terima sms gelap yang menakutkan : ‎

”Aku akan menculikmu saat suamimu pergi aku membiusmu lalu mengikat tanganmu kebelakang dan juga mengikat kakimu dan kamu aku letakkan dalam bagasi mobilku dan kaburrr.. ..Sesampainya dirumahku aku bopong kamu kekamarku, membiarkan kamu terikat dan disumpal mulutmu tapi kamu akan ku sayang sayang, kamu kujadikan ratuku (yang terikat)” dari nomor 081122xxxxx. Aku kaget setengah mati menerima sms seperti itu, lalu kuhubungi mas Andi Wisbagjono, temanku jangan-jangan dia mengirimkan karena hanya dia yang punya motif iseng mau menggoda dan menakuti aku dengan sms seperti ini.


Setelah berargumentasi lewat sms dengan dia yang berdomisili (kerja) di Indonesia Timur. Aku malah, meminta tolong padanya agar dia mau membelaku (seolah suamiku, yang kebetulan lagi dinas ke luar negeri) membantuku menggertak sang pengirim sms misterius itu kepadaku.Namun yang terjadi sangat mengecewakan, Andi bukannya menggertak ancam sambil melindungiku dia melapor padaku bunyi sms yang dia kirimkan kepadaku :

“Ini siapa ya? Aku suaminya Mila, hanya aku yang boleh ngiket n nyulik dia...” membaca kalimat itu aku marah padanya :

“Mas, apaan sich? Bocorin rahasiaku ke unknown people??? Dasar cowok error. Aku tidak setuju!! Itu bukan kata kata seorang suami, apaan tauk!?” Lanjutku penuh amarah sekaligus takut, karena orang yang bisa diharapkan memberi perlindungan lewat kata-katanya malah berlaku aneh dalam sms orang yang mengancam menculik aku.

Sesungguhnya yang kuharapkan mas Andi menjawab smsku senada seperti ini : “Saya, Irjen (Pol) Andi Wisbagjono, anda mengancam akan menculik istri saya !?” karena kalimat seperti itu sudah cukup untuk membuat si pengirim sms misterius itu ketakutan dan mungkin akan mengganti nomor hpnya supaya tidak terlacak lagi oleh polisi. Jawaban seperti itulah yang bernada melindungi, apa lagi Andi kuminta membalas sms misterius itu, seolah dia suamiku. Jadilah hubungan pertemanan kami terputus, karena aku sangat murka dengan caranya menjawab sms seperti itu. Akupun berusaha melupakan semua kejadian yang telah terjadi. Ketika aku keluar dari gedung perkantoranku di Jl. Basuki Rakhmat, siapa yang kulihat ? Syafril, temanku sejak SMA, mantan pacarku kebetulan baru keluar dari gedung perkantoran ini.

“Mas Syafril,...? Ngantor di sini tah?” sapaku berusaha menyembunyikan rasa senang.

“Mila,... kebetulan aku lagi di Surabaya, baru usai meeting dengan klienku di lantai 10. Tadi aku lihat kamu lagi duduk di meja reseptionis....?” sahutnya. Rupanya dia baru selesai meeting dengan kliennya yang kebetulan berada satu lantai dengan kantorku.

“Tinggal di mana? Kita makan malam dulu yuk,... mumpung aku di sini?” ajak Syafril

“Boleh, siapa takut...?” selorohku

Kamipun beranjak meninggalkan gedung itu dengan kendaraan yang disupiri sendiri oleh Syafril. Kami tiba di sebuah mall yang bersebelahan dengan sebuah hotel.

“Trus mas apa kabar ?” tanyaku.

Sejak dulu aku mengagumi kepintaran dan ketampanannya. Aku dulu pernah ‘dikerjai’ olehnya ketika mereka membawaku yang sedang mencari sahabatku Nia, lalu Syafril dan Zainudin seolah ikut membantu mencariku dan di tempat yang agak sepi, Zainuddin membekap mulutku serta langsung menyumpalkan dengan lakban dan seketika tangan dan kakiku terikat oleh mereka berdua dan membawaku ke gudang. Lalu aku ingat Nia, mencari-cariku dan bertemu mereka yang mengaku tidak melihatku. Itulah pengalaman pertamaku diikat atau lebih populer di sebut bondage.

“Baik-baik Mila, terus terang aku kaget melihatmu tadi ada di kantor sebelah..... Jadi aku putuskan menunggumu di lobby tadi” jawab Syafril. Setelah kami memesan makanan dan minuman aku pamit beranjak dari meja, ingin ke kamar kecil sekalian mencuci tangan. Dan aku kembali, santapanpun sudah siap.

“Jadi kamu besok mau pulang ke Malang...?” tanya Syafril.

“Iya, kebetulan aku minta cuti, tiga hari.... sekaligus mau menunggu Mas Dandu pulang nanti hari Senin siang” ujarku menceritakan kebiasaanku saat menyambut suamiku landing. Kami menyantapnya sambil menceritakan kabar masing-masing. Setelah makan, aku merasa kepalaku begitu pusing dan berat...

“Mas Syafril, antar aku pulang yach? Aku tinggal di Dharmahusada.... Kepalaku ini pusing Mas” keluhku

Dengan sigap Syafril, menuntunku berjalan, tiba di tempat parkir dan aku duduk lemas. Syafrilpun bergegas masuk ke balik kemudi dan menstarter mesinnya berjalan... aku memejamkan mata dan setelah itu aku tidak ingat apa-apa.

Aku terbangun, pandanganku gelap, kurasa aku ada dalam sebuah kamar, tanganku terasa sakit seperti kesemutan. Aku berusaha menggerakkan tanganku,.. ugh! rupanya tanganku terikat erat kebelakang di sekitar pinggang di belakangku, demikian juga dengan kakiku masih bersepatu saat terikat erat.

“eemmmmppphhhhh......!” itu yang terdengar saat aku mencoba bersuara. Aku menyadari keadaanku yang tidak berdaya, tangan terikat ke belakang, kakiku pun terikat menyatu kurasakan tali melilit di atas dan di bawah lututku, serta di pergelangan kakiku. Ku rasakan diriku dalam keadaan terbaring, dan aku masih menggunakan sepatuku yang memakai hak tingginya 5 cm. Mataku rupanya ditutup oleh sebuah kain, aku meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri. Kira-kira sejam aku terkapar tak berdaya dalam keadaan gelap dan mata yang tertutup, ku rasakan tali-tali yang mengikat di lututku mulai terlepas, baik yang di atas maupun yang di bawah lutut. Tubuhku sudah tidak meronta-ronta karena lemasnya lalu ku rasakan pergelangan kakiku tidak lagi menyatu. Terbuka lebar, namun aku tidak merasakan kebebasan gerak di kakiku karena ternyata masih terikat walau kakiku sudah terbuka.

“mmmmppphhhhh......!!” kurasakan ada yang masuk paksa ke liang vaginaku.

“auwww...!!” jerit batinku mencoba menahan sakit akibat pemaksaan itu. Selanjutnya, yang kurasakan adalah sebuah hubungan seksual. Aku diculik dan diperkosa! Hati dan jiwaku terus menolak pikiranku menerawang dan bayangan suamiku muncul,

“Oh Mas Dandy,...! Ampuni aku, bukan kehendakku, aku diperkosa mas...”

Selanjutnya kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan orang itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelin-jang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih memakai celana dalam.

Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya penculik tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.

“mmmmppphhhh.........eemmmmppphhhh.......” tanpa sadar aku melenguh di balik sumpalanku

Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eemmmmppphhhh....... mmmmppphhhh.............!!”

Penisnya terus di kocok kocokkan ke liang vaginaku kocokan yang berirama, pelan pelan kemudian kencang dan dalam kembali pelan pelan lagi kencang lagi dst. Sambil mengocok ocok, kedua tangannya juga dislusupkan ke balik braku,..

“Mila.... oh Milaa......!” suara itu menguak misteri yang sedari tadi membelengguku, sejenak benakku terkejut! itu suara Syafril yang pernah menjadi pacarku ketika di SMA. Kami terpisah setelah lulus SMA, Mas Syafril meneruskan ke sebuah perguruan tinggi di Jepang dan aku melanjutkan kuliahku di Bandung.. Kami sudah lama tidak contact-contact sampai pada pertemuan kita sore ini. Dari obrolannya Mas Yuyi, panggilan Syafril belum menikah sejak itu dan aku mendapat lamaran dari Mas Dandy dan aku dinikahinya. Aku sempat bercerita bahwa aku menikah dengan seorang penerbang, tadipun dikantor aku mendapat kabar Mas Dandy baru akan pulang hari Rabu atau Kamis depan karena menggantikan rekannya yang ijin tukar jadwal karena menunggui istrinya melahirkan anak pertamanya. Khayalku menerawang jauh sementara diperkosa.

Malam yang sangat melelahkan, aku mengalami orgasme hingga tiga kali. Kelihatannya Mas Yuyie selesai menggarapku, akupun dalam keadaan sangat lemas terikat tak berdaya, tidak dapat melihat dan akupun tertidur.


Kamis 7 Oktober
Aku terbangun, pandanganku masih gelap tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu, setelah tadi malam kakiku terikat dan terbuka.

“eemmmmppphhhhh.......” mulutku masih tersumpal oleh lakban yang sejak semalam menempel di mulutku. Sejenak kurasakan kain yang menutup mataku di buka, Mas Yuyi sudah duduk disampingku dan memanjakanku

“Mila,..... aku mau tinggalkan kamu sendirian di kamarku. Matamu tidak akan aku tutupi, Baik-baik yach disini, jangan nakal aku akan menemui klienku di lobby. Untuk menjagamu tetap merasakan kenikmatan, aku telah sisipkan dildo yang akan bergetar dalam waktu 20 menit lagi dan hanya berhenti jika batere Alkalinnya habis. Kamar ini akan ku pasangkan tanda DO NOT DISTURB, staff hotel tidak akan melanggarnya untuk membersihkan kamarku ini.” Ujarnya sambil menyelimuti aku hingga ke pundakku..

“eemmmmppphhhhh....... mmmmppphhhhhh.....!!” protesku.

Kutatap tubuhku. Aku dapati tubuhku terikat tanpa busana, hanya sepatu dan celana dalamku yang masih nempel. Diujung sana aku melihat tumpukan busanaku, tergeletak disana. Aku memang suka melakukan hubungan seksual dengan suamiku dalam keadaan terikat seperti ini, namun aku paling takut ditinggal sendirian dalam keadaan terikat seperti ini. Mataku tertuju pada jam digital di sisi kananku di bed side table yang menunjukkan pukul 8.30 pagi. Syafrilpun pergi meninggalkan kamarnya setelah memasang tanda DO NOT DISTURB di gagang pintu bagian luar. Tangan dan kakiku terasa tegang, sedikit sakit. Aku juga harus sedikit berusaha bernafas karena lakban yang sedikit menutupi bagian di hidungku. Aku menggerak-gerakkan tangan dan kakiku, berusaha melepaskan diri. Bukannya aku tidak suka diikat, tapi posisi ini sungguh menyiksaku apalagi dilakukan dalam waktu yang tidak sebentar. Tiba –tiba aku terlonjak dan menggelepar-gelepar. Posisi ikatanku membuat tubuhku tidak bisa banyak bergerak. terlalu sibuk merasakan dildo yang bergetar di lubang kenikmatanku.

Aku berusaha mengeluarkan dildo itu dari vagina, tapi hanya sia-sia saja. Aku cuma pasrah saja dan berharap batu baterai dildo bisa cepat habis dayanya. Aku menarik napas panjang, sedikit sulit karena hidungku yang sebagian tertutup lakban. Kelihatannya usahaku ini hanya sia-sia saja karena ikatan di tangan dan kakiku tidak mengendur sama sekali. Aku hanya bisa merubah posisiku yang tadi tengkurap menjadi tidur menyamping. Iseng-iseng aku berteriak, membayangkan adegan aku ditawan, ternyata hanya lenguhan saja yang keluar dari mulutku. Aku masih iseng-iseng mencoba melepaskan diri, harapanku paling tidak ikatan yang menyatukan tangan dan kakiku bisa lepas jadi rada lega. Sesekali aku menghadapkan tubuhku ke sisi kananku,... jam 12.30! sudah 3 (jam) aku ditinggal sendiri dalam keadaan tak berdaya dan mulut dilakban, memang tidak ada gangguan dari luar seperti petugas Housekeeping ataupun yang lainnya. Bagaimana ini bisa terjadi? Yang terakhir aku ingat adalah setelah makan dan menghabiskan minuman tiba-tiba aku merasa pusing... apakah minumanku mengandung obat tidur? Iya,.. aku khan sempat pergi ke kamar kecil untuk cuci tangan sebelum makan...?? Kalau begini aku tidak jadi ke Malang, tadinya aku mau pulang dan memberikan kejutan atas kedatanganku kepada orang tuaku, tapi kini aku di sini terbaring terikat oleh cinta pertamaku yang baru kutemui setelah hampir lima belas tahun... Lelah mengkhayal dan mengenang, aku putuskan untuk tidur saja.

Aku membuka mataku. Waktu menunjukkan pukul 15.48 Ternyata karena terlalu lelahnya aku tertidur dalam posisi terikat erat. Vibrator di vaginaku sudah berhenti bergetar. Entah berapa lama aku tertidur dan berapa lama vibrator itu begetar di lubang kenikmatanku. Tangan dan kakiku terasa tegang, sedikit sakit. Aku juga harus sedikit berusaha bernafas karena lakban yang menutupi hidungku. Aku meronta-ronta, menggerak-gerakkan tangan dan kakiku, berusaha melepaskan diri, sia-sia saja. Tiba tiba kudengar pintu terbuka, rupanya Syafril sudah kembali kekamar, aku pun meronta-ronta menunjukkan bahwa aku ingin dilepaskan dari tali-tali ini. Dengan lembut Syafril mendudukkan tubuhku yang terikat ini,... mataku kembali ditutupnya dengan kain...

“ugh....!” lakban di mulutku dilepaskan

“mas, lepasin dong,... saakiiit!” aku memohon. Di sambut dengan roti yang memenuhi mulutku.

Rupanya aku sedang disuapi makanan,... aku mengunyah secepat yang kubisa supaya aku bisa merayunya agar melepaskan aku lalu kembali mulutku dipenuhi oleh roti berikutnya, sementara mengunyah, kudengar bunyi “creettt....!” mulutku kembali di sumpal lakban.

“Mil,... kamu bilang kamu sudah mengambil cuti untuk ke Malang, nah habiskanlah cutimu bersamaku. Aku masih cinta sama kamu....!” betapa terkejutnya aku mendengar suara mas Syafril mengatakan itu. Hatiku berontak ingin bebas lalu kudengar katanya.

“Hitung, hitung nostalgia sejak pertama kali kamu menjadi tawananku dulu, masih ingat khan...”

Aku menganggukkan kepala, berusaha menjawab pertanyaannya. Masih segar dalam ingatanku, ketika Syafril dan Zainudin mengatakan,

“Mila, si Nia cari kamu tuh.....?”

“Di mana,...” aku balik bertanya

“Sini deh ikut kami,....” ajak Zainudin, segera kutinggalkan ruangan kelasku bergegas mencari Nia yang belum kutemui sepanjang pagi tadi. Nia adalah sahabat baikku, kami satu kelas namun ruang kelas kami terpisah. Aku mengikuti Zainudin masuk ke sport hall di sekolehku, sebuah bangunan besar dengan lapangan bulutangkis dan panggung di ujungnya. “mmmmppphhhh....” ada tangan kuat membekap mulutku tanganku berusaha menarik dan melepastan tangan yang membekapku, sia-sia tangan itu terlalu kuat membekap mulutku, lalu tanganku ditelikung kebelakang dan dengan cepat tanganku sudah terikat ke belakang,... tangan yang membekap mulutku di lepas,... ternyata ada lakban yang menempel dimulutku. Lalu mataku ditutup oleh sebuah sapu tangan. Tubuhkupun dilepaskan,... aku terduduk tak berdaya mata tertutup dengan tangan yang terikat kebelakang dan mulut yang ditempel lakban. Aku melangkah tak berdaya dituntun oleh kedua orang yang menggamit lenganku di sebelah kiri dan kananku. Ku rasakan aku menaiki tangga 4 step dan selanjutnya aku didudukkan di sebuah kursi. Kurasakan tali-tali yang meliliti tubuhku di dadaku yang sedang bertumbuh,.. di lututku dan di pergelangan kakiku, Aku mencoba meronta-ronta, namun tubuhku tak bisa bergerak,... ketakutan menguasai tubuhku dan kemudian aku menangis.

“Mila,... jangan nangis dong, ini aku....!!” kudengar suara Syafril dan kemudian tutup matakupun terlepas.

“eeemmmmppphhhhhh......!!” tangisku. Airmataku di usap oleh Syafril.

“Mila, aku mau bilang aku suka sama kamu,.... kamu cantik dan pintar lagi!” ternyata Syafril menyekapku untuk menyatakan cintanya ketika itu. Berbagai perasaan bercampur aduk dalam diriku.

Rasa takut yang menyelimutiku pelan pelan hilang diganti rasa suka karena ternyata dia yang aku kagumi dan sukai, mengatakan suka padaku.

“Aku mau memintamu jadi pacarku....” lanjut Syafril ketika itu. Tubuhku tidak lagi meronta-ronta seolah pasrah diperlakukan seperti itu.

“mmmmppphhhh.......?” lenguhku terasa sangat jinak terdengar oleh mereka.

“Aku lakukan ini sebenarnya sebagai permainan” ujar Syafril sambil menunjukkan majalah yang menunjukkan gambar perempuan yang sedang diikat erat.

“Aku suka gambar ini, makanya aku suruh Zainudin menjemputmu. Dan aku ingin sekali melihatmu dalam keadaan terikat..” lanjut Syafril.

Aku sudah pasrah ketika Zainudin memotretku dalam keadaan duduk dan terikat. Beberapa photo dibuatnya, ada pula photo aku dengan Syafril yang berdiri di sisiku. Photo yang sempat lama aku simpan di dompet lamaku yang kini hilang kecopetan suatu hari. Itulah kisah pertamaku berkenalan dengan bondage suatu kelainan yang menyenangkan, setidaknya untukku...

“Mila,.... Mila,....!!!” panggilan Syafril membuyarkan lamunanku.

“Kamu mau mandi atau di mandiin...?” tanyanya. Aku menggeleng-geleng. Tanpa mempedulikan jawabanku Syafril melepas sepatuku dan menggunting celana dalamku, lalu menggendongku ke kamar mandi. Tubuhku yang terikat erat ini kemudian diletakkan di bathtub yang penuh dengan air hangat. Lalu aku merasakan tubuhku dipijat-pijat Syafril sambul ‘digerayangi oleh sabun’. Usai mandi, otot ototku terasa lemas,... tubuhku dikeringkan oleh Syafril dan dibopongnya aku ke tempat tidur kamarnya yang besar. Tubuhku ditelungkupkan dan kembali dipijat pijat. Syafril memang pintar memijat. Dalam kenikmatan pijatan itupun aku tertidur dalam keadaan terikat dengan tali yang sudah basah dengan air hangat ketika aku dimandikan.

Aku terbangun, sudah jam 20.30 malam jam digital di sisi tempat tidur menunjukkannya pada penglihatanku. Tubuhku yang tengkurap masih terikat erat. Kurasakan tali-tali melilit di bagian dadaku, bagian atas bawah lututku dan pergelangan kaki. Aku kembali merasakan sepatuku di kaki.

“kenapa sih aku harus pakai sepatu saat diikat,...? kaya mas Dandy aja” pikirku.

Aku berusaha memutarkan badanku supaya bisa terlentang. Ugh... susah payah aku melakukannya. Kini tubuhku terlentang,... tak kulihat mantan kekasihku di kamar itu, dan aku hanya bisa melanjutkan tidurku akibat rasa kantuk yang sangat menguasaiku. Sayup sayup di alam kesadaranku aku merasa sesuatu telah mengikatku di bagian kepala. Ketika aku berusaha bangun, pandanganku gelap. Kudengar ada suara televisi berbunyi dalam ruangan itu. Oh,... rupanya mataku kembali ditutup dengan kain. Aku hanya terbaring pasrah tak berdaya menanti apa yang akan terjadi.

“mmmmppphhhhh......!!” kurasakan ada yang masuk paksa ke liang vaginaku.

“auwww...!!” jerit batinku mencoba menahan sakit akibat pemaksaan itu. Selanjutnya, yang kurasakan adalah sebuah hubungan seksual. Aku diculik dan diperkosa! Hati dan jiwaku terus menolak pikiranku menerawang. Selanjutnya kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan orang itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelinjang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih memakai celana dalam. Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya orang yang menculikku tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.

“mmmmppphhhh.........eemmmmppphhhh.......” tanpa sadar aku melenguh di balik sumpalanku Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eemmmmppphhhh....... mmmmppphhhh.............!!” Penisnya terus di kocok kocokkan ke liang vaginaku kocokan yang berirama, pelan pelan kemudian kencang dan dalam kembali pelan pelan lagi kencang lagi dst. Sambil mengocok ocok, kedua tangannya juga disusupkan ke balik braku,..
“Mila.... oh Milaa......!” suara Syafril penuh nafsu. Tanpa terasa, malam berlalu dengan cepat di antara derita dan nikmat.


Jumat 8 Oktober

Aku terbangun, pandanganku masih gelap tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu, setelah tadi malam kakiku terikat dan terbuka. Hari terulang begitu saja.
“eemmmmppphhhhh.......” mulutku masih tersumpal oleh lakban yang sejak dua malam menempel di mulutku. Sejenak kurasakan kain yang menutup mataku di buka, Syafril sudah duduk disampingku dan memanjakanku. Tidak ada lagi pengalaman baru. Hari irtu berlalu seperti pengulangan hari-hari yang berlalu. Siang aku ditinggal dalam keadaan terikat dengan mata yang tidak ditutup namun mulut dilakban, demikian juga malamnya kembali aku diperkosa oleh mantan kekasihku, Syafril. Derita yang membawa secuil kenikmatan.


Sabtu 9 Oktober

Pagi itu aku terbangun, sinar pagi merasuki pandanganku, tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu, setelah tadi malam kakiku terikat dan terbuka.

“eemmmmppphhhhh.......” mulutku masih tersumpal oleh lakban yang setia menempel di mulutku.

”it’s another kidnapped day....” pikirku.

Tak kulihat Syafril di kamar ini, padahal jam menunjukkan pukul 7.15 pagi. Sepagi itukah Syafril sudah pergi bekerja? Aku ditinggalnya terkapar dan terikat tak berdaya di kamarnya ini, dalam keadaan seperti ini, tidur adalah pilihan terbaik kendatipun aku tidak mengerti mengapa aku semalas ini dan mudah tidur ?

“Mil.. Milaa,...” tidurku terusik dan aku terbangun rupanya Syafril membangunkanku.

“eemmmmppphhhh.....!” jawabanku

“Tenang aja, Mil hari Senin malam aku akan kembali ke Jakarta,.. dan kamu aku bebaskan hari itu!” tutur lembut Syafril sambil melepas pelan-pelan lakban yang membungkam mulutku.

“Mas,... kog Senin mas, sekarang aja. Tanganku pegal-pegal nich, saakiittt....” keluhku tanpa sengaja mataku berair.

“Tanpa sengaja aku membaca sms mas Dandy yang masuk tadi malam, katanya dia pulang Rabu dengan penerbangan malam... aku jawab saja. Ok mas, hati-hati yaa, gitu” aku Syafril padaku.

“Mas Yuyie, tapi khan aku harus kerja hari Senin mas,...!?” protesku dengan suara yang lemas. Lemas dan lelah karena terikat erat selama hampir 3 hari. Aku melirik jam menunjukkan pukul 17.56, ternyata hari sudah sore.

“Aku sudah sms ke bossmu dan Vita asistenmu,... kamu sudah ijin sakit, Mila...” jelas Syafril. Rasa putus asa menyelubungi sekujur tubuhku. Bayanganku hari ini Syafril akan membebaskanku dan aku akan pulang dengan menyimpan trauma (kenangan) baru sebagai ‘korban penculikan’ ternyata aku masih dalam keadaan terikat di sini.

“Sudah ya,... aku mau mandi dan ganti baju,... kamu tidak boleh melihat...” gurau Syafril sambil menutup mataku dengan saputangan merah,...akupun pasrah memejamkan mataku dan terikatlah mataku. Namun, mulutku dibiarkannya tidak tersumpal lagi oleh lakban. Beberapa saat aku terdiam, ketika aku kehilangan rasa di tanganku yang terikat.

“Mas Yuyie,... Mas,.. lepasin dong, sakit nich....!” keluhku tak ada suara menjawabku, hanya suara air yang mengalir, rupanya Syafril masih di dalam kamar mandi. Tubuhku lemas, aku kehilangan rasa di tanganku yang terikat ke belakang. Pergelangan kakiku terasa kaku dan sakit akibat tali-tali yang lama mencengkeram di kulitku. Aku dibiarkan terkulai lemas di atas tempat tidur, tanganku yang terikat erat mulai terasa sakit sekali, pegal, kesemutan. Kedua lenganku terasa kaku dan mati rasa.

“Mas Yuyie,... Mas,.. lepasin dong, sakit nich....!” sekali lagi aku mencoba berharap kebebasanku ketika kudengar suara pintu. Namun bukan kebebasan yang kurasakan, tapi kelihatannya aku diminumkan sesuatu oleh Syafril, sehingga rasa pening membuatku tidak sadarkan diri.

Ketika aku sadar, kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan orang itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelinjang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih memakai celana dalam. Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku

“Ugh..... aarrrgghhh...... maaasss.... mas yuyie......jangaaannnn maaasss...... aaarrrggghhhh...... eemmmhhh” seruku dalam derita.

Aku semakin tak kuasa menahan diriku, aku terangsang hebat klitorisku dikulum disedot sedot.
”wow enak sekali........!” batinku, rupanya mas Yuyie telah meminumkan obat perangsang sehingga aku tidak lagi merasakan kesakitan tetapi rangsangan yang luar biasa menghadirkan kenikmatan
Kurasakan ada jari tangan di masukan ke lubang vaginaku mencari G-Spot.Klitorisku terus dikulum dan di sedot sedot sementara dua jari tangannya digerakkan keluar masuk liang vaginaku.

“eemmhhh.......aaarrrggghhhh.........aaauuuuwwww....” keluar suara dari mulutku tanpa sadar entah itu nada nikmat atau nada derita. Aku semakin menggelinjang hebat, kedua tanganku meronta-ronta keras dan merasakan betapa tidak berdayanya aku.

Tangannya juga sesekali meremas payudaraku dan memilin milin puting susuku bergantian kanan dan kiri.

“eemmhhh.......aaarrrggghhhh.........aaauuuuwwww....!!” teriakku penuh kenikmatan.

Akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya Syafril tahu kalau aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat. Lalu pelan-pelan kurasakan penis masuk ke dalam vaginaku yang sudah membasah

“Aarrrgghhh...... mas yuyieee......aaarrrggghhhh......eemmmhhh” Aku semakin tak kuasa menahan diriku, aku terangsang hebat klitorisku dikulum disedot sedot. Kurasakan kakiku yang dibiarkan bersepatu tidak terikat lagi, hanya mataku yang tertutup, dada dan tanganku yang masih terikat erat ke belakang.

Malam itu Syafril memperkosaku lagi dengan cara yang lebih hangat dan menghadirkan kenikmatan bagi tubuhku yang terikat erat dan mata tertutup ini.

Mataku rupanya ditutup oleh sebuah kain, aku meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri. Kira-kira sejam aku terkapar tak berdaya dalam keadaan gelap dan mata yang tertutup, ku rasakan tali-tali yang mengikat di lututku mulai terlepas, baik yang di atas maupun yang di bawah lutut. Tubuhku sudah tidak meronta-ronta karena lemasnya lalu ku rasakan pergelangan kakiku tidak lagi menyatu. Terbuka lebar, namun aku tidak merasakan kebebasan gerak di kakiku karena ternyata masih terikat walau kakiku sudah terbuka.

“mmmmppphhhhh......!!” kurasakan ada yang masuk paksa ke liang vaginaku.

“auwww...!!” jerit batinku mencoba menahan sakit akibat pemaksaan itu. Selanjutnya, yang kurasakan adalah sebuah hubungan seksual. Aku diculik dan diperkosa! Hati dan jiwaku terus menolak pikiranku menerawang dan bayangan suamiku muncul,

“Oh Mas Dandy,...! Ampuni aku, bukan kehendakku, aku diperkosa mas...”

Selanjutnya kurasakan ada tangan yang meraba celana dalamku. Satu tangan orang itu mengelus daerah klitorisku sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku menggelin-jang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak beraturan dari mulutku yang tersumpal. Orang itu membiarkan aku meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya di daerah kemaluanku yang masih memakai celana dalam.

Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku merasakan ada suatu kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.

“mmmmppphhhh.........eemmmmppphhhh.......” tanpa sadar aku melenguh di balik sumpalanku
Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut yang mengulum-ngulum klitorisku.

“eemmmmppphhhh....... mmmmppphhhh.............!!”

Penisnya terus di kocok kocokkan ke liang vaginaku kocokan yang ber-irama, pelan pelan kemudian kencang dan dalam kembali pelan pelan lagi kencang lagi dst. Sambil mengocok kocok, kedua tangannya juga dislusupkan ke balik braku,.. “hmm,.. rupanya ini gaya khas Syafril yach,...” aku mengambil kesimpulan.

“Mas Yuyie,... jangaann....,!!” berbarengan dengan itu tanpa sungkan-sungkan Syafril menyemburkannya cairan spermanya ke liang vaginaku.

“Maaasss.... aku takut!” ketika kami terbaring lemas. Syafril tidak menjawabku mungkin dia sudah tertidur, sementara mataku masih tertutup namun kakiku tidak diikat. Maksudku aku takut hamil. Aku dan Mas Dandy belum dikaruniakan anak meski kini hampir 15 tahun kami menikah. Dokter sudah memeriksa organ produksi kami namun kami tidak mengetahui siapa di antara kami yang mandul.

Ingin aku beranjak dari sisinya, namun kendati aku bisa berjalan tapi mataku tidak dapat melihat, aku takut menabrak tembok atau terjatuh. Kendati demikian, berhasil bangkit lalu aku mencobanya, dengan menggunakan kakiku meraba-raba sekelilingku. Lima enam langkah aku berjalan, rasanya sudah mendekati pintu,.. tiba tiba tubuhku terangkat dan aku merasa dibopong kembali ke tempat tidur, lalu kakiku kambali diikatnya menjadi satu. Pupuslah harapanku untuk bebas dari kamar tempat aku disekap. Aku terbaring terlentang dan berpikir untungnya aku di temukan Syafril sebelum aku keluar karena tindakan nekad tadi aku tidak memikirkan keadaan yang hanya bersepatu dan memakai bra, tanpa celana dalam sekalipun. Lelah setelah diperkosa akhirnya aku tertidur.


Minggu 10 Oktober

Seperti pagi-pagi sebelumnya, pagi itu aku terbangun, sinar pagi merasuki pandanganku, tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu.

“eemmmmppphhhhh.......” mulutku masih tersumpal oleh lakban yang sejak semalam menempel di mulutku. Sejenak kurasakan kain yang menutup mataku di buka, Mas Yuyi sudah duduk disampingku dan memanjakanku

“Mila,..... aku mau tinggalkan kamu sendirian di kamarku. Matamu tidak akan aku tutupi, Baik-baik yach disini, jangan nakal aku akan menemui klienku di lobby. Untuk menjagamu tetap merasakan kenikmatan, aku telah sisipkan dildo yang akan bergetar dalam waktu 20 menit."

Hari Minggu ini tidak ada lagi pengalaman baru, namun berlalu seperti pengulangan kemarin. Siang aku ditinggal dalam keadaan terikat dengan mata yang tidak ditutup namun mulut dilakban, demikian juga sorenya ketika Syafril kembali aku diperkosanya.


Senin 11 Oktober 

Pagi itu aku terbangun, sinar pagi merasuki pandanganku, tanganku masih terbelenggu dan kakiku sudah terikat menyatu. Aku bangun pagi itu dengan secercah harap akan kebebasanku. Aku dikejutkan oleh sapaan Syafril yang telah menyimpan nomor handphonenya kedalam handphoneku. Dan sore ini dia akan berangkat kembali ke Jakarta.

“Mas, kapan mau lepasin aku,....?” pertanyaanku terdengar pasrah. Kini mataku dan mulutku tidak tersumpal atau tertutup. Aku lihat Syafril sibuk mengambil photoku yang terkapar dan terikat. Tiba tiba dia mendekatiku dan mengecup kepalaku, sambil mengaku.

“Mila,... aku masih cinta sama kamu, walaupun kamu sudah menikah sama Dandy, aku masih berharap padamu, paling tidak aku menikmati hari-hari bersamamu...” tali di kakiku pun dilepasnya, aku menunggu saat dia melepaskan tali-tali yang membelengguku.

“Alhamdulillah...” gumamku ketika tanganku sudah bebas sambil kuusap-usap bilir-bilur di pergelangan tanganku.

“Mandi gih sayang.....” sambut Syafril sembari melemparkan handuk besar, yang langsung kupakai membungkus tubuhku yang tak berbusana. Segera aku melepaskan sepatu yang kupakai dan aku melangkan menuju kamar mandi, aku akan berendam air hangat mengembalikan seluruh fungsi yang ada ditubuhku. Siang itu hanya tanganku yang kembali diikat, lalu aku digarap oleh Syafril seperti biasa setelah berhari-hari aku diculik.

Sore jelang malam itu Syafril berangkat, setelah melepaskan tali yang mengikatku, aku kembali ke rumah menggunakan taxi dari hotel. Dibekali tas yang isinya belanjaan pemberiannya. Rupanya Syafril menyempatkan diri belanja, membelikanku baju-baju dan sepasang sepatu buatku selama aku disekapnya. Minahpun menyambutku, sepengetahuannya aku baru pulang dari Malang, padahal aku baru bebas dari sebuah "penculikan yang romantis". Aku kembali ke rumah dengan diselimuti rasa takut karena aku telah berhubungan sex dengan mantan kekasihku. Ku buka semua belanjaanku, ada sepatu dan blus-blus,... model kerah shanghai, sepatu tipe sepatu sexy istilah yang kuberikan pada tipe sepatu kesukaanku. Adalah sepatu yang kupakai ketika aku diikat dulu ketika SMP olehnya.
Tak sengaja aku mengecek handphoneku melihat sms-sms yang tak pernah kulihat sejak aku diculik mas Syafril,dia menjawan semua sms yang masuk untukku dengan baik dengan bahasaku karena dia sangat mengerti aku. Lalu kelihatannya ada sms lama yang masuk :

”Aku akan menculikmu saat suamimu pergi aku membiusmu lalu mengikat tanganmu kebelakang dan juga mengikat kakimu dan kamu aku letakkan dalam bagasi mobilku dan kaburrr.. ..Sesampainya dirumahku aku bopong kamu kekamarku, membiarkan kamu terikat dan disumpal mulutmu tapi kamu akan ku sayang sayang, kamu kujadikan ratuku (yang terikat)” ternyata dari Syafril.

==oo0oo==

Minggu, 24 Februari 2013

Gita, Penyanyi Remaja

Kala itu matahari sudah hampir terbenam, di balik garasi itu terlihat langit sudah memerah dan perlahan-lahan menghitam. Sebuah kendaraan kijang berjalan menuju garasi kecil yang seluruh dindingnya terbuat dari besi itu. Kijang itu tertutup debu tebal, membuat warna asli kendaraan itu sulit dikenali begitu juga dengan nomor polisinya. Dan di sisi mobil itu sudah tidak ada lagi jendela, yang ada hanya sepasang ventilasi di pintu belakang yang ditutupi oleh kawat nyamuk. Dan dua jendela di depan dilapisi kaca film yang gelap sekali hingga sulit melihat bagian dalam kendaraan itu.



Di dalam kijang itu, kursi yang ada hanya tinggal kursi supir dan penunpang di kirinya, kursi di bagian belakang telah dihilangkan untuk memberikan ruang yang lebih luas. Dua orang duduk di kursi depan, dan dua lagi seorang ayah dan anaknya yang berumur enam belas tahun, duduk di lantai mobil menjaga apa yang baru saja mereka dapatkan dari kota.

Roy menjalankan mobil itu masuk ke dalam garasi dan menghentikannya di tengah garasi itu. Ia dan Toni segera keluar dari kabin depan dan melemaskan otot-otot mereka. Mereka seperti telah mengemudi selama berjam-jam, tapi ketika Toni melihat jam tangannya ternyata mereka baru 50 menit meninggalkan kota.

Mereka berjalan ke belakang kijang itu dan membuka pintu belakangnya. Johan dan anaknya Dani keluar sembari melemaskan tubuh mereka. Kemudian mereka menurunkan gulungan karpet kotor yang berwarna kuning dan menghamparkannya ke atas lantai garasi itu. Setelah itu mereka membopong seorang gadis berusia 16 tahun yang tak sadarkan diri dan membaringkannya di atas karpet tadi. Kedua tangan gadis itu terikat ke belakang dan mulutnya disumpal dan diikat oleh sebuah saputangan. Roy perlahan menepuk-nepuk pipi gadis itu, berusaha membuatnya sadarkan diri lagi.

Gadis itu membuka matanya, tidak menyadari sekelilingnya yang gelap, sampai sebuah cahaya menyilaukan menyala tepat di atasnya. Ia mengerjapkan matanya berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang baru saja menyala itu. Ia berusaha menggerakkan tangannya tapi tak berhasil. Kemudian ia mendengar suara pria berkata ,”Nah, dia udah sadar tuh!” tapi gadis itu tidak bisa mengenali siapa yang mengucapkannya.

Lampu tadi yang sempat menyilaukan gadis itu ternyata hanya sebuah lampu kecil yang membuat ruangan itu bercahaya suram, membuat bayangan-bayangan tubuh di dinding garasi itu. Gadis itu mengedipkan matanya hingga penglihatannya kembali jelas. Kemudian ia melihat empat sosok pria mengelilinginya. Tiga diantara orang itu berumur sekitar 35-40 tahun, dan yang satu lagi remaja yang sebaya dengan dirinya. Gadis itu memperhatikan satu persatu wajah orang itu, dan rasa panik mulai mengalir ke seluruh tubuhnya. Salah satu dari orang itu berlutut di sebelahnya. Tubuhnya besar dan kekar, melihat bentuk tubuhnya orang bisa menebak bahwa ia adalah orang yang kuat dan kasar. Orang itu menatap tubuh gadis itu dan kemudian ia seperti termangu melamun. Wajah orang itu tampak kejam dan tak berperasaan, ia memakai kemeja dan ikat pinggangnya tampak memantulkan sinar ke mata gadis itu, dan sebuah benjolan terlihat dibalik celana jeans yang dipakainya, tangan orang itu mulai mengusapi benjolan yang ada di bawah ikat pinggangnya.

Orang di sebelahnya juga memakai kemeja dan jeans, tapi tubuhnya terlihat lebih pendek dan wajahnya bercukur bersih. Salah satu tangan orang itu menggantung di ikat pinggangnya sementara yang lainnya dibiarkan di sisi tubuhnya. Orang itu menjilati bibirnya ketika matanya menatap tubuh gadis itu dari kepala hingga kakinya, membuat gadis itu dapat merasakan pancaran nafsu yang terlihat di mata orang. Gadis itu semakin ketakutan ketika orang itu mengulurkan tangannya dan meremas buah dadanya.

Remaja yang ada disamping kanan gadis itu memandang laki-laki yang ada di sebelahnya.

“Boleh Pih?” tanyanya.

“Boleh dong.” Jawab laki-laki itu, sambil membimbing tangan remaja itu menuju buah dada gadis itu,

“Kita kan mau seneng-seneng malem ini.” Remaja itu meremas dan menarik buah dada gadis itu, menyakitinya, sembari mendesah senang, sementara tangannya merabai bagian bawah tubuhnya sendiri. Ayahnya juga melakukan hal yang sama sembari melepaskan beberapa kancing kemejanya membuat gadis itu dapat melihat dada orang itu yang berbulu.

Tiba-tiba gadis itu dapat mengingat kembali apa yang telah dialaminya. Ia sedang berjalan menuju kamar hotelnya setelah makan siang di restoran hotel, sebuah cottage di hotel bintang lima. Ia berada di kota itu untuk mempromosikan albumnya bersama produser dan managernya. Ia bisa mengingat sebuah mobil kijang menyusulnya dan berhenti tepat di depannya, ia ingat bagaimana pintu belakang mobil itu terbuka dan dua pasang tangan menarik tubuhnya masuk, ia ingat betapa sakitnya ketika tangannya ditekuk ke belakang dan sebuah tangan membekap mulutnya ketika ia mulai menjerit minta tolong, ia bisa mengingat bagaimana mereka memukulinya ketika ia meronta-ronta. Ia teringat ketika mereka dengan kasar melepaskan t-shirt dan jeans yang ia pakai dan kemudian melepaskan BH dan celana dalamnya yang kemudian digunakan untuk menyumpal mulutnya. Ia ingat ketika orang yang bertubuh besar tadi mengikat tangannya ke belakang dengan t-shirtnya yang dirobek-robek. Ia ingat ketika itu ia mendengar sang ayah menyebut dirinya “hadiah ulang taun anak gue yang ke enam belas.” Dan yang terakhir ia ingat adalah wajahnya dihantamkan ke dinding mobil, membuatnya tidak sadarkan diri.

Sekarang mereka berbicara mengenai dirinya, berdebat mengenai siapa yang dapat giliran pertama dan apakah mereka harus melepaskan ikatannya atau tidak. Penis Toni sudah kesakitan saking tegangnya, tapi ia belum mau mengeluarkannya. Ia ingin menikmati setiap menit dari malam ini, mereka hanya melakukan ini satu tahun sekali. Ia ingin agar penyanyi yang cantik ini mengingat dirinya, selamanya. Toni kemudian berdiri dengan tubuh gadis di antara kedua kakinya kemudian ia menarik rambut gadis itu hingga ia bangun dan duduk di hadapannya, orang yang lain mulai bersorak dan bersuit. Toni memajukan pinggulnya ke arah wajah gadis itu, tepat di depan mata yang bersinar ketakutan.

“Lo mau ini, gadis manis?” tanyanya sinis, memajukan pinggulnya hingga benjolan di bawah ikat pinggangya bersentuhan dengan hidung gadis itu. Gadis itu mengeluarkan suara erangan yang menyedihkan, kemudian memalingkan wajahnya. Toni langsung marah dan meraih kepala gadis itu dengan kedua tanganya untuk kemudian dibenamkan ke bagian bawah tubuhnya itu.

“Gue nggak peduli lo mau apa nggak!” bentaknya pada gadis itu,
”Tapi lo tetep musti ngerasain semuanya, tapi yang jelas bakalan sakit!”

Gadis itu memejamkan matanya dan menahan nafasnya ketika kepalanya dipegangi dan dibenamkan ke tubuh orang itu. Toni kemudian mendorong kepala gadis itu hingga membentur lantai, kemudian menariknya kembali ke arah pinggulnya.

“Buka mulut lo brengsek! Lo musti liat barang gue!”

Gadis itu membuka matanya dan gemetar sakit dan ketakutan. Toni kemudian melepaskan pegangannya dan dengan kasar melepaskan kain yang menyumpal di mulut gadis itu dan membuangnya ke lantai. Roy memungutnya dan mengusapkannya ke bagian tubuhnya yang sudah menegang juga. Sementara itu gadis itu berbaring megap-megap menghirup udara, mulut dan tenggorokannya terlalu kering untuk bisa bersuara. Toni merogoh saku jeansnya dan mengeluarkan pisau lipat. Ia membuka pisau itu dan menempelkannya ke leher gadis itu. Pancaran rasa takut di mata gadis itu membuat penis Toni makin sakit karena terlalu tegang. Tiba-tiba Toni membalikan tubuh gadis itu dan memotong ikatan tangannya. Tangan gadis itu terbebas dan tubuhnya kembali dibalik dan ditarik hingga terduduk lagi.

Kendati tenggorokannya kering gadis itu berhasil membuat suara yang terdengar lirih dan kering.

“Kenapa?” tanya gadis itu hampir tak terdengar.

Semuanya tertawa.

“Karena lo ada di tempat yang salah, di waktu yang salah, Gita sayang. Tadinya gue mau nyewa WTS di hotel itu buat ngerayain ulang taun anak gue yang ke enam belas. Tapi pas kita mau nyewa cottage, eh pas lo lewat di depan kita. Kebetulan anak gue seneng banget kalo liat video klip lo di TV. Abis lo seksi banget sih, mana dada lo bunder banget lagi. Anak gue nge-fans banget sama lo, dia biasa onani sambil liat video klip lo! Jadi apa salahnya kalo kita pake lo buat ngerayain ultah anak gue.” Kata Johan menyeringai.

“Kan biasa aja. Lo biasa diundang buat nyanyi, sekarang lo nggak usah nyanyi lo tinggal ngelayanin kita semua pake badan lo aja. Yang jelas ultah anak gue emang paling spesial taun ini, soalnya lo, Gita, penyanyi yang terkenal mau jadi bagian. Betul nggak?!”

Ketiga orang yang lain hanya menyeringai mendengar perkataan Johan. Toni kembali mendorong kepala Gita hingga terbenam ke pinggulnya, sekarang keras sekali hingga ikat pinggang Toni membekas di dahi Gita. Setiap bagian dari tubuh Gita yang telanjang bulat gemetar. Walaupun ia masih perawan dan selama ini belum pernah melihat penis, selain cerita dari teman-temannya, ia menyadari bahwa benjolan yang dirasakannya sekarang adalah penis yang telah menegang dan siap digunakan.

Terima kasih ya Gita sayang. Pelayanan lo bener-bener bikin gue bahagia, Ini ulang tahun yang bakal gue inget selama hidup gue,” kata Dan sambil mengusap pipi Gita dan mencium bibir Gita.

Gita hanya memandang Dani, kemudian Johan sebelum akhirnya tubuhnya ditarik oleh Roy dan Toni keluar dari mobil. Tubuh Gita terhempas ke pinggir jalan yang berumput.

Gita masih bisa melihat lampu belakang mobil itu bergerak menjauh, ia masih sempat melihat langit yang berbintang sebelum ia menutup matanya tak sadarkan diri.

==oo0oo==

Marissa, Karyawati Bank

Gadis itu tinggi badannya 170cm dengan postur tubuh yang sepadan hemm.. Lekuk bodinya yang sangat gitar itu sangat merangsang. Belum lagi pakaiannya yang tertutup tapi terbuka. He he hee.. Maksudku dia mengenakan blus merah yang tertutup dari lehernya dengan berkerah shang-hai dengan kancing-kancing warna emas yang manis dan tertib berbaris dari leher hingga bagian bawah pinggangnya. Memakai rok warna hitam yang 10cm dari lutut, bersepatu mirip pantovel dengan tali yang melintang di bawah pergelangan kakinya.. Payudaranya yang berukuran 36B itu.. Rambutnya terurai panjang hingga punggung, wajahnya yang cantik nyaris serupa dengan penyiar sebuah stasiun TV Grace Natalie.



Marissa namanya, selalu mengusik kalbuku hingga kini. Aku mulai mengenalnya dalam sebuah pertemuan, dia adalah supervisor bagian valas disebuah bank terkemuka di ibukota. Kebetulan waktu itu tampil dalam business gathering sebagai penyanyi dari trio tiga cewek, teman sekerjanya. Aku adalah seorang eksekutif..

Pernah gagal dalam pernikahan jadi kini sendiri kalau orang bilang sih duren, duda keren he he he. Sejak pertemuan business gathering, aku semakin tertarik padanya; dengan segala usahaku mencari tahu nomor ponselnya, kemudian aku menjadi nasabahnya.. He he he perlu modal juga nich untuk pe de ka te sehingga diam-diam aku bisa setiap hari menelponnya untuk ikut main valas. Pada suatu kesempatan yang baik, aku berhasil mengundangnya makan siang, keluar sebentar dari kantornya. Berusaha aku menyatakan ketertarikanku.. Dan dia menolaknya cukup halus namun terlalu tegas bahasanya hingga hati ini tersinggung, sakit rasanya hatiku saat cintaku nyata-nyata ditolaknya.

Dikesempatan lain saat aku menelponnya guna menanyakan kondisi valas hari itu, dilayaninya dengan dingin sehingga yang berkembang dari dalam hati ini adalah amarah yang begitu besar karena merasa harga diriku telah terinjak-injak.

*****

Marissa tak berkutik, matanya mendelik melihat wajahku. "Haa.. Ha.. Ha.. Haa!!" Sia-sia saja dia karena aku memakai topeng twinky winky teletubbies. Tangannya sudah terikat erat ke belakang oleh tali plastik warna kuning yang melilit dan melingkari buah dadanya yang menyembul. Menggenakan 'kostum sexynya' seperti saat aku memandangnya pertama kali itu. Blus merah itu lho.. Kakinya yang panjang dan sexy itupun sudah tak berdaya dan terikat jadi satu mulai dari kedua lututnya, kemudian kakinya yang bersepatu sexy itu. Oh.. Aku sungguh sangat terangsang melihat keadaannya yang sangat tidak berdaya itu. Aku adalah penggemar berat shibari hogtie ala Jepang yang sangat indah dan teliti dalam ikat mengikat. Hemh.. Ini juga salah satu kegagalan pernikahanku karena mantan istriku sangat tidak suka untuk aku ikat.

Marissa masih meronta-ronta tak berdaya di apartemanku. Matanya akhirnya aku tutup dengan lakban sebagaimana aku menyumbat mulutnya. Bagaimana dia bisa ada di kamarku? Biar pembaca tidak penasaran.. Beginilah ceritanya. Waktu itu menunjukkan kira-kira jam 23.00. Suasana di jalan relatif sepi di Senin malam itu. Lama telah aku pelajari bahwa di akhir bulan Marissa biasanya pulang jam 23.00 dan mengendarai taxi. Aku telah memarkirkan Mitsubishi Kudaku 10 meter sebelum kantornya.. Biasanya Marissa pasti berjalan sejauh itu untuk mencari taxi karena tidak ingin bersaing dengan pemakai taxi lainnya. Aku berdiri di sisi jalan dengan kepala bertopi dan berkacamata hitam. Secepat kilat aku menyambar mulutnya dengan saputangan yang mengandung cloroform. Marissa langsung lemas.. Langsung aku angkut ke dalam jok mobil belakang. Serta dengan langkah awal pengamanan aku sumbat mulutnya dengan lakban serta mengikat tangannya ke belakang dengan lakban yang sama. Aku bergerak meninggalkan tempat itu, melarikan mobilku ketempat yang lebih sepi. Ku parkir sejenak..

Kulihat Marissa masih belum sadar.. Hemm langsung aku pindahkan ke dalam sebuah koper besar yang sudah kusiapkan dibagasi. Lalu meluncurlah Kudaku menuju apartemant. Tanpa curiga apa-apa pihak keamanan hanya tersenyum saat aku tiba dan mendorong koperku itu masuk ke lift.. Naik ke lantai 14 masuk ke apartemanku 1404. Kubuka koperku, Marissa yang masih belum sadar itu aku ikat ulang dengan tali plastik kuning.. Yach begitulah ceritanya.

"Mmmpphh.. Mmmpphh.. Praanngg!!" Lamunanku buyar saat kulihat Marissa meronta-ronta hingga kakinya menendang gelas wineku hingga terjatuh dan pecah!
"Crreett.." Lakban yang menutup matanya aku lepas. Sementara aku sudah melepaskan topeng teletubbies yang kupakai. Sadar Marissa bahwa dia diculik olehku, matanya menunjukkan kebencian dan kemarahan namun hanya mmpphh.. mmpphh.. saja yang terdengar di kamarku.

"Oh Chachaku sayang.. Kalau kamu tidak menolak cintaku, kejadiannya tidak akan seperti ini.."

Wajahku menunjukkan penyesalan padanya lalu perlahan aku cabut lakban yang membungkamnya sambil mengancam.

"Awas kalau kamu berteriak..".

"Mmmpphh.. Haah.. Haah.." Marissa mengambil nafas.
"Apa yang kamu lakukan Mas Dody.. Di mana aku sekarang.. Lepaskan aku.. Lepaskan ugh.. Ugh," kalimat yang pasti akan keluar dari mulut Marissa sambil meronta-ronta.

"Wallah.. Kamu ini lucu sekali.. Mana mungkin aku lepasin kamu ha.. Ha.. Ha.. Haa..!"
 "Tenanglah Chacha, kamu aman di sini.. Salahmu menolak cintaku beginilah akibatnya..!"

 "Apa yang Mas mau dari saya? Kenapa Mas menculik saya?" tanyanya

"Sudah..!! Kamu diam dulu.. Kalau enggak aku lakban lagi mulutmu!!" ancamku seraya bersiap-siap merobek lakban..

"Jangan Mas.. Jangan" Lalu aku bopong Marissaku yang terikat itu ke kamar tidur yang satu lagi di apartemanku. Aku baringkan dia di tempat tidur itu serta menutup tirai-tirai yang ada di kamar itu serta membiarkannya terikat disitu dengan lampu menyala.

"Selamat beristirahat Chacha.. Semoga kamu betah disini.." ledekku kemudian mengunci kamar itu dari luar.

Jadilah Marissa terikat erat dan disekap di salah satu kamar di apartemanku. Di kamar itu sudah aku siapkan kamera ccTV yang sangat kecil terpasang tepat menyoroti tempat tidur sehingga aku dengan mudah memonitor keberadaannya dari kamar tidurku. Malam itu aku membiarkan Marissa 'menikmati' keberadaannya di kamar itu. Aku hanya mengamatinya dari kamarku saat melihatnya bergerak meronta-ronta di kamarnya.

Pagi itu aku sempat menengoknya di kamarnya lalu kusuapi dirinya dengan sarapan pagi nasi goreng buatanku.

"Siapa yang masak Mas.." Marissa yang sudah agak tenang, dalam keadaan terikat erat, mulai membuka pembicaraan.

"Siapa lagi?" balasku bertanya.

"Mas.. Aku mesti ke kantor nich.. Lepasin dong.."

"Kamu bohong.. Kamu khan baru mulai cuti 2 (dua) minggu.." sergahku.

"Wah kok Mas tahu??" 

"Senin siang aku telpon kamu mau tanya Euro, seperti biasa kamu dengan sombongnya menolak telponku.. Tanpa sengaja kolegamu bilang kamu mau cuti besok.. Nah berliburlah kami disini haa.. Ha.. Ha.. Haa..!"

Sejenak wajah cantik yang agak tenang itu berubah khawatir.. Aku memang sudah mempelajari kehidupannya. Marissa yang mandiri ini memang hidup jauh dari Ayahnya di Surabaya. Ibunya sudah wafat 5 tahun yang lalu dan Ayahnya kawin lagi. Marissa mengontrak di salah satu rumah susun yang cukup representatif di kawasan Benhil. Jadi bagiku sungguh tepat momentum yang kudapatkan untuk menculiknya.

Usai sarapan dan minum teh hangat, mulutnya aku jejali saputangan yang masih mengandung cloroform.. Lalu aku sumbat lagi dengan lakban, kembali Marissa tertidur lalu aku mengunci kamarnya dan meninggalkannya untuk pergi ke kantor. Sebagai seorang eksekutif, jam kerjaku lebih fleksible. Jam 13.00 aku mampir ke rumah untuk melihat keadaan tawananku.

"Halo Chacha.. Kamu tidak nakal di rumah khan??" sapaku.

"Mmmpphh.. Mmpphh.." jawabnya.

"Bentar.. Bentaarr.." lalu aku buka lakbannya.

"Lapar yaa?" Marissa hanya mengangguk.. Lalu

"Mau pipis.." lanjutnya.

Langsung aku membopongnya dipundakku, membawanya ke toilet.. Menyingkapkan roknya ke atas, menurunkan pantynya dalam keadaan kaki masih terikat serta menunggunya.

"Maass, sudah.." Aku bantu dia membersihkan vaginanya lalu aku bopong kembali ke kamarnya.

"Chacha.. Baik-baik ya kamu di sini.. Jangan macem-macem, nanti jam 18.00 aku kembali," ujarku sambil membiarkannya terikat tanpa menyumbat mulutnya.

Dua hari sudah aku menyekap Marissa di rumahku. Hari-hari dijalaninya dengan ketidak berdayaan. Aku belum berniat melakukan apa-apa pada dirinya, hingga pada suatu hari. Aku pulang agak malam dan agak mabuk karena terlalu asyik dengan mitra kerjaku. Aku sangat bernafsu saat melihatnya tertidur pasrah terikat di kamarnya. Mulutnya hari ittu kembali aku lakban..

Ough naluriku bangkit saat melihatnya hari itu tetap terlihat sexy. Tanpa ia sadari.. Aku lepaskan ikatan di kakinya namun melipat dan mengikatnya ke betis masing-masing, setelah sebelumnya celana dalamnya aku lepaskan.

"Aaarrgghh.." suara Marissa terkejut saat tanpa basa-basi aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang masih kencang itu dan disambut darah segar keperawanannya. Serta merta aku menggenjot tubuh Marissa mulai dari perlahan hingga semakin cepat berirama.

"Ooh.. Oh.. Ooohh..!" desah Marissa. "Aaahh.." puas diriku berejakulasi pada rahim Marissa seiring sprema yang menyembur tumpah ruah ke rahimnya lalu terkulai lemas di sisi Marissa. Lalu aku membelai-belai rambutnya yang panjang terurai itu sambil berbisik, "Aku pasti mengawinimu Chacha.. Aku akan menjadi ayah untuk anakmu"

Marissa hanya bisa menangis terisak-isak. Sejak kenikmatan itu, aku selalu memuaskan nafsuku untuk terus-menerus memperkosa Marissaku yang sexy itu. Hidup yang penuh kesendirian ini menjadi begitu bergairah.

Setiap hari itu juga aku tunjukkan cintaku dan perhatianku padanya, meski tidak pernah aku lepaskan ikatan di tubuhnya. Dalam masa penculikan itu, Marissa mulai ketagihan dan tidak jarang dia yang mulai meminta.

"Mas Dody.. Perkosa aku dong.." Aku lihat Marissa tidak sedang pura-pura; nyaris seminggu dia disekap di apartemanku membuatnya ketagihan dengan gaya pemerkosaanku. Sekali ini untuk pertama kalinya aku 'memperkosa'nya dengan foreplay, he he he mana bisa begitu ya.. Tapi hari makin hari mungkin Marissa merasakan sayang dariku meski segalanya berawal dari sebuah penculikan. Namun aku bisa rasakan bahwa dia mulai mencintaiku. Tidak adalagi permintaannya untuk melepaskan ikatannya karena hari ke dua ke tiga aku sempat melepasnya untuk mandi dan hanya terbelenggu borgol pada kedua tangannya atau kadang hanya mengikat kakinya dengan rantai yang biasa dipakai untuk anjing..

Atau sesekali membiarkannya terikat rantai anjing itu di sebuah pilar yang ada di apartemanku. Jadi tidak selamanya Marissa terikat seperti manakala pertama kali aku culik. Memang aku belum terlalu yakin 100% kalau dia tidak akan melarikan diri. Tapi yang aku tahu pasti, aku senang melihatnya terikat karena gairahku akan bangkit dan pada akhirnya bisa membahagiakannya. Memasuki minggu kedua.. Sisa 4 hari lagi Marissa akan kembali bekerja; aku mengembalikan keberadaannya sebagaimana korban penculikan.. Aku jadi sangat tidak ingin melepaskannya.. Aku berniat menculiknya dan mengikatnya selama-lamanya.

==oo0oo==

Senin, 18 Februari 2013

Sebuah Pertunjukan

Seminggu ini adalah tujuh hari yang special, sebab Yessy akan pura-pura menjadi anak angkat Pak Eko. Pak Eko memerlukan Yessy menjadi anak angkatnya karena dia terlibat sebuah kerjasama dengan seorang businessman Amerika kaya raya yang akan datang seminggu ini. Pak Eko ingin memanfaatkan kecantikan Yessy untuk menarik hati businessman ini dan jika berhasil maka uang jutaan dolar akan masuk ke kantong Pak Eko, sang dosen yang kaya raya.

Yessy adalah mahasiswa bimbingan Pak Eko yang sedang menerima bimbingan untuk thesisnya di Fakultas Psikologi di Bandung. Dengan terpaksa dia bersedia menjadi anak angkat Pak Eko, berkaitan dengan kesediaan Pak Eko memeriksa thesisnya.

Pagi ini Yessy terbangun dengan tubuh yang lemas, kejadian semalam sulit dibayangkan dengan akal sehat. Bekas sperma yang mengering di sekujur parasnya yang elok, terlihat memanjang turun karena meleleh ke leher dan payudaranya, belum terhitung yang ada di rambutnya. Tidak ada sehelai benangpun yang melekat ditubuhnya.

Kemarin malam adalah pesta terliar yang pernah dia alami dalam hidupnya. Pesta itu bersetting di sebuah rumah mewah yang memiliki ruangan yang ditata seperti diskotik. Lampu-lampu warna-warni tampak silih berganti menyorot ruangan berganti-gantian mengikuti irama musik, di tengah-tengah ruang ada sebuah panggung bulat. Namun keadaan yang hingar bingar di dalam rumah tidak terdengar dari luar rumah. Dari luar pagar rumah yang berdinding beton hampir 3 meter sekelompok orang bertubuh kekar dengan berseragam hitam-hitam yang menjaga pintu masuk.

Tampang mereka sangar dan sangat ketat menyeleksi tamu yang datang. Hal itu terlihat ketika ada sebuah mobil jaguar yang mendekat, para petugas ini langsung keluar mengetok jendela dan terlibat pembicaraan yang singkat, kemudian kedua orang dari mobil tersebut turun dan berjalan masuk. Para petugas kekar itu dengan sigap membuka pagar dan kemudian memarkirkan mobil tersebut ke parkiran bawah tanah yang terletak didalam rumah tersebut.

Di dalam ruangan suasana sudah ramai. Tampak dari hampir 30 tamu lelaki yang datang semuanya dari kalangan “the haves”. Para lelaki itu sebagian besar adalah top manajemen dari perusahaan-perusaahaan besar dan tidak sedikit ada expatriat-expatriat juga. Diatas panggung ada pertunjukan tari striptease yang dibawakan oleh 5 penari yang berparas cantik, muda dan sexy. Rata-rata masih 20-25 tahun.

Sebagian orang duduk di kursi sambil bercerita dan sesekali melihat pertunjukan. Sebagian lagi mengambil makanan yang disajikan di atas sebuah meja panjang yang terletak sepanjang dinding belakang. Para pelayannya semuanya cewek-cewek seksi yang berbaju bikini. Tampak Pak Eko dan beberapa temannya sedang berdiri bercakap-cakap di salah satu sudut ruang. Tiba-tiba pembawa acara muncul di tengah ruangan. Ruangan yang semula ramai pelan-pelan menjadi sunyi, lalu sang pembawa acara mulai berbicara.

“Selamat malam Bapak-bapak sekalian, malam ini dengan bangga kami membuka pesta Ulang Tahun Bapak Tony. Semuanya sudah tersedia bagi kepuasan bapak-bapak sekalian. Silakan menikmati hidangan dan minuman dari berbagai model anggur, bir, champaigne dan sebagainya. Semuanya ini akan di layani oleh pelayan-pelayan seksi. Pelayan-pelayan ini semuanya available untuk di ajak kencan, dengan kalau ada bapak-bapak yang pingin berintim ria secara prifat gandeng saja cewek mana yang bapak-bapak suka dan silakan mempergunakan kamar di lantai 2. Semua cewek-cewek disini siap melayani bapak-bapak sekalian dengan segala macam service.” Lanjutnya bersemangat.

“Dan jangan lupa puncak acara kita akan di mulai jam 9 malam.”

Sambutan itu di sambut dengan tawa hangat dan tepuk tangan. Musik pun berdetum kembali. Kali ini di atas pentas muncul tarian lain yaitu tarian dangdut bugil. Para tamu kembali bersorak-sorak. Sebagian ikut naik ke panggung dan bergoyang bersama para penari yang tidak mengenakan sehelai baju pun. Tangan mereka memeluk meremas dan mengelus para penari tersebut. Botol demi botol minuman berakhohol dibuka dan mengalir begitu saja. Begitu memasuki puncak acara tiba-tiba musik berhenti dan tampak beberapa orang mengangkat sebuah kado raksasa ke atas pentas. Setelah itu pembawa acara berkata.

“Ok Sekarang adalah puncak acara yang saya janjikan. Didalam kotak ini adalah permainan kita malam ini. Kado ini merupakan sebuah pertunjukan untuk melengkapi kenikmatan bapak-bapak yang sudi datang malam ini” Kotak Kado raksasa itu pun di buka.

Para undangan langsung terhenyak ketika melihat ternyata dalam kotak berdiri seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Yessy. Yessy mengenakan blouse pink dan rok mini hitam, sepasang kakinya yang mulus dibalut oleh stocking hitam dan sepatu berwarna putih model pantofel dengan ban yang menghubungi kedua mata kakinya, berhak tinggi setinggi 7 cm. Yang tampak lain adalah kedua tangannya terikat di belakang dan dalam mulutnya terdapat sebuah jeruk sehingga suara yang keluar dari mulutnya cuma haa.. Aaa.. Haah.

“Malam ini nona manis ini akan mempertunjukan sesuatu yang tidak akan terlupakan. Ini adalah sebuah acara lelang, masing-masing orang boleh buka harga dan siapa yang menang maka perintahnyalah atau keinginannyalah yang dilaksanakan.”

“Sebelum acara di mulai akan kita undi siapa yang mendapatkan kesempatan untuk menelanjangi cewek manis ini.” Pembawa acara kemudian menutup matanya dan mengambil sebuah kertas yang sudah di persiapkan sedemikian rupa.

“No.10″ Teriak sang pembawa acara lantang.

Seorang pria muda langsung berteriak dan maju. Dengan senyum mesumnya ia mendekati Yessy, Yessy langsung menggeleng-gelengkan kepalanya seolah-olah tidak percaya dengan acara yang dirancang untuknya. Setahunya, ia hanya disuruh menemani acara lelang tapi ia sendiri tidak tahu akan di begitukan.

Dengan sigap lagi-laki itu menggunting blouse Yessy, gunting stenlis itu bersentuhan dengan kulit mulus Yessy, ia menggeliat kecil merasakan benda dingin di pinggangnya. Pelan tapi pasti akhirnya bajunya lepas kemudian roknya dan kemudian stocking dan sepatunya. Tapi atas permintaan para undangan akhirnya sepatu kembali di kenakan.

Yessy berdiri kikuk di depan dengan hanya push-up bra dan celana dalam saja. Ia tertunduk malu tidak berani menatap para hadirin yang semakin ramai meneriaki dan bersuit-suit. Pipi dan telinganya tampak merah karena malu. Tiba-tiba “ploop” dadanya yang indah menyembul seiring dengan bra-nya yang putus digunting. Hawa dingin di ruangan tersebut langsung membuat puting susu indahnya yang merah jambu menonjol bagaikan ujung penghapus pensil. Pembawa acara langsung menyodorkan tangannya untuk mengelus dan menjepit puting susu tersebut dengan jari jempol-telunjuk.

Yessy langsung menjerit-jerit tapi suaranya hilang tertelan oleh suara penonton yang meneriakinya. Pembawa Acara kemudian menemukan ide lain. Ia memaksa Yessy berjalan memutar-mutari panggung dengan cara menarik puting susunya. Dengan tangan yang terikat di belakang dan puting susu yang kesakitan, Yessy tidak bisa menolak. Acara itu ditutup dengan melorotkan celana dalam Yessy sehingga Yessy berdiri bugil tanpa sehelai benangpun di hadapan hadirin. Ia tidak bisa menutup auratnya dengan tangan karena terikat di belakang. Yessy di paksa menundukan kepala mengucapkan terima kasih dan kemudian ada tirai yang menutup dari atas.

Acara lelang dibuka, semua orang memasukan harga dalam amplop tertutup dan yang 3 pemenang terbesar akan mendapatkan kesempatan untuk mengerjai Yessy dalam waktu 30 menit di depan umum. Jadi nasib Yessy akan sepenuhnya menjadi hak ke 3 orang yang beruntung ini. Dewan penilai dengan cepat menyeleksi amplop tersebut kemudian mengumumkan ke 3 pria beruntung malam itu.

“Pak Budi, dengan tawaran sebesar 175 juta rupiah, selamat untuk Pak Budi”

“Pak Oke, dengan tawaran sebesar 160 juta rupiah, dan yang terakhir Pak Endo dengan tawaran 150 juta rupiah.”

“Silakan menuju ke belakang panggung untuk mendiskusikan rencana dana dengan ’sutradaranya’ di ruangan samping.”

“Yang tidak mendapat kesempatan tidak usah kecewa karena setelah ini ada kesempatan buat saudara-saudara semua selain itu juga saudara-saudara dapat menonton acara yang sedang di susun ini.”

Sesaat kemudian acara siap dimulai lagi, kali ini Pak Anton yang mendapat tempat dan waktu untuk memulai pertama kali. Judul Sesinya “Putri Mulus”. Layar kembali diangkat dengan setting kursi kayu besar dan Yessy yang duduk diatasnya dengan model santai tapi kedua tanganya terikat di atas kepalanya dan kedua pahanya di rentangkan ke tangan kursi dan diikat. Mulutnya di sumpal dengan menggigit sebatang kayu yang ujung-ujungnya diikat di belakang kepala.

Sepasang bel kecil di jepitkan pada kedua puting susunya sehingga setiap kali dia mengubah posisi atau menggeliat pasti terdengar bunyi “ting-ting-klinting”. Sebuah pisau cukur tajam dan sebotol foam bercukur yang terletak di atas meja samping kursi. Yessy betul-betul telanjang bulat dan duduk dengan posisi tersebut memperlihatkan bulu-bulu kemaluannya yang lebat dan indah. Bibir kemaluannya tampak menyembul dan merekah indah mempertunjukkan liang vaginanya yang merah basah. Mata Yessy terpejam namun oleh sang Pembawa Acara memaksanya membuka mata dan menatap ke penonton.

Tangan sang tukang cukur kemudian mengelus-elus hamparan bulu indah di depannya, bahkan acara tersebut di filmkan oleh seorang kameramen yang memang sejak tadi meliput acara ini. Jarinya di putar-putarkan di sekitar bibir kemaluan Yessy, Semua orang yang melihat menahan napas dan tidak berani mengkedipkan mata. Jari yang semula hanya bermain di permukaan mulai menusuk ke dalam.

Yessy mulai menggeliat selah-olah kegelian dan tidak nyaman. Gerakan jari tersebut semakin cepat dan Yessy mulai merintih dan napasnya menjadi pendek dan berat. Semakin lama temponya semakin cepat, jari-jarinya dengan lincahnya maju mundur, sampai akhirnya si Yessy memekik tertahan dan dia orgasme, lendir keluar membasahi bibir kemaluannya dan meleleh ke kursi kayu sehingga membentuk genangan lendir. Semua orang bertepuk tangan dan suasana menjadi ramai. Yessy hanya menarik napas panjang dan tampak kehabisan tenaga. Tukang cukur tersebut mengeluarkan jarinya dari lubang vagina Yessy dan mempertunjukan jarinya yang basah ke para hadirin yang disambut dengan tepuk tangan yang lebih meriah.

Selanjutnya ia menjilat jari tersebut sampai bersih. Genangan lendir di kursi itu disapunya dan di oleskan ke kening dan pipi Yessy yang tidak berdaya. Selanjutnya ia menyemprotkan foam cukur menutupi seluruh bagian rambut-tambut kemaluan Yessy. Kemudian setitik dari foam itu di taruh di atas hidung Yessy dan kemudian ia berpose dengan memegang pisau cukur dan “klik.. Klik” beberapa dari para undangan mengambil foto ekslusif untuk keperluan pribadi.

Tukang cukur itu kemudian beraksi dan dengan terampil ia memainkan pisau cukur itu diatas kemaluan Yessy. Dia bekerja dengan teliti memeriksa dengan seksama kesemua sela-sela bibir kemaluan untuk meyakinkan tidak ada lagi bulu yang tertinggal alias mulus. Yessy tidak berani menggeliatkan bagian bawah tubuhnya karena takut terluka. Dia hanya menahan napas sambil terus menatap penonton.

Kemaluan dibersihkan dari sisa-sisa foam dan Simsalabim, gadis cantik seksi usia 20 tahun itu siap untuk menggemaskan para penonton, Yessy tampil dengan kemaluan yang tak berbulu bagaikan anak bayi. Yessy sampai terguncang-guncang saking shocknya ketika ia menundukkan kepala melihat hasil tersebut. Bel di puting susu nya berdenting kencang seolah-olah meneriaki kegirangan seorang anak yang baru mendapatkan hadiah.

Seorang bapak di pilih secara acak untuk naik dan mengetes kemulusan kemaluan Yessy, tangan bapak itu di bimbing untuk menyentuh kemaluan Yessy dan di kemudian mengelus-ngelusnya. Entah karena masih terangsang atau karena malu Yessy kembali mengerang-erang dan merintih.

“Mau dijilat” tawar sang pembawa acara, yang dijawab dengan anggukan malu bapak tersebut. Entah kenapa bunyi bel yang berdenting kembali terdengar seiring dengan jawaban bapak tersebut. Bapak itu kemudian berjongkok, kedua tangannya memegang masing-masing sisi bibir kemaluan dalam dan menariknya ke samping untuk membukannya tampak lendir baru mulai membasahi dinding vaginanya.

Warna merah jambu yang basah betul-betul menggugah nafsu. Lidahnya kemudian mulai disapukan dari bawah ke atas dengan irama tetap. Rintihan Yessy kembali terdengar ditambah dengan bunyi bel yang berdenting mengikuti irama satu-satu pada jilatan tersebut. Jilatan itu makin lama makin cepat dan dalam keadaan tangan terikat ke belakang, Yessy kembali masuk dalam kenikmatan tingkat tinggi yang sulit dilukiskan. Pada akhirnya Yessy kembali memekik dan dia orgasme untuk kedua kalinya malam itu. Bapak itu bangkit berdiri dan kemudian menghadap penonton tampak bibirnya dan sekujur mulut dan hidungnya basah berkilat-kilatan.

“Bagaimana rasanya?” Tanya Sang Pembawa Acara.

“Baunya aneh tapi membuat semangat dan rasanya sedikit asin tapi yummy” jawab bapak itu lugu dan ia di beri kesempatan untuk mencium Yessy sekali. Layar kembali tertutup.

Sesi kedua di buka 10 menit kemudian. Panggung diangkat dan tampak sebuah meja kecil dan kursi bulat yang aneh. Kursi itu adalah kursi bulat dari kayu yang pada dudukannya terdapat sebuah dildo kayu yang panjangnya 15 cm keduanya melekat tanpa sambungan karena memang dirancang khusus untuk keperluan khusus. Judul sesi ini adalah “Makan Malam Sang Putri”. Dengan tubuh telanjang Yessy berdiri di samping meja tersebut hanya sepatu yang masih menempel di tubuhnya, kali ini tangannya bebas dan mulutnya juga tidak di sumpal apa-apa. Matanya memandang kursi aneh tersebut dengan padangan yang mendegupkan jantung, kursi itu bagaikan mimpi buruknya.

“Tentunya kamu sudah lapar bukan? Selamat menikmati hidangan” Kata sang pembawa acara itu sambil merapikan rambut Yessy.

“Sebelumnya karena peraturan sewaktu makan adalah harus sopan, duduk dengan baik di meja makan maka sekarang silakan duduk”

“Tapi....” Yessy kembali menatap sang pembawa acara dengan mata memohon.

“Oh ya ada yang kelupaan..” Sang pembawa acara itu mengambil sebotol jelly pelumas dan menumpahkannya ke tangan lalu di oleskan ke dildo kayu yang berdiri tegak di bangku tersebut.

“Nah Silakan duduk”

Yessy maju ke bangku itu dibimbing oleh sang pembawa acara dan ia membantu Yessy memposisikan kemaluannya tepat diatas dildo tersebut. Pelan tapi pasti ia menekan pundak Yessy turun ke bawah. Bibir pada kemaluannya yang mulus itu membuka dengan tidak berdaya di terobos batang kayu nan perkasa itu. Sedikit demi sedikit masuk dan menekan ke segala arah. Rasanya seperti melahirkan bayi, hanya saja tidak sesakit itu. Ada perasaan aneh yang timbul seperti ada benda aneh di dalam perutnya.

Kini ia sudah duduk dengan mantap. Tapi kakinya ditekuk dan betisnya kemudian diikat ke pahanya, sehingga Yessy duduk dalam posisi menggantung. Posisi kursi tersebut agak melengkung sehingga menyebabkan keseimbangan mudah berubah sehingga akan Yessy harus terus mengontrol keseimbangan dengan bergeser kekiri atau kekanan. Pergeseran itu menyebabkan posisi dildo dalam vaginanya berpindah-pindah sehingga menimbulkan perasaan terangsang yang aneh.

“Oke Hidangan pembuka malam ini adalah Sashimi cacing. Cacing ini bukan cacing sembarangan lho, ini cacing hiegenis yang kita impor khusus dari Jepang, memang masih hidup dan menggeliat tapi bukan berarti tidak bisa di makan lho.”

Promosi sang pembawa acara. Mata Yessy langsung terbelalak ketika melihat semangkuk penuh cacing gemuk segede jari-jari lentiknya yang masih hidup dan menggeliat. Dengan perasaan mau muntah ia mencoba menghabiskan menu pembukanya. Satu persatu cacing itu menghilang ke dalam mulutnyaa Ia harus mengambil cacing tersebut dengan jarinya dan memasukkannya ke dalam mulut. Dikunyah-kunyah dengan cepat dan langsung ditelan tanpa air karena memang tidak di sediakan air untuk minum. 5 menit dia habiskan untuk melahap habis semangkuk penuh cacing tersebut.

Menu utamanya berupa sepiring sup kental aneh berwarna putih yang diberi daging hitam kecil seperti kerang. Yessy memakannya dengan sendok sampai habis. Hanya butuh waktu 2 menit untuk menghabiskannya. Rasanya lumayan aneh terutama dagingnya yang agak tawar dan kriuk-kriuk. Tiba saatnya sang pembawa acara kemudian menjelaskan bahwa sup itu dibuat dari nasi yang di juice dengan segelas sperma segar sumbangan dari para koki yang entah siapa, sedangkan daging hitam tersebut adalah bakwan kalajengking (di sebuah tempat makan terkenal di Beijing Cina, orang sudah biasa makan kalajengking yang di panggang diatas tusuk sate, per tusuknya sekitar 5000 rupiah).

Yessy langsung merasa makanannya tersebut mau keluar semua mendengar penjelasan tersebut. Makanan penutup hanya sebuah mangkok kosong besar. Tiba-tiba seorang koki datang dengan hanya mengenakan celana dalam. Ia melorotkan celana dalamnnya dan memasukan jarinya ke lubang pantatnya sendiri kemudian jari yang kotor itu disodorkan ke mulut Yessy.

“Buka mulutnya say” katanya dan begitu Yessy membuka mulut ia memasukan seuruh jari itu ke dalamnya. Yessy kontan memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam mangkuk besar di depannya.

“Nah sekarang kita sudah punya makanan penutupnya.”

Pembawa acara itu mengaduk-aduk muntahan itu dengan sebuah sendok sup. Yessy menghabiskan seluruh hampir setengah jam untuk memaksakan sendok demi sendok muntahan itu ke perutnya.

Sesi ke tiga lebih ekstrim lagi. Kali ini kedua tangannya Yessy di ikat di belakang. Dia jongkok di atas panggung. Dalam keadaan berjongkok pahanya dibuka kesamping sehingga mempertunjukan kemaluannya yang mulus tak berbulu dengan bibir kemaluan yang merekah bagai bunga mekar. Permainan yang ketiga adalah “Putri Sang Peminum”. Pahanya yang terentang di ikat ke sedemikian rupa sehingga pahanya tidak bisa ditutup dan Yessy akan terus jongkok selama 1 jam kedepan.

Semua orang berlomba-lomba untuk mengencingi Yessy ada yang tidak tahan malah bermasturbasi dan menumpahkan sperma ke seluruh muka dan badan si Yessy. Kencing di arahkan ke bagian seperti wajah rambut dada dan banyak sekali yang langsung di arahkan ke dalam mulut. Dengan jumlah hadirin sekitar 30 orang dan masing-masing kencing sekali aja. Entah berapa liter kencing yang sudah masuk ke dalam perutnya. 1 Jam kemudian Yessy sudah basah kuyup oleh kencing dan sekujur rambut dan wajah dan dadanya penuh dengan sperma.

Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan acara buang air kecil oleh Yessy sendiri. Untuk itu ditaruh sebuah mangkuk kaleng di celah antara kakinya. Yessy sendiri sudah sangat kebelet dan pingin sekali buang air kecil. Tapi ia tidak ingin buang air kecil dengan terikat dan di depan umum seperti ini. Sangat memalukan. Semua orang akan tahu bagaimana ia buang air kecil. Bagaimana cairan kencing itu keluar dari kemaluannya tentu akan membelalakkan mata semua orang. Kameramen sudah bersiap-siap merekam kejadian langka dan mendebarkan ini.

Sang Pembawa Acara mengetahui bahwa sebenarnya Yessy seharusnya pingin sekali buang air kecil oleh karena itu ia mengusap-ngusap kemaluan Yessy tepat di depan lubang kencingnya tangannya di tekan-tekan di sekitar lubang tersebut.

“Ayo lubang kecil, longgarkan ototmu dan kencinglah dengan bebas” kata sang pembawa acara itu pada Yessy, lubang itu semakin di pijat dengan semangat dan sangat menggelitik sampai akhirnya pertahanan Yessy jebol dan air mancur indah pun mengalir keluar. Air mancur itu keluar diiringi dengan rintihan Yessy tanda kepuasan karena sudah dari tadi menahan kencing. Rasa malu sudah hilang bercampur dengan rasa nikmat, pipi dan telinga tetap saja memerah tidak bisa menipu dan menyembunyikan apa-apa dari banyak orang. Air mancur itu semakin hari semakin banyak dan berubah menjadi air terjun.

“Astaga kamu pipis banyak sekali” Ucapan itu tidak di tanggapi lagi oleh Yessy, yang ia pikirkan hanyalah secepatnya mengakhiri kencing ini. Ia kencing tiada henti-hentinya sampai akhirnya ia menggigil beberapa kali yang mengisyaratkan pipisnya sudah hampir selesai. Air terjun berubah menjadi aliran kecil dan kemudian hanya tetes-tetes yang keluar. Semua hadirin bertepuk tangan dan berteriak dengan ramai.

==oo0oo==